4 Poin Penting dalam Tema Hari Disabilitas Internasional 2022 Menurut IGTI

Ketua Ikatan Guru Tunanetra Inklusif (IGTI) Bima Kurniawan menguraikan pandangannya soal tema Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2022.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 05 Des 2022, 15:57 WIB
Diterbitkan 05 Des 2022, 15:00 WIB
Tarian Tradisional Meriahkan Peringatan Hari Disabilitas Internasional
Siswa dari sekolah tari difabel Belantara Budaya Indonesia saat acara peluncuran sekolah tari tradisional gratis difabel di Margo City, Depok, Jawa Barat, Sabtu (3/12/2022). Acara yang juga sekaligus memperingati Hari Disabilitas Internasional ini menampilkan tarian tradisonal Indonesia di mana sebagian besar penarinya adalah penyandang disabilitas. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Guru Tunanetra Inklusif (IGTI) Bima Kurniawan menguraikan pandangannya soal tema Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2022.

Tema yang diusung pada tahun ini adalah "Transformative Solutions for Inclusive Development: The Role of Innovation in Fuelling an Accessible and Equitable World” atau "Solusi Transformatif untuk Pembangunan Inklusif: Peran Inovasi dalam Mendorong Dunia yang Dapat Diakses oleh Semua dan Berkeadilan.”

Menurut Bima, tema tahun ini menandakan bahwa akan ada hal yang menjadi tanggung jawab dan pekerjaan rumah bangsa Indonesia. Pasalnya, ada beberapa yang menjadi poin penting dalam tema ini seperti:

Inovasi

Inovasi adalah hal yang mutlak akan terjadi seiring dengan kemajuan zaman. Masyarakat tidak dapat menolak bahwa zaman akan berubah.

Untuk dapat mengikuti perkembangan zaman itu, adaptasi merupakan solusi terbaik dengan mengoptimalkan inovasi yang berkelanjutan. Inovasi yang akan menghasilkan barang atau jasa seyogyanya harus dapat dinikmati oleh semua kalangan tanpa batasan.

“Agar hasil inovasi dapat dinikmati oleh semua kalangan, berbagai kalangan, tidak terkecuali masyarakat dengan disabilitas harus dilibatkan dan diikutsertakan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil inovasi,” kata Bima dalam keterangan tertulis yang dibagikan kepada Disabilitas Liputan6.com belum lama ini.


Perguruan Tinggi sebagai Agen Inovasi

Ketua IGTI Bima Kurniawan
Ketua IGTI Bima Kurniawan. Foto. Tangkapan layar Youtube Ikatan Guru Tunanetra Inklusif.

Dalam tema ini, Bima juga menilik adanya peran penting dari perguruan tinggi. Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.

Menurut pasal 4 UU 12 tahun 2012 Pasal 4, Pendidikan Tinggi berfungsi:

a. Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

b. Mengembangkan sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tri Dharma.

c. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memerhatikan dan menerapkan nilai humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan bangsa. Serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia.

“Oleh karena pentingnya fungsi perguruan tinggi dalam mentransformasikan ilmu dan pengetahuan, perguruan tinggi harus disiapkan menjadi agen inovasi dalam pembangunan karakter inklusif.”

“Perguruan tinggi dihadirkan tidak hanya mencetak mahasiswa yang terampil, tetapi juga mahasiswa yang sadar akan keberagaman,” kata Bima. 


Regulasi

Hal ketiga yang menjadi poin penting dalam tema HDI kali ini adalah keberadaan regulasi yang berupa undang-undang.

Peraturan pemerintah serta peraturan lain yang mengatur masyarakat untuk kesadaran akan perlindungan dan penghormatan kepada masyarakat dengan disabilitas telah banyak disahkan oleh pemerintah Indonesia.

Akan tetapi, kenyataan di lapangan masih saja banyak masyarakat yang masih awam terhadap isu disabilitas. Masih saja terdapat diskriminasi terhadap masyarakat dengan disabilitas.

Maka dari itu, perlu kajian khusus oleh pemerintah dalam mensosialisasikan regulasi itu dengan mengoptimalkan Komisi Nasional Disabilitas (KND) yang dirasa masih belum optimal dalam menjalankan tugasnya.


Optimalisasi Ruang Diskusi

Dalam mendukung inovasi karakter berkelanjutan dengan menjunjung nilai inklusif, optimalisasi ruang-ruang diskusi yang melibatkan masyarakat, pemerintah, sivitas akademisi dan masyarakat dengan disabilitas perlu dibangun.

“Itulah yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi semua masyarakat Indonesia. Semoga perayaan tahun ini tidak hanya sekadar momen satu hari, tetapi merupakan langkah untuk benar-benar mewujudkan inovasi karakter inklusif untuk semua pihak. Salam inklusif, salam HDI.”

HDI sendiri jatuh setiap tanggal 3 Desember.  Awalnya, perayaan Hari Disabilitas Internasional dirayakan pada tahun 1992.

Perayaan itu dimaksudkan untuk membangun kesadaran kepada masyarakat luas akan isu-isu disabilitas. Serta menyebarkan pemahaman akan pentingnya perlindungan harkat dan martabat masyarakat dengan disabilitas.  

Dalam perjalananya, masyarakat dengan disabilitas telah menunjukkan berbagai macam perjuangan untuk diakui dan diberikan hak yang sama dan adil dalam lingkup pembangunan, tutup Bima.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya