Apa itu Vomitus: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Vomitus atau muntah adalah refleks tubuh untuk mengeluarkan isi lambung. Kenali penyebab, gejala, dan cara mengatasi vomitus di sini.

oleh Ayu Isti Prabandari Diperbarui 25 Feb 2025, 11:03 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2025, 11:03 WIB
apa itu vomitus
apa itu vomitus ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya
Daftar Isi

Liputan6.com, Jakarta Vomitus atau muntah merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang menyebabkan isi lambung dikeluarkan melalui mulut. Meskipun umumnya tidak berbahaya, vomitus yang terjadi berulang kali perlu ditangani dengan tepat untuk mencegah dehidrasi dan komplikasi lainnya. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang apa itu vomitus, penyebabnya, gejala yang menyertainya, serta cara mengatasi dan mencegahnya.

Definisi Vomitus

Vomitus adalah istilah medis untuk muntah, yaitu proses pengeluaran isi lambung secara paksa melalui mulut. Proses ini terjadi akibat kontraksi otot-otot perut dan dada yang kuat, yang mendorong isi lambung ke atas melalui esofagus dan keluar melalui mulut. Vomitus merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan zat-zat yang berpotensi berbahaya dari sistem pencernaan.

Proses vomitus biasanya diawali dengan rasa mual, meskipun tidak selalu demikian. Mual adalah sensasi tidak nyaman di perut yang sering kali mendahului muntah. Namun, seseorang bisa saja mengalami mual tanpa muntah, atau muntah tanpa didahului oleh rasa mual.

Vomitus dapat terjadi secara akut (tiba-tiba dan berlangsung singkat) atau kronis (berlangsung lama atau berulang). Vomitus akut umumnya disebabkan oleh infeksi, keracunan makanan, atau kondisi sementara lainnya. Sementara itu, vomitus kronis bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang lebih serius dan memerlukan penanganan medis.

Penyebab Vomitus

Vomitus dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi ringan hingga penyakit serius. Berikut adalah beberapa penyebab umum vomitus:

  • Gastroenteritis: Infeksi pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit. Ini merupakan penyebab paling umum vomitus, terutama pada anak-anak.
  • Keracunan makanan: Konsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau toksin dapat menyebabkan mual dan muntah.
  • Mabuk perjalanan: Gerakan yang tidak biasa selama perjalanan dapat memicu mual dan muntah pada sebagian orang.
  • Kehamilan: Morning sickness atau mual dan muntah di awal kehamilan adalah hal yang umum terjadi.
  • Migrain: Beberapa orang mengalami mual dan muntah sebagai bagian dari gejala migrain.
  • Vertigo: Gangguan keseimbangan yang dapat menyebabkan pusing dan muntah.
  • Penyakit refluks gastroesofageal (GERD): Kondisi di mana asam lambung naik ke esofagus, yang dapat menyebabkan mual dan muntah.
  • Efek samping obat: Beberapa obat dapat menyebabkan mual dan muntah sebagai efek samping.
  • Kemoterapi: Pengobatan kanker sering kali menyebabkan mual dan muntah sebagai efek samping.
  • Penyakit Crohn: Penyakit inflamasi usus yang dapat menyebabkan mual dan muntah.
  • Gastroparesis: Kondisi di mana lambung mengalami keterlambatan dalam mengosongkan isinya.
  • Tumor otak: Dalam kasus yang jarang, tumor otak dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang mengakibatkan mual dan muntah.

Penting untuk diingat bahwa vomitus yang terjadi secara terus-menerus atau disertai dengan gejala lain seperti nyeri perut yang parah, demam tinggi, atau tanda-tanda dehidrasi, memerlukan perhatian medis segera.

Gejala yang Menyertai Vomitus

Vomitus seringkali disertai dengan berbagai gejala lain yang dapat bervariasi tergantung pada penyebab utamanya. Berikut adalah beberapa gejala yang umumnya menyertai vomitus:

  • Mual: Sensasi tidak nyaman di perut yang sering mendahului muntah.
  • Salivasi berlebih: Produksi air liur yang meningkat sering terjadi sebelum muntah.
  • Keringat dingin: Berkeringat secara tiba-tiba, terutama di dahi atau telapak tangan.
  • Pucat: Wajah atau kulit menjadi pucat.
  • Pusing atau vertigo: Sensasi berputar atau ketidakseimbangan.
  • Sakit perut: Rasa nyeri atau kram di area perut.
  • Diare: Sering terjadi bersamaan dengan muntah, terutama jika disebabkan oleh infeksi gastrointestinal.
  • Kehilangan nafsu makan: Tidak ingin makan atau minum.
  • Kelelahan: Merasa lemah atau tidak berenergi.
  • Dehidrasi: Jika muntah berlangsung lama, dapat menyebabkan dehidrasi dengan gejala seperti mulut kering, kurang urin, atau kulit yang kering.
  • Sakit kepala: Terutama jika vomitus disebabkan oleh migrain atau peningkatan tekanan intrakranial.
  • Demam: Jika vomitus disebabkan oleh infeksi.
  • Nyeri dada atau tenggorokan: Akibat asam lambung yang naik saat muntah.

Gejala-gejala ini dapat bervariasi dalam intensitas dan durasi. Beberapa orang mungkin mengalami semua gejala ini, sementara yang lain hanya mengalami beberapa. Penting untuk memperhatikan gejala yang menyertai vomitus, karena hal ini dapat membantu dalam menentukan penyebab dan penanganan yang tepat.

Jika vomitus disertai dengan gejala-gejala seperti nyeri perut yang parah, demam tinggi, muntah darah, atau tanda-tanda dehidrasi berat (seperti pusing yang parah, mulut sangat kering, atau urin yang sangat sedikit), maka perlu segera mencari bantuan medis.

Diagnosis Vomitus

Diagnosis vomitus umumnya dimulai dengan anamnesis atau wawancara medis yang mendalam. Dokter akan menanyakan berbagai hal terkait keluhan muntah yang dialami, seperti:

  • Kapan muntah mulai terjadi
  • Seberapa sering muntah terjadi
  • Apakah ada pemicu tertentu yang menyebabkan muntah
  • Karakteristik muntah (warna, konsistensi, ada tidaknya darah)
  • Gejala lain yang menyertai muntah
  • Riwayat kesehatan pasien dan keluarga
  • Obat-obatan yang sedang dikonsumsi

Setelah anamnesis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda penyebab muntah atau komplikasi yang mungkin terjadi. Pemeriksaan ini bisa meliputi:

  • Pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh)
  • Pemeriksaan abdomen untuk mendeteksi nyeri tekan atau pembengkakan
  • Pemeriksaan tanda-tanda dehidrasi
  • Pemeriksaan neurologis jika dicurigai ada masalah di sistem saraf

Untuk kasus yang lebih kompleks atau jika penyebab muntah belum jelas, dokter mungkin akan merekomendasikan pemeriksaan penunjang seperti:

  • Pemeriksaan darah: Untuk mengevaluasi infeksi, ketidakseimbangan elektrolit, atau masalah metabolik lainnya.
  • Pemeriksaan urin: Untuk mendeteksi infeksi saluran kemih atau kehamilan.
  • Tes kehamilan: Jika pasien adalah wanita usia subur.
  • Pemeriksaan feses: Untuk mendeteksi infeksi atau parasit di saluran pencernaan.
  • Endoskopi: Prosedur untuk melihat bagian dalam saluran pencernaan atas.
  • Pencitraan: Seperti USG abdomen, CT scan, atau MRI untuk mengevaluasi organ-organ di perut atau otak.

Diagnosis yang tepat sangat penting untuk menentukan penanganan yang sesuai. Dalam beberapa kasus, vomitus mungkin hanya gejala dari kondisi yang lebih serius, sehingga identifikasi penyebab utama menjadi krusial.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua kasus vomitus memerlukan pemeriksaan ekstensif. Untuk vomitus yang ringan dan berlangsung singkat, seringkali cukup ditangani dengan perawatan di rumah. Namun, jika vomitus berlangsung lama, sering, atau disertai gejala yang mengkhawatirkan, maka evaluasi medis lebih lanjut sangat dianjurkan.

Penanganan dan Pengobatan Vomitus

Penanganan vomitus sangat tergantung pada penyebab utamanya. Namun, ada beberapa langkah umum yang dapat dilakukan untuk mengatasi vomitus dan mencegah komplikasi:

1. Penanganan di Rumah

  • Istirahat yang cukup: Berikan tubuh waktu untuk pulih.
  • Hidrasi: Minum air putih secara perlahan dan sedikit demi sedikit untuk mencegah dehidrasi.
  • Diet BRAT: Konsumsi makanan yang mudah dicerna seperti pisang (Banana), nasi (Rice), saus apel (Applesauce), dan roti panggang (Toast).
  • Hindari makanan tertentu: Jauhi makanan berminyak, pedas, atau manis yang dapat memperparah mual.
  • Makan porsi kecil tapi sering: Ini dapat membantu mengurangi beban pada sistem pencernaan.
  • Minuman elektrolit: Konsumsi minuman yang mengandung elektrolit untuk mengganti cairan dan mineral yang hilang akibat muntah.

2. Pengobatan Medis

  • Antiemetik: Obat-obatan untuk mengurangi mual dan muntah, seperti ondansetron, promethazine, atau metoclopramide.
  • Antasida: Jika vomitus disebabkan oleh kelebihan asam lambung.
  • Antibiotik: Jika penyebabnya adalah infeksi bakteri.
  • Cairan intravena: Untuk kasus dehidrasi berat.
  • Obat-obatan lain: Tergantung pada penyebab utama, misalnya obat migrain jika vomitus disebabkan oleh migrain.

3. Terapi Komplementer

  • Akupunktur: Beberapa penelitian menunjukkan efektivitas akupunktur dalam mengurangi mual dan muntah.
  • Jahe: Baik dalam bentuk teh atau suplemen, jahe dikenal memiliki efek antiemetik.
  • Aromaterapi: Aroma seperti peppermint atau lemon dapat membantu mengurangi mual.
  • Teknik relaksasi: Meditasi atau pernapasan dalam dapat membantu mengurangi stres yang mungkin memicu mual.

4. Penanganan Khusus

  • Untuk morning sickness: Konsumsi biskuit atau makanan ringan sebelum bangun tidur.
  • Untuk mabuk perjalanan: Duduk di kursi depan mobil atau di tengah kapal, fokus pada titik yang jauh, atau gunakan gelang antimabuk.
  • Untuk efek samping kemoterapi: Penggunaan antiemetik profilaksis dan manajemen gejala yang komprehensif.

Penting untuk diingat bahwa penanganan vomitus harus disesuaikan dengan penyebab utamanya. Jika vomitus berlangsung lebih dari 24 jam, disertai dengan tanda-tanda dehidrasi, atau ada gejala yang mengkhawatirkan lainnya, segera cari bantuan medis.

Dalam kasus vomitus yang parah atau berkepanjangan, perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan. Ini memungkinkan pemantauan yang lebih ketat, pemberian cairan intravena, dan penanganan komplikasi yang mungkin timbul.

Pencegahan Vomitus

Meskipun tidak semua kasus vomitus dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya muntah:

1. Kebersihan dan Keamanan Makanan

  • Cuci tangan secara teratur, terutama sebelum makan atau menyiapkan makanan.
  • Pastikan makanan dimasak dengan benar dan disimpan pada suhu yang tepat.
  • Hindari mengonsumsi makanan yang berisiko tinggi terkontaminasi, seperti daging mentah atau susu yang tidak dipasteurisasi.
  • Cuci buah dan sayuran dengan bersih sebelum dikonsumsi.

2. Gaya Hidup Sehat

  • Jaga pola makan yang seimbang dan teratur.
  • Hindari makan berlebihan atau terlalu cepat.
  • Kurangi konsumsi alkohol dan hindari merokok.
  • Lakukan olahraga secara teratur untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
  • Kelola stres dengan baik melalui teknik relaksasi atau meditasi.

3. Pencegahan Khusus

  • Untuk mencegah mabuk perjalanan:
    • Pilih tempat duduk yang stabil (misalnya di tengah kapal atau di atas sayap pesawat).
    • Fokuskan pandangan pada titik yang jauh atau horizon.
    • Hindari membaca atau melihat layar selama perjalanan.
  • Untuk wanita hamil yang mengalami morning sickness:
    • Makan makanan ringan sebelum bangun tidur.
    • Hindari makanan atau bau yang memicu mual.
    • Makan porsi kecil tapi sering.
  • Untuk pasien kemoterapi:
    • Diskusikan dengan dokter tentang penggunaan antiemetik profilaksis.
    • Ikuti panduan diet khusus yang diberikan oleh tim medis.

4. Manajemen Penyakit Kronis

  • Jika Anda memiliki kondisi medis yang dapat menyebabkan vomitus (seperti migrain atau GERD), pastikan untuk mengelolanya dengan baik sesuai anjuran dokter.
  • Patuhi jadwal pengobatan dan kontrol rutin yang direkomendasikan.

5. Vaksinasi

  • Pastikan vaksinasi Anda selalu up-to-date, terutama untuk penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan gastroenteritis, seperti rotavirus pada anak-anak.

6. Edukasi dan Kesadaran

  • Pelajari tentang penyebab umum vomitus dan bagaimana menghindarinya.
  • Kenali tanda-tanda awal mual dan ambil tindakan preventif segera.

Meskipun langkah-langkah pencegahan ini dapat membantu mengurangi risiko vomitus, penting untuk diingat bahwa beberapa kasus mungkin tidak dapat dihindari. Jika Anda sering mengalami episode vomitus atau memiliki kekhawatiran tentang risiko tertentu, konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan saran yang lebih spesifik dan personal.

Kapan Harus ke Dokter?

Meskipun vomitus seringkali dapat diatasi dengan perawatan di rumah, ada situasi di mana bantuan medis diperlukan. Berikut adalah beberapa kondisi yang mengindikasikan perlunya konsultasi dengan dokter:

  • Vomitus yang berlangsung lebih dari 24 jam pada orang dewasa atau 12 jam pada anak-anak.
  • Tanda-tanda dehidrasi, seperti:
    • Mulut dan bibir kering
    • Penurunan produksi urin atau urin berwarna gelap
    • Pusing atau lemah yang parah
    • Kulit yang kering dan tidak elastis
  • Muntah darah atau muntah yang berwarna seperti kopi bubuk (mungkin mengandung darah yang telah tercerna).
  • Nyeri perut yang parah atau terus-menerus.
  • Demam tinggi (di atas 39°C untuk orang dewasa atau 38°C untuk anak-anak).
  • Sakit kepala yang parah, terutama jika disertai dengan kaku leher.
  • Gejala neurologis seperti kebingungan, kejang, atau perubahan kesadaran.
  • Muntah yang disertai dengan diare parah.
  • Ketidakmampuan untuk menahan cairan apapun selama beberapa jam.
  • Muntah yang terjadi setelah cedera kepala.
  • Muntah pada bayi di bawah 3 bulan.
  • Kemungkinan keracunan (misalnya, setelah menelan bahan kimia atau obat-obatan tertentu).
  • Muntah yang disertai dengan nyeri dada atau gejala yang menyerupai serangan jantung.
  • Muntah yang terjadi pada wanita hamil dan tidak membaik dengan perawatan di rumah.

Selain itu, jika Anda memiliki kondisi medis tertentu seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan sistem kekebalan, Anda mungkin perlu mencari bantuan medis lebih awal jika mengalami vomitus.

Penting untuk diingat bahwa daftar ini tidak mencakup semua kemungkinan. Jika Anda merasa khawatir tentang vomitus yang Anda alami atau jika ada sesuatu yang terasa "tidak benar", selalu lebih baik untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan. Mereka dapat memberikan evaluasi yang tepat dan menentukan apakah diperlukan penanganan lebih lanjut.

Mitos dan Fakta Seputar Vomitus

Ada banyak mitos dan kesalahpahaman seputar vomitus yang beredar di masyarakat. Mari kita bahas beberapa mitos umum dan fakta sebenarnya:

Mitos 1: Vomitus selalu disebabkan oleh makanan yang tidak baik.

Fakta: Meskipun keracunan makanan bisa menyebabkan vomitus, ada banyak penyebab lain seperti infeksi virus, migrain, kehamilan, atau efek samping obat.

Mitos 2: Anda harus berpuasa setelah muntah untuk memberi istirahat pada sistem pencernaan.

Fakta: Meskipun Anda mungkin perlu menunggu beberapa jam sebelum makan, penting untuk mulai mengonsumsi cairan dan makanan ringan secara bertahap untuk mencegah dehidrasi dan mempertahankan nutrisi.

Mitos 3: Minum alkohol dapat menyembuhkan mual dan muntah.

Fakta: Alkohol sebenarnya dapat memperparah mual dan muntah, serta menyebabkan dehidrasi lebih lanjut.

Mitos 4: Vomitus selalu merupakan tanda penyakit serius.

Fakta: Meskipun vomitus bisa menjadi gejala kondisi serius, seringkali ini adalah respons normal tubuh terhadap iritasi atau infeksi ringan dan akan sembuh sendiri.

Mitos 5: Anak-anak yang muntah harus selalu dibawa ke dokter.

Fakta: Tidak semua kasus vomitus pada anak memerlukan perawatan medis. Namun, jika muntah berlangsung lama atau disertai gejala lain seperti dehidrasi, sebaiknya konsultasikan ke dokter.

Mitos 6: Minum air putih sebanyak-banyaknya adalah cara terbaik untuk mengatasi dehidrasi akibat muntah.

Fakta: Meskipun hidrasi penting, minum air terlalu banyak sekaligus dapat memicu muntah lagi. Lebih baik minum sedikit-sedikit tapi sering, dan pertimbangkan minuman elektrolit untuk mengganti mineral yang hilang.

Mitos 7: Vomitus selalu didahului oleh rasa mual.

Fakta: Meskipun mual sering mendahului muntah, ada kondisi di mana vomitus bisa terjadi tanpa rasa mual sebelumnya, seperti pada beberapa kasus tumor otak atau migrain tertentu.

Mitos 8: Mengonsumsi obat antiemetik selalu aman untuk mengatasi vomitus.

Fakta: Meskipun obat antiemetik bisa membantu, penggunaannya harus hati-hati dan sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter, terutama untuk anak-anak atau wanita hamil.

Memahami fakta-fakta ini penting untuk menangani vomitus dengan tepat dan mengetahui kapan harus mencari bantuan medis. Selalu ingat bahwa setiap kasus vomitus bisa berbeda, dan jika Anda ragu, lebih baik berkonsultasi dengan profesional kesehatan.

Pertanyaan Umum Seputar Vomitus

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan tentang vomitus beserta jawabannya:

1. Apakah vomitus sama dengan muntah?

Ya, vomitus adalah istilah medis untuk muntah. Keduanya merujuk pada proses yang sama di mana isi lambung dikeluarkan secara paksa melalui mulut.

2. Berapa lama vomitus biasanya berlangsung?

Durasi vomitus bervariasi tergantung penyebabnya. Vomitus akibat virus gastroenteritis biasanya berlangsung 1-3 hari. Namun, jika berlangsung lebih dari 24 jam pada orang dewasa atau 12 jam pada anak-anak, sebaiknya konsultasikan ke dokter.

3. Apakah vomitus berbahaya?

Vomitus itu sendiri biasanya tidak berbahaya dan merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Namun, vomitus yang berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit yang bisa berbahaya jika tidak ditangani.

4. Bagaimana cara mencegah dehidrasi akibat vomitus?

Minum cairan secara perlahan dan sering, sedikit demi sedikit. Minuman elektrolit atau oralit bisa membantu mengganti cairan dan mineral yang hilang. Hindari minuman yang mengandung kafein atau alkohol.

5. Apakah ada makanan khusus yang harus dihindari saat mengalami vomitus?

Hindari makanan berminyak, pedas, atau manis. Juga hindari makanan padat sampai muntah mereda. Mulailah dengan makanan lunak seperti nasi, roti panggang, atau pisang saat Anda mulai merasa lebih baik.

6. Apakah vomitus bisa menular?

Vomitus itu sendiri tidak menular, tetapi jika disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, penyebabnya bisa menular melalui kontak dengan cairan tubuh atau permukaan yang terkontaminasi.

7. Kapan vomitus dianggap sebagai keadaan darurat?

Vomitus dianggap darurat jika disertai dengan muntah darah, nyeri perut yang parah, tanda-tanda dehidrasi berat, atau gejala neurologis seperti kebingungan atau kejang.

8. Apakah vomitus pada kehamilan berbahaya bagi janin?

Vomitus ringan hingga sedang selama kehamilan (morning sickness) umumnya tidak berbahaya bagi janin. Namun, vomitus parah dan berkepanjangan (hyperemesis gravidarum) bisa menyebabkan dehidrasi dan kekurangan nutrisi yang memerlukan penanganan medis.

9. Bisakah stress menyebabkan vomitus?

Ya, stress dan kecemasan dapat memicu mual dan vomitus pada beberapa orang. Ini sering disebut sebagai "nervous stomach".

10. Apakah ada obat yang bisa menghentikan vomitus dengan cepat?

Ada beberapa obat antiemetik yang bisa membantu mengurangi mual dan vomitus, seperti ondansetron atau promethazine. Namun, penggunaan obat-obatan ini harus dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu.

Ingatlah bahwa meskipun informasi ini bisa membantu, setiap kasus vomitus bisa berbeda. Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang vomitus yang Anda alami, selalu lebih baik untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan.

Kesimpulan

Vomitus atau muntah merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang umum terjadi. Meskipun seringkali tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya, vomitus yang berkepanjangan atau disertai gejala tertentu bisa menjadi tanda kondisi medis yang lebih serius.

Penting untuk memahami penyebab, gejala, dan cara penanganan vomitus yang tepat. Menjaga hidrasi, mengatur pola makan, dan istirahat yang cukup merupakan langkah-langkah awal yang bisa dilakukan di rumah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya