Liputan6.com, Jakarta Kondisi tunanetra memengaruhi kemampuan seseorang dalam beberapa hal. Termasuk keterbatasan dalam lingkup keanekaragaman pengalaman, keterbatasan berinteraksi dengan lingkungan, dan keterbatasan mobilitas.
Menurut peneliti dari Universitas Pendidikan Indonesia, Irham Hosni, dalam keterbatasan di atas sudah jelas bahwa itu merupakan akibat langsung dari ketunanetraan. Dengan terganggunya penglihatan maka seseorang tidak bisa leluasa bergerak dan berpindah tempat.
Baca Juga
Akibat ketunanetraannya, sebagian besar tunanetra memiliki gerak yang kaku dan sikap tubuh yang kurang bagus. Kepala sedikit menunduk, punggung membungkuk tetapi bagian perut ke depan. Secara rinci alasan dibutuhkannya bimbingan jasmani bagi tunanetra adalah sebagai berikut:
Advertisement
a. Dalam perkembangan motoriknya, tunanetra mengikuti urutan perkembangan yang sama dengan orang awas akan tetapi ia mengalami keterlambatan dalam “motor miliestones” termasuk di dalamnya mobilitas.
b. Kehilangan penglihatan membuat stimulasi penglihatan berkurang dan tidak merangsang untuk bergerak dan bahkan membuat gerakan menjadi sulit.
c. Banyak tunanetra yang datang dari keluarga yang terlalu melindungi sehingga ia tidak ada kesempatan untuk melakukan eksplorasi lingkungan dan menyebabkan keterampilan motoriknya tidak terlatih.
d. Ketunanetraan tidak memberikan kesempatan untuk membetulkan gerak, gaya jalan dan sikap tubuhnya karena ia tak bisa mencontoh orang sekitarnya.
e. Tunanetra sebagai kelompok memiliki tingkat kesegaran jasmani yang jauh di bawah orang awas.
f. Mata sebagai alat untuk melihat dapat berfungsi juga sebagai alat untuk menyeimbangkan tubuh, oleh karena itu penyandang tunanetra memiliki keseimbangan yang kurang baik.
g. Penyimpangan sikap tubuh (posture) banyak terjadi pada tunanetra.
h. Tunanetra harus hidup di lingkungannya seperti orang awas lainnya dan ia harus bersaing dengan orang awas. Karena itu ia harus memiliki tubuh yang kuat dan sehat.
“Tidak ada pilihan lain bimbingan jasmani harus menjadi bagian yang terintegrasi ke dalam program rehabilitasi bagi tunanetra,” tulis Irham dalam penelitiannya dikutip pada Senin (19/10/2020).
Simak Video Berikut Ini:
Akibat Keterbatasan Mobilitas
Ketidakleluasaan bergerak akan berakibat pada input yang akan diperolehnya sebagai masukan pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan keterampilan yang secara tidak disengaja selalu dapat diterima oleh orang awas, tidak berlaku bagi tunanetra.
“Untuk dapat bergerak secara leluasa tunanetra perlu mempelajari secara khusus dan terprogram teknik mobilitas dengan baik dan benar. Menguasai teknik mobilitas dengan baik maka tunanetra akan bergerak dengan bebas. Dapat bergerak dengan bebas mandiri berarti tunanetra akan menemukan berbagai hal sebagai pengalaman.”
Teknik mobilitas yang dikuasai akan mengatasi keterbatasan untuk memperoleh pengalaman baru. Pengalaman yang diperoleh sangat dibutuhkan untuk melakukan interaksi dengan lingkungan.
Ia menambahkan, Interaksi bisa berlangsung kalau ada hubungan timbal balik antara tunanetra dengan lingkungannya. Hubungan timbal balik akan aktif bila tunanetra memiliki sumber informasi di dalam mentalnya yang berbentuk konsep-konsep.
Konsep-konsep tersebut akan dikuasai anak menjadi suatu data yang benar sesuai dengan realitas bila strategi pengajaran menggunakan prinsip:
a. Konkrit artinya pengajaran harus sesuai dengan aslinya atau menampilkan modelnya. Jadi menekankan pada contoh konkrit bukan verbalistis.
b. Melakukan, artinya dalam mengajar tunanetra harus menekankan pada praktik yaitu melakukan kegiatan secara langsung, bukan hanya menerangkan secara lisan.
c. Memadukan, karena keterbatasan dalam penglihatan maka dalam menerangkan pada tunanetra harus utuh dan sistematis guna membantu tunanetra mendapatkan konsep pengetahuan dan keterampilan secara utuh.
“Oleh karena itu olahraga dan bimbingan jasmani bagi tunanetra merupakan salah satu kebutuhan dasar,” pungkasnya.
Advertisement