Fungsi Cairan Infus untuk Tubuh, Manfaat dan Jenis-Jenisnya untuk Kesehatan

Cairan infus memiliki berbagai fungsi penting untuk tubuh. Ketahui jenis-jenis cairan infus dan manfaatnya bagi kesehatan dalam artikel lengkap ini.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 05 Feb 2025, 14:05 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2025, 14:05 WIB
fungsi cairan infus
fungsi cairan infus ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Cairan infus adalah cairan steril yang diberikan langsung ke dalam pembuluh darah melalui selang infus. Pemberian cairan infus bertujuan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang, memperbaiki keseimbangan elektrolit, memberikan nutrisi, serta sebagai media pemberian obat-obatan tertentu.

Infus merupakan metode pemberian cairan atau obat yang dilakukan langsung melalui pembuluh darah vena. Cairan infus tersimpan dalam kantong atau botol steril yang dialirkan melalui selang menuju jarum infus yang ditusukkan ke pembuluh darah. Jenis dan jumlah cairan infus yang diberikan akan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

Pemberian cairan infus umumnya dilakukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Namun dalam kondisi tertentu, infus juga bisa diberikan di klinik atau bahkan di rumah pasien dengan pengawasan tenaga medis. Hanya dokter dan perawat terlatih yang diperbolehkan melakukan pemasangan dan pemberian cairan infus.

Fungsi Utama Cairan Infus

Cairan infus memiliki beberapa fungsi utama bagi tubuh, antara lain:

  • Menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat dehidrasi, perdarahan, atau kondisi medis lainnya
  • Menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh
  • Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak bisa makan dan minum secara normal
  • Sebagai media pemberian obat-obatan tertentu langsung ke aliran darah
  • Membantu memperbaiki kondisi pasien yang mengalami syok atau gangguan sirkulasi
  • Memperbaiki keseimbangan asam basa dalam tubuh
  • Membantu proses detoksifikasi pada kasus keracunan tertentu

Fungsi spesifik cairan infus akan bergantung pada jenis cairan yang diberikan. Dokter akan menentukan jenis dan jumlah cairan infus yang tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing pasien.

Jenis-Jenis Cairan Infus

Secara umum, cairan infus dapat dibagi menjadi dua jenis utama yaitu cairan kristaloid dan cairan koloid:

1. Cairan Kristaloid

Cairan kristaloid merupakan jenis cairan infus yang paling sering digunakan. Cairan ini mengandung elektrolit seperti natrium, kalium, klorida dan glukosa yang terlarut dalam air. Beberapa contoh cairan kristaloid antara lain:

  • NaCl 0,9% (Normal Saline)
  • Ringer Laktat
  • Dextrose 5%
  • NaCl 0,45% (Half Normal Saline)
  • Ringer Asetat

Cairan kristaloid berfungsi untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang, memperbaiki keseimbangan elektrolit, dan sebagai cairan pemeliharaan. Cairan ini mudah berpindah dari pembuluh darah ke jaringan tubuh.

2. Cairan Koloid

Cairan koloid mengandung molekul-molekul besar seperti protein atau polisakarida yang sulit menembus dinding pembuluh darah. Contoh cairan koloid antara lain:

  • Albumin
  • Gelatin
  • Dextran
  • Hydroxyethyl starch (HES)

Cairan koloid berfungsi untuk meningkatkan volume plasma darah dalam waktu yang lebih lama dibandingkan kristaloid. Cairan ini biasanya digunakan pada kasus syok atau kehilangan cairan yang parah.

Manfaat Cairan Infus untuk Berbagai Kondisi

Pemberian cairan infus dapat memberikan berbagai manfaat tergantung pada kondisi pasien, antara lain:

1. Mengatasi Dehidrasi

Cairan infus sangat bermanfaat untuk mengatasi dehidrasi akibat diare, muntah, atau kehilangan cairan berlebih lainnya. Infus dapat menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang dengan cepat.

2. Memperbaiki Gangguan Elektrolit

Pada kondisi gangguan elektrolit seperti hiponatremia atau hipokalemia, pemberian cairan infus dengan komposisi elektrolit yang sesuai dapat membantu memperbaiki keseimbangan elektrolit tubuh.

3. Memberikan Nutrisi

Bagi pasien yang tidak bisa makan dan minum secara normal, cairan infus dapat menjadi sumber nutrisi utama. Cairan infus nutrisi mengandung glukosa, asam amino, elektrolit dan vitamin yang dibutuhkan tubuh.

4. Membantu Pemberian Obat

Beberapa jenis obat perlu diberikan langsung ke aliran darah melalui infus. Hal ini memungkinkan obat bekerja lebih cepat dan efektif dibandingkan pemberian oral.

5. Mengatasi Syok

Pada kasus syok akibat perdarahan atau sepsis, pemberian cairan infus dalam jumlah besar dapat membantu memulihkan volume darah dan memperbaiki sirkulasi.

6. Persiapan Operasi

Sebelum operasi, pasien sering diberikan cairan infus untuk memastikan hidrasi yang cukup dan menjaga keseimbangan elektrolit selama prosedur.

Cara Kerja Cairan Infus dalam Tubuh

Ketika cairan infus masuk ke dalam pembuluh darah, beberapa proses akan terjadi di dalam tubuh:

  • Cairan akan bercampur dengan darah dan beredar ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah.
  • Elektrolit dan nutrisi dalam cairan infus akan diserap oleh sel-sel tubuh yang membutuhkan.
  • Kelebihan cairan akan dikeluarkan melalui urin oleh ginjal.
  • Cairan infus membantu mengencerkan darah sehingga aliran darah menjadi lebih lancar.
  • Pada kasus dehidrasi, cairan infus akan membantu mengembalikan volume cairan ekstrasel yang berkurang.

Kecepatan pemberian cairan infus akan diatur sesuai kebutuhan. Perawat akan memantau tetesan infus dan kondisi pasien secara berkala untuk memastikan pemberian yang tepat.

Prosedur Pemberian Cairan Infus

Pemberian cairan infus harus dilakukan oleh tenaga medis terlatih dengan prosedur sebagai berikut:

  1. Dokter akan menentukan jenis dan jumlah cairan infus yang dibutuhkan pasien.
  2. Perawat akan mempersiapkan peralatan infus steril seperti kantong cairan, selang, dan jarum infus.
  3. Area penusukan jarum infus akan dibersihkan dengan antiseptik.
  4. Jarum infus akan ditusukkan ke pembuluh darah vena, biasanya di tangan atau lengan.
  5. Selang infus akan dihubungkan dan cairan mulai dialirkan dengan kecepatan yang diatur.
  6. Perawat akan memantau tetesan infus dan kondisi pasien secara berkala.
  7. Setelah cairan habis atau pengobatan selesai, jarum infus akan dilepas.

Selama prosedur, pasien mungkin akan merasakan sedikit ketidaknyamanan saat penusukan jarum. Namun secara umum, pemberian infus relatif aman dan tidak menimbulkan rasa sakit yang berarti.

Indikasi Pemberian Cairan Infus

Beberapa kondisi yang memerlukan pemberian cairan infus antara lain:

  • Dehidrasi berat akibat diare, muntah, atau kehilangan cairan berlebih
  • Gangguan keseimbangan elektrolit
  • Perdarahan hebat
  • Syok atau gangguan sirkulasi
  • Pasien yang tidak bisa makan dan minum secara normal
  • Persiapan dan pemulihan pasca operasi
  • Pemberian obat-obatan tertentu
  • Kasus keracunan yang memerlukan detoksifikasi
  • Luka bakar luas
  • Gagal ginjal
  • Sepsis atau infeksi berat

Dokter akan mengevaluasi kondisi pasien secara menyeluruh sebelum memutuskan pemberian cairan infus. Tidak semua pasien memerlukan infus dan pemberiannya harus sesuai indikasi medis.

Risiko dan Efek Samping Cairan Infus

Meskipun umumnya aman, pemberian cairan infus dapat menimbulkan beberapa risiko dan efek samping seperti:

  • Infeksi pada area penusukan jarum infus
  • Pembengkakan atau hematoma di sekitar area infus
  • Tromboflebitis atau peradangan pembuluh darah
  • Emboli udara jika ada gelembung udara dalam selang infus
  • Overload cairan jika pemberian terlalu banyak
  • Gangguan elektrolit jika komposisi cairan tidak sesuai
  • Reaksi alergi terhadap komponen cairan infus
  • Kerusakan jaringan jika cairan merembes ke luar pembuluh darah

Untuk meminimalkan risiko, pemberian infus harus dilakukan oleh tenaga medis terlatih dengan prosedur yang benar. Pemantauan rutin juga diperlukan selama pemberian infus berlangsung.

Cara Menghitung Kebutuhan Cairan Infus

Penentuan jumlah dan kecepatan pemberian cairan infus memerlukan perhitungan yang tepat. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain:

  • Berat badan pasien
  • Usia
  • Kondisi medis
  • Tingkat dehidrasi
  • Keseimbangan cairan dan elektrolit
  • Fungsi ginjal dan jantung

Dokter akan menggunakan rumus tertentu untuk menghitung kebutuhan cairan infus. Salah satu rumus yang umum digunakan adalah:

Kebutuhan cairan (ml/jam) = (Berat badan dalam kg x 4) + 7% untuk setiap derajat suhu di atas 37°C

Namun perhitungan ini hanya sebagai panduan awal. Dokter akan terus mengevaluasi respons pasien dan menyesuaikan pemberian cairan infus sesuai kebutuhan.

Mitos dan Fakta Seputar Cairan Infus

Beberapa mitos yang beredar di masyarakat terkait cairan infus antara lain:

Mitos: Infus hanya untuk pasien yang sakit parah

Fakta: Infus dapat diberikan untuk berbagai kondisi, tidak hanya pada penyakit berat.

Mitos: Infus membuat tubuh ketergantungan

Fakta: Infus tidak menyebabkan ketergantungan jika diberikan sesuai indikasi medis.

Mitos: Semakin banyak infus semakin cepat sembuh

Fakta: Jumlah infus yang diberikan harus sesuai kebutuhan, kelebihan cairan justru berbahaya.

Mitos: Infus bisa menggantikan makan dan minum

Fakta: Infus hanya pelengkap, tidak bisa sepenuhnya menggantikan asupan oral jika memungkinkan.

Mitos: Infus menyebabkan darah encer

Fakta: Infus tidak mengencerkan darah secara berlebihan jika diberikan sesuai dosis.

Penting untuk mendapatkan informasi yang akurat dari tenaga medis terkait pemberian cairan infus agar tidak terjebak mitos yang keliru.

Kapan Harus Konsultasi ke Dokter

Jika Anda atau keluarga sedang menjalani terapi cairan infus, segera hubungi dokter jika mengalami gejala berikut:

  • Demam atau menggigil
  • Nyeri atau bengkak di area penusukan jarum infus
  • Kesulitan bernapas
  • Pusing atau sakit kepala hebat
  • Mual dan muntah berlebihan
  • Pembengkakan pada tangan, kaki atau wajah
  • Ruam atau gatal-gatal
  • Perubahan warna kulit
  • Detak jantung tidak teratur

Gejala-gejala tersebut dapat mengindikasikan adanya komplikasi atau efek samping dari pemberian cairan infus yang memerlukan penanganan medis segera.

Kesimpulan

Cairan infus memiliki berbagai fungsi penting bagi tubuh, mulai dari menggantikan cairan yang hilang, memperbaiki keseimbangan elektrolit, hingga memberikan nutrisi dan obat-obatan. Pemberian cairan infus harus dilakukan sesuai indikasi medis oleh tenaga kesehatan terlatih. Meskipun umumnya aman, infus tetap memiliki risiko efek samping sehingga pemantauan rutin diperlukan. Pemahaman yang baik tentang fungsi dan jenis cairan infus dapat membantu optimalisasi terapi dan meminimalkan komplikasi. Jika ada pertanyaan atau keluhan selama menjalani terapi infus, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya