Hasad adalah Sifat yang Merusak: Memahami, Mengatasi, dan Menghindari Kedengkian

Pelajari tentang hasad, sifat dengki yang merusak. Ketahui penyebab, dampak, dan cara mengatasinya untuk menjaga keimanan dan kebahagiaan hidup.

oleh Liputan6 diperbarui 12 Nov 2024, 18:23 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2024, 18:23 WIB
hasad adalah sifat
hasad adalah sifat ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Jakarta Hasad atau dengki merupakan salah satu sifat tercela yang sangat berbahaya bagi kehidupan seseorang, baik di dunia maupun di akhirat. Sifat ini dapat merusak hubungan antarsesama, menghancurkan kebahagiaan, dan bahkan menghapus amal kebaikan. Sebagai seorang muslim, kita diperintahkan untuk menjauhi sifat hasad dan senantiasa menjaga kebersihan hati. Mari kita pelajari lebih dalam tentang hasad, penyebabnya, dampaknya, serta cara mengatasinya.

Pengertian Hasad: Memahami Akar Kedengkian

Hasad secara bahasa berarti iri hati atau dengki. Dalam terminologi Islam, hasad didefinisikan sebagai perasaan tidak senang terhadap kenikmatan yang dimiliki orang lain, disertai keinginan agar nikmat tersebut hilang atau berpindah kepada dirinya. Ini merupakan sifat tercela yang sangat dibenci oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

Para ulama memberikan beberapa definisi tentang hasad:

  • Menurut Imam Al-Ghazali, hasad adalah membenci kebahagiaan orang lain dan menginginkan hilangnya kenikmatan dari orang tersebut.
  • Ibnu Taimiyah mendefinisikan hasad sebagai kebencian dan ketidaksukaan terhadap keadaan baik yang dimiliki orang lain.
  • Syaikh Musthafa Al-Adawi menjelaskan bahwa hasad adalah keinginan agar nikmat yang ada pada orang lain hilang, meskipun tidak berpindah kepada dirinya.

Penting untuk membedakan hasad dengan ghibthah. Ghibthah adalah keinginan untuk memiliki kebaikan seperti yang dimiliki orang lain, tanpa menginginkan hilangnya nikmat tersebut dari orang itu. Ghibthah dalam hal-hal yang baik diperbolehkan dan bahkan bisa menjadi motivasi positif untuk meningkatkan diri.

Rasulullah SAW bersabda:

"Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal: seseorang yang diberi harta oleh Allah lalu dia menggunakannya dalam kebenaran, dan seseorang yang diberi ilmu oleh Allah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa ghibthah dalam hal-hal positif seperti kedermawanan dan keilmuan diperbolehkan, bahkan dianjurkan. Namun, hasad yang menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain tetap dilarang.

Penyebab Timbulnya Hasad: Mengurai Akar Permasalahan

Untuk dapat mengatasi sifat hasad, kita perlu memahami faktor-faktor yang menyebabkan munculnya sifat ini. Beberapa penyebab utama timbulnya hasad antara lain:

  1. Kurangnya rasa syukur: Ketidakmampuan seseorang untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepadanya dapat memicu timbulnya hasad. Mereka yang selalu merasa kekurangan cenderung iri dengan apa yang dimiliki orang lain.
  2. Cinta berlebihan terhadap dunia: Orang yang terlalu mencintai dunia dan menjadikannya sebagai tujuan utama hidup lebih rentan terhadap hasad. Mereka selalu merasa tidak puas dan ingin memiliki lebih banyak dari apa yang dimiliki orang lain.
  3. Kesombongan: Sifat sombong membuat seseorang merasa dirinya lebih baik dan lebih berhak atas suatu nikmat dibandingkan orang lain. Ketika melihat orang lain mendapatkan nikmat yang lebih besar, timbullah rasa hasad.
  4. Persaingan dan ambisi berlebihan: Kompetisi yang tidak sehat dan ambisi yang berlebihan dalam mencapai suatu tujuan dapat memicu hasad. Orang yang terlalu ambisius sering kali tidak rela jika orang lain mendahuluinya dalam mencapai kesuksesan.
  5. Perasaan inferior: Rasa rendah diri dan ketidakpercayaan diri dapat membuat seseorang merasa terancam oleh keberhasilan orang lain, sehingga timbul hasad.
  6. Lingkungan sosial yang tidak sehat: Pergaulan dengan orang-orang yang suka menggunjing, mengkritik, dan merendahkan orang lain dapat memengaruhi seseorang untuk bersikap hasad.
  7. Kurangnya pemahaman tentang takdir: Ketidakpahaman bahwa Allah SWT telah menetapkan takdir dan pembagian rezeki yang berbeda-beda untuk setiap hamba-Nya dapat memicu hasad.
  8. Trauma masa lalu: Pengalaman buruk di masa lalu, seperti selalu dibandingkan dengan orang lain atau merasa tidak dihargai, dapat memunculkan sifat hasad di kemudian hari.

Memahami penyebab-penyebab ini adalah langkah awal yang penting dalam mengatasi sifat hasad. Dengan mengenali akar permasalahan, kita dapat lebih mudah mengambil langkah-langkah untuk mengobati dan mencegah timbulnya hasad dalam diri kita.

Dampak Negatif Hasad: Merusak Diri dan Lingkungan

Sifat hasad memiliki dampak yang sangat merusak, baik bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Beberapa dampak negatif dari hasad antara lain:

  1. Merusak keimanan: Hasad bertentangan dengan kesempurnaan iman. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
  2. Menghapus amal kebaikan: Hasad dapat menghapus pahala dari amal kebaikan yang telah dilakukan. Rasulullah SAW bersabda, "Jauhilah hasad, karena sesungguhnya hasad memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Dawud)
  3. Menimbulkan kegelisahan dan stres: Orang yang memiliki sifat hasad akan selalu merasa gelisah dan tidak tenang. Mereka terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain dan merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki.
  4. Merusak hubungan sosial: Hasad dapat merusak persahabatan dan persaudaraan. Orang yang hasad cenderung menjauhi atau bahkan memusuhi orang yang menjadi objek kedengkiannya.
  5. Menghalangi rezeki: Sifat hasad dapat menghalangi datangnya rezeki dan keberkahan. Allah SWT berfirman, "Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?" (QS. An-Nisa: 54)
  6. Menimbulkan perbuatan zalim: Hasad dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan zalim terhadap orang lain, seperti fitnah, ghibah, atau bahkan tindakan fisik yang merugikan.
  7. Menutup pintu syukur: Orang yang hasad sulit untuk bersyukur atas nikmat yang dimilikinya karena selalu fokus pada apa yang dimiliki orang lain.
  8. Menghambat kemajuan diri: Alih-alih fokus pada pengembangan diri, orang yang hasad menghabiskan energi dan pikirannya untuk iri dengan pencapaian orang lain.
  9. Merusak kesehatan mental dan fisik: Perasaan dengki yang berkepanjangan dapat menyebabkan stres, depresi, dan berbagai masalah kesehatan fisik.
  10. Mendatangkan murka Allah: Hasad adalah sifat tercela yang dibenci oleh Allah SWT. Orang yang terus-menerus memelihara sifat ini berisiko mendapatkan murka Allah.

Mengingat begitu banyak dan beratnya dampak negatif dari hasad, sudah seharusnya kita berusaha keras untuk menghindari dan menghilangkan sifat ini dari hati kita. Dengan memahami bahayanya, kita dapat lebih termotivasi untuk melawan hasad dan menggantinya dengan sifat-sifat terpuji seperti qana'ah (merasa cukup), ridha dengan takdir Allah, dan mencintai kebaikan untuk sesama.

Cara Mengatasi dan Mencegah Hasad: Membersihkan Hati dan Jiwa

Mengatasi sifat hasad bukanlah perkara mudah, namun dengan tekad yang kuat dan bantuan Allah SWT, kita dapat membersihkan hati dari sifat tercela ini. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi dan mencegah hasad:

  1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan: Memperkuat hubungan dengan Allah SWT melalui ibadah, zikir, dan membaca Al-Qur'an dapat membantu membersihkan hati dari sifat-sifat tercela, termasuk hasad.
  2. Mengembangkan rasa syukur: Senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT dapat mengurangi kecenderungan untuk iri dengan apa yang dimiliki orang lain. Rasulullah SAW bersabda, "Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu (dalam hal dunia) dan janganlah melihat kepada orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih layak agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan kepadamu." (HR. Bukhari dan Muslim)
  3. Memahami konsep takdir: Meyakini bahwa Allah SWT telah menetapkan takdir dan pembagian rezeki yang berbeda-beda untuk setiap hamba-Nya dapat membantu kita menerima keadaan dengan lapang dada.
  4. Melatih diri untuk mencintai kebaikan bagi orang lain: Berusaha untuk ikut bahagia atas keberhasilan orang lain dan mendoakan kebaikan bagi mereka dapat menghilangkan perasaan hasad.
  5. Introspeksi diri: Melakukan muhasabah atau evaluasi diri secara rutin untuk mengenali dan memperbaiki kelemahan diri sendiri, alih-alih fokus pada kelebihan orang lain.
  6. Memperbanyak istighfar: Memohon ampunan kepada Allah SWT atas perasaan hasad yang mungkin timbul dalam hati dapat membantu membersihkan jiwa.
  7. Mengembangkan potensi diri: Fokus pada pengembangan diri dan peningkatan kualitas pribadi dapat mengalihkan perhatian dari membandingkan diri dengan orang lain.
  8. Bergaul dengan orang-orang saleh: Memilih lingkungan pergaulan yang positif dan dekat dengan orang-orang yang memiliki akhlak mulia dapat membantu membentuk kepribadian yang lebih baik.
  9. Mempelajari kisah-kisah teladan: Membaca dan merenungkan kisah-kisah para nabi, sahabat, dan orang-orang saleh yang mampu mengatasi hasad dapat memberikan inspirasi dan motivasi.
  10. Melakukan amalan-amalan sunnah: Memperbanyak amalan sunnah seperti sedekah, puasa sunnah, dan shalat malam dapat membantu melunakkan hati dan mengurangi kecenderungan hasad.

Selain langkah-langkah di atas, ada beberapa doa dan zikir yang dapat diamalkan untuk membentengi diri dari hasad:

  • Membaca ta'awudz: "A'udzubillahi minasy-syaithanir-rajim" (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)
  • Membaca doa perlindungan dari hasad: "Allahumma inni a'udzubika min syarri nafsi wa min syarri kulli daabbatin anta aakhidzun binaashiyatihaa, inna rabbi 'alaa shiraathim mustaqiim" (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku dan dari kejahatan setiap makhluk yang Engkau pegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku berada di atas jalan yang lurus)
  • Memperbanyak membaca surat Al-Falaq dan An-Nas yang di dalamnya terdapat perlindungan dari kejahatan orang yang hasad

Mengatasi hasad membutuhkan proses dan kesabaran. Namun, dengan tekad yang kuat dan bantuan Allah SWT, kita dapat membersihkan hati dari sifat tercela ini dan menggantinya dengan sifat-sifat terpuji yang membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Hukum Hasad dalam Islam: Peringatan dan Larangan

Islam memandang hasad sebagai salah satu sifat tercela yang harus dihindari oleh setiap muslim. Beberapa dalil dari Al-Qur'an dan Hadits yang menjelaskan tentang larangan dan bahaya hasad antara lain:

 

 

  • Al-Qur'an Surah Al-Falaq ayat 5:

 

"Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki."

Ayat ini secara eksplisit menyebutkan hasad sebagai salah satu kejahatan yang perlu diwaspadai dan dimintakan perlindungan kepada Allah SWT.

 

  • Al-Qur'an Surah An-Nisa ayat 54:

 

"Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?"

Ayat ini menunjukkan bahwa hasad dapat menjadi penghalang seseorang untuk menerima kebenaran dan karunia Allah.

 

  • Hadits riwayat Abu Dawud:

 

Rasulullah SAW bersabda, "Jauhilah hasad, karena sesungguhnya hasad memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar."

Hadits ini menggambarkan betapa berbahayanya hasad yang dapat menghapuskan amal kebaikan seseorang.

 

  • Hadits riwayat Muslim:

 

Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara."

Hadits ini secara langsung melarang umat Islam untuk memiliki sifat hasad dan memerintahkan untuk menjaga persaudaraan.

 

Berdasarkan dalil-dalil di atas, para ulama sepakat bahwa hasad hukumnya haram. Beberapa pendapat ulama tentang hukum hasad:

 

 

  • Imam An-Nawawi menyatakan bahwa hasad termasuk dosa besar yang dapat menghapuskan amal kebaikan.

 

 

  • Ibnu Hajar Al-Asqalani mengatakan bahwa hasad adalah sifat tercela yang wajib dihindari oleh setiap muslim.

 

 

  • Imam Al-Ghazali memasukkan hasad sebagai salah satu penyakit hati yang berbahaya dan harus diobati.

 

 

Namun, perlu diingat bahwa terdapat perbedaan antara hasad dan ghibthah. Ghibthah, yaitu keinginan untuk memiliki kebaikan seperti yang dimiliki orang lain tanpa menginginkan hilangnya nikmat tersebut dari orang itu, diperbolehkan dalam hal-hal yang baik. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:

"Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal: seseorang yang diberi harta oleh Allah lalu dia menggunakannya dalam kebenaran, dan seseorang yang diberi ilmu oleh Allah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa ghibthah dalam hal-hal positif seperti kedermawanan dan keilmuan diperbolehkan, bahkan bisa menjadi motivasi untuk berbuat kebaikan. Namun, hasad yang menginginkan hilangnya nikmat dari orang lain tetap dilarang dan harus dihindari.

Mengingat beratnya larangan dan bahaya hasad, setiap muslim hendaknya berusaha keras untuk membersihkan hatinya dari sifat ini. Dengan memahami hukum dan konsekuensi hasad, diharapkan kita dapat lebih waspada dan termotivasi untuk menghindari sifat tercela ini, serta menggantinya dengan sifat-sifat terpuji yang diridhai Allah SWT.

Perbedaan Hasad, Ghibthah, dan Munafasah: Memahami Nuansa Perasaan

Dalam membahas tentang hasad, penting untuk memahami perbedaannya dengan konsep-konsep lain yang serupa namun memiliki hukum dan dampak yang berbeda. Tiga istilah yang sering dibahas dalam konteks ini adalah hasad, ghibthah, dan munafasah. Mari kita telaah perbedaan di antara ketiganya:

  1. Hasad (Dengki):
    • Definisi: Keinginan agar nikmat yang dimiliki orang lain hilang, baik berpindah kepada dirinya atau tidak.
    • Hukum: Haram dan termasuk dosa besar.
    • Dampak: Merusak amal kebaikan, menimbulkan permusuhan, dan mendatangkan kegelisahan.
    • Contoh: Berharap seseorang kehilangan jabatannya atau hartanya berkurang.
  2. Ghibthah (Iri yang Positif):
    • Definisi: Keinginan untuk memiliki kebaikan seperti yang dimiliki orang lain, tanpa menginginkan hilangnya nikmat tersebut dari orang itu.
    • Hukum: Diperbolehkan, bahkan bisa menjadi terpuji jika dalam hal-hal kebaikan.
    • Dampak: Dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan diri dan berbuat kebaikan.
    • Contoh: Ingin memiliki ilmu atau kedermawanan seperti orang lain, lalu berusaha untuk mencapainya.
  3. Munafasah (Berlomba dalam Kebaikan):
    • Definisi: Semangat untuk bersaing dalam hal-hal kebaikan dan ketaatan kepada Allah.
    • Hukum: Dianjurkan dan termasuk akhlak terpuji.
    • Dampak: Mendorong kemajuan dan peningkatan kualitas diri serta masyarakat.
    • Contoh: Berlomba-lomba dalam beribadah, menuntut ilmu, atau bersedekah.

Perbedaan utama antara ketiga konsep ini terletak pada niat dan dampaknya:

  • Hasad bersumber dari kebencian dan keinginan agar orang lain kehilangan nikmat, sehingga berdampak negatif.
  • Ghibthah berasal dari kekaguman dan keinginan untuk memiliki kebaikan yang sama, tanpa merugikan orang lain.
  • Munafasah didasari oleh semangat positif untuk meningkatkan diri dan berkontribusi dalam kebaikan.

Islam mengajarkan untuk menghindari hasad, membolehkan ghibthah dalam hal-hal yang baik, dan sangat menganjurkan munafasah. Sebagaimana firman Allah SWT:

"Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba." (QS. Al-Muthaffifin: 26)

Rasulullah SAW juga bersabda:

"Tidak boleh hasad kecuali dalam dua hal: seseorang yang diberi harta oleh Allah lalu dia menggunakannya dalam kebenaran, dan seseorang yang diberi ilmu oleh Allah lalu dia mengamalkan dan mengajarkannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa ghibthah dan munafasah dalam hal-hal positif diperbolehkan dan bahkan dianjurkan. Ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk terus meningkatkan diri dalam kebaikan, tanpa harus merasa iri atau dengki terhadap pencapaian orang lain.

Dalam praktiknya, penting bagi setiap muslim untuk introspeksi diri dan memurnikan niatnya. Jika muncul perasaan tidak nyaman melihat keberhasilan orang lain, kita perlu mengevaluasi apakah itu hasad yang harus dihindari, atau ghibthah yang bisa menjadi motivasi positif. Dengan pemahaman yang benar tentang perbedaan ini, kita dapat mengarahkan perasaan dan tindakan kita ke arah yang lebih positif dan bermanfaat.

Kisah Teladan tentang Bahaya Hasad: Pelajaran dari Sejarah

Sejarah Islam dan kisah-kisah dalam Al-Qur'an memberikan banyak pelajaran tentang bahaya hasad. Beberapa kisah teladan yang dapat kita ambil hikmahnya antara lain:

  1. Kisah Qabil dan Habil:

    Qabil dan Habil adalah putra Nabi Adam AS. Qabil merasa iri dan dengki terhadap Habil karena kurban Habil diterima oleh Allah SWT, sedangkan kurbannya ditolak. Hasad ini akhirnya mendorong Qabil untuk membunuh saudaranya sendiri, menjadikannya pembunuh pertama dalam sejarah manusia. Kisah ini menunjukkan betapa berbahayanya hasad yang dapat mendorong seseorang melakukan kejahatan besar.

  2. Kisah Saudara-saudara Nabi Yusuf AS:

    Saudara-saudara Nabi Yusuf AS merasa iri dan dengki karena ayah mereka, Nabi Ya'qub AS, lebih menyayangi Yusuf. Hasad ini mendorong mereka untuk merencanakan kejahatan terhadap Yusuf, yaitu membuangnya ke dalam sumur. Kisah ini mengajarkan bahwa hasad dapat merusak hubungan keluarga dan mendorong seseorang untuk berbuat zalim.

  3. Kisah Iblis:

    Iblis, yang awalnya adalah makhluk yang taat, menjadi terkutuk karena hasad terhadap Nabi Adam AS. Ia menolak untuk bersujud kepada Adam karena merasa lebih baik darinya. Hasad Iblis ini menjadi awal mula permusuhan antara manusia dan setan. Kisah ini mengingatkan kita bahwa hasad dapat menjerumuskan seseorang dari ketaatan menjadi pembangkang.

  4. Kisah Kaum Yahudi terhadap Nabi Muhammad SAW:

    Banyak dari kaum Yahudi di Madinah menolak kerasulan Muhammad SAW karena hasad. Mereka tidak rela menerima kenyataan bahwa nabi terakhir bukan dari kalangan mereka. Hasad ini menghalangi mereka dari menerima kebenaran Islam. Allah SWT berfirman:

    "Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran." (QS. Al-Baqarah: 109)

  5. Kisah Abu Lahab dan Istrinya:

    Abu Lahab, paman Nabi Muhammad SAW, dan istrinya sangat membenci dan memusuhi Rasulullah karena hasad. Mereka tidak rela melihat keberhasilan dan pengaruh dakwah Nabi. Hasad ini membuat mereka melakukan berbagai upaya untuk menghalangi dakwah Islam. Allah SWT mengabadikan kisah mereka dalam surat Al-Lahab sebagai peringatan.

Dari kisah-kisah teladan di atas, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting:

  • Hasad dapat mendorong seseorang melakukan kejahatan besar, bahkan terhadap keluarga sendiri.
  • Hasad dapat menghalangi seseorang dari menerima kebenaran dan hidayah.
  • Hasad dapat menghancurkan hubungan persaudaraan dan kekeluargaan.
  • Hasad dapat mengubah ketaatan menjadi pembangkangan terhadap Allah SWT.
  • Hasad dapat membuat seseorang kehilangan akal sehat dan melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Dengan mempelajari kisah-kisah teladan ini, diharapkan kita dapat lebih waspada terhadap bahaya hasad dan berusaha keras untuk membersihkan hati dari sifat tercela ini. Sebaliknya, kita hendaknya mengembangkan sifat-sifat terpuji seperti qana'ah (merasa cukup), ridha dengan takdir Allah, dan mencintai kebaikan untuk sesama. Dengan demikian, kita dapat menjalani kehidupan dengan hati yang bersih dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Kesimpulan

Hasad atau dengki merupakan sifat tercela yang harus dihindari oleh setiap muslim. Sifat ini tidak hanya merusak hubungan antarsesama, tetapi juga dapat menghapus amal kebaikan dan menghalangi seseorang dari mendapatkan ridha Allah SWT. Memahami pengertian, penyebab, dan dampak hasad adalah langkah awal yang penting dalam upaya mengatasi dan mencegah sifat ini.

Kita telah mempelajari bahwa hasad berbeda dengan ghibthah dan munafasah. Sementara hasad dilarang keras dalam Islam, ghibthah dan munafasah dalam hal-hal kebaikan justru dianjurkan sebagai motivasi untuk meningkatkan diri. Kisah-kisah teladan dari sejarah Islam juga memberikan pelajaran berharga tentang bahaya hasad dan pentingnya menjaga kebersihan hati.

Untuk mengatasi dan mencegah hasad, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dalam membersihkan hati dan meningkatkan keimanan. Langkah-langkah seperti meningkatkan rasa syukur, memahami konsep takdir, introspeksi diri, dan memperbanyak amal saleh dapat membantu kita dalam menjaga hati dari sifat tercela ini.

Pada akhirnya, setiap muslim hendaknya berusaha untuk mengembangkan sifat-sifat terpuji seperti qana'ah, ridha dengan takdir Allah, dan mencintai kebaikan untuk sesama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya