Peneliti: Tunanetra Bukan Penentu Tingkat Kecerdasan Penyandangnya

Seorang ahli pendidikan tunanetra, Heyes, dalam simpulan penelitiannya menyebutkan bahwa keterbatasan penglihatan tidak serta merta membuat penyandangnya memiliki tingkat kecerdasan yang rendah.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 04 Okt 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2020, 12:00 WIB
Belajar Gratis di Tenda Wifi
Para siswa belajar online di Tenda Wifi gratis di taman warga RT 013, Jakarta Timur, Rabu (12/8/2020). Tenda belajar tersebut menyediakan fasilitas wifi gratis bagi anak-anak sekolah yang terkendala dengan mahalnya kuota internet. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Seorang ahli pendidikan tunanetra, Heyes, dalam simpulan penelitiannya menyebutkan bahwa keterbatasan penglihatan tidak serta merta membuat penyandangnya memiliki tingkat kecerdasan yang rendah.

Simpulan ini dikutip Mohammad Efendi (2009: 44) dan dikutip kembali oleh Anita Tri Widiyawati, peneliti dari Universitas Brawijaya dengan poin-poin sebagai berikut:

1. Ketunanetraan tidak secara otomatis mengakibatkan kecerdasan rendah.

2. Mulainya ketunanetraan tidak memengaruhi tingkat kecerdasan.

3. Anak tunanetra ternyata banyak yang berhasil mencapai prestasi intelektual yang baik, apabila lingkungan memberikan kesempatan dan motivasi kepada anak tunanetra untuk berkembang.

4. Penyandang tunanetra tidak menunjukkan kelemahan dalam intelegensi verbal.

“Simpulan hasil penelitian di atas, setidaknya menegaskan bahwa pada dasarnya kondisi kecerdasan anak tunanetra tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Apabila diketahui kecerdasan anak tunanetra lebih rendah dari anak pada umumnya, hal tersebut disebabkan anak tunanetra memiliki hambatan persepsi, berpikir secara komprehensif dan mencari rangkaian sebab akibat,”  tulis Anita dikutip pada Jumat (2/10/2020).

Proses berpikir anak tunanetra tidak berbeda dengan anak pada umumnya. Cruickshank, sebagaimana dikutip oleh Mohammad Efendi (2009:44-45) menjelaskan bahwa aplikasi terhadap struktur kecakapan anak tunanetra yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengkomparasikan dengan anak non disabilitas, antara lain:

1. Anak tunanetra menerima pengalaman nyata yang sama dengan anak lain, dari pengamatan tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam pengertiannnya sendiri.

2. Anak tunanetra cenderung menggunakan pendekatan konseptual yang abstrak menuju ke konkret, kemudian menuju fungsional serta terhadap konsekuensinya, sedangkan pada anak non disabilitas tahapan ini terjadi sebaliknya.

3. Anak tunanetra perbendaharaan kata-katanya terbatas pada definisi kata.

4. Anak tunanetra tidak dapat membandingkan, terutama dalam hal kecakapan numerik.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Berikut Ini:


Infografis Disabilitas

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya