Ciri Anak Kena DBD: Panduan Lengkap untuk Orang Tua Waspada

Kenali ciri anak kena DBD dengan panduan lengkap ini. Pelajari gejala, penanganan, dan pencegahan demam berdarah pada anak agar orang tua lebih waspada.

oleh Nisa Mutia Sari diperbarui 17 Jan 2025, 21:06 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2025, 21:06 WIB
ciri anak kena dbd
ciri anak kena dbd ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang kerap menjadi momok bagi orang tua, terutama saat musim hujan tiba. Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini dapat menyerang siapa saja, namun anak-anak termasuk kelompok yang rentan terkena DBD. Mengenali ciri anak kena DBD sejak dini sangatlah penting agar penanganan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

Artikel ini akan membahas secara komprehensif mengenai ciri-ciri DBD pada anak, mulai dari gejala awal hingga tanda-tanda yang perlu diwaspadai. Selain itu, kita juga akan mengulas fase-fase DBD, cara penanganan, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan. Dengan memahami informasi ini, diharapkan orang tua dapat lebih waspada dan siap menghadapi kemungkinan anak terkena DBD.

Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang telah terinfeksi. DBD umumnya menyerang daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia yang menjadi salah satu negara endemis DBD.

Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, namun anak-anak dan remaja cenderung lebih rentan terkena DBD. Hal ini disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh mereka yang belum sekuat orang dewasa. Selain itu, aktivitas anak-anak yang lebih banyak di luar ruangan juga meningkatkan risiko terkena gigitan nyamuk pembawa virus dengue.

DBD dapat berkembang menjadi kondisi yang serius jika tidak ditangani dengan tepat. Dalam kasus yang parah, DBD dapat menyebabkan komplikasi seperti syok dengue atau sindrom syok dengue yang berpotensi mengancam nyawa. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali ciri-ciri DBD pada anak sejak dini agar dapat memberikan penanganan yang tepat.

Ciri-ciri Anak Terkena DBD

Mengenali ciri anak kena DBD merupakan langkah awal yang krusial dalam penanganan penyakit ini. Berikut adalah beberapa tanda dan gejala yang perlu diwaspadai:

  1. Demam tinggi mendadak: Anak akan mengalami demam tinggi secara tiba-tiba, biasanya mencapai 38-40°C. Demam ini umumnya berlangsung selama 2-7 hari.
  2. Sakit kepala parah: Anak mungkin mengeluhkan sakit kepala yang intens, terutama di bagian belakang mata.
  3. Nyeri otot dan sendi: Rasa nyeri atau pegal di otot dan sendi sering dialami oleh penderita DBD, sehingga anak mungkin terlihat lemas dan enggan bergerak.
  4. Mual dan muntah: Anak dapat mengalami mual yang disertai dengan muntah-muntah.
  5. Ruam pada kulit: Bintik-bintik merah (petekie) dapat muncul pada kulit anak, terutama di bagian dada, punggung, dan tungkai.
  6. Kehilangan nafsu makan: Anak mungkin menolak untuk makan atau minum.
  7. Mudah lelah: Anak terlihat lebih lesu dan mudah lelah dari biasanya.
  8. Mimisan atau gusi berdarah: Pada kasus yang lebih serius, dapat terjadi perdarahan ringan seperti mimisan atau gusi yang mudah berdarah.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua anak akan menunjukkan semua gejala tersebut. Beberapa anak mungkin hanya mengalami beberapa gejala, sementara yang lain mungkin menunjukkan gejala yang lebih parah. Jika Anda mencurigai anak Anda terkena DBD, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Fase-fase DBD pada Anak

Memahami fase-fase DBD pada anak sangat penting untuk mengenali perkembangan penyakit dan memberikan penanganan yang tepat. DBD umumnya terbagi menjadi tiga fase utama:

1. Fase Demam

Fase ini merupakan tahap awal DBD yang berlangsung selama 2-7 hari. Ciri-ciri yang muncul pada fase ini antara lain:

  • Demam tinggi mendadak (39-40°C)
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot dan sendi
  • Mual dan muntah
  • Kehilangan nafsu makan

Pada fase ini, gejala DBD sering kali mirip dengan penyakit flu biasa, sehingga terkadang sulit dibedakan. Namun, jika demam berlangsung lebih dari 2 hari dan disertai gejala lainnya, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.

2. Fase Kritis

Fase kritis biasanya terjadi pada hari ke-3 hingga ke-7 sejak demam pertama muncul. Ini merupakan fase yang paling berbahaya dan memerlukan pengawasan ketat. Ciri-ciri fase kritis meliputi:

  • Penurunan suhu tubuh secara tiba-tiba
  • Munculnya ruam atau bintik merah pada kulit
  • Perdarahan dari hidung, gusi, atau organ internal
  • Nyeri perut yang hebat
  • Muntah terus-menerus
  • Gelisah atau lesu berlebihan

Pada fase ini, terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang dapat menyebabkan kebocoran plasma. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan volume darah dan berpotensi menyebabkan syok. Oleh karena itu, pengawasan medis intensif sangat diperlukan pada fase ini.

3. Fase Pemulihan

Jika anak berhasil melewati fase kritis, ia akan memasuki fase pemulihan. Fase ini biasanya berlangsung selama 2-3 hari. Tanda-tanda fase pemulihan meliputi:

  • Nafsu makan mulai membaik
  • Kondisi umum membaik
  • Tekanan darah dan denyut nadi stabil
  • Produksi urin meningkat
  • Ruam pada kulit mulai memudar

Meskipun kondisi anak mulai membaik pada fase ini, pengawasan tetap diperlukan untuk memastikan pemulihan berjalan dengan baik dan mencegah terjadinya komplikasi.

Memahami fase-fase DBD ini dapat membantu orang tua dan tenaga medis dalam memberikan penanganan yang tepat sesuai dengan tahapan penyakit. Namun, perlu diingat bahwa setiap anak mungkin mengalami perkembangan penyakit yang berbeda, sehingga pengawasan dan konsultasi dengan dokter tetap diperlukan.

Penanganan DBD pada Anak

Penanganan DBD pada anak harus dilakukan dengan cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Berikut adalah langkah-langkah penanganan yang dapat dilakukan:

1. Penanganan di Rumah

Jika gejala masih ringan dan anak masih diperbolehkan untuk dirawat di rumah, beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:

  • Istirahat yang cukup: Pastikan anak beristirahat dengan cukup untuk membantu pemulihan.
  • Pemberian cairan yang adekuat: Berikan anak banyak minum air putih, oralit, atau jus buah untuk mencegah dehidrasi.
  • Kompres hangat: Lakukan kompres hangat untuk membantu menurunkan demam.
  • Pemberian obat penurun panas: Berikan obat penurun panas seperti paracetamol sesuai dosis yang dianjurkan dokter. Hindari pemberian aspirin atau ibuprofen karena dapat meningkatkan risiko perdarahan.
  • Pemantauan gejala: Awasi perkembangan gejala anak secara ketat. Jika gejala memburuk, segera bawa ke fasilitas kesehatan.

2. Penanganan di Rumah Sakit

Jika gejala semakin parah atau anak memasuki fase kritis, perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan. Penanganan di rumah sakit dapat meliputi:

  • Terapi cairan intravena: Pemberian cairan melalui infus untuk mengatasi dehidrasi dan menjaga keseimbangan cairan tubuh.
  • Pemantauan ketat: Dokter akan memantau tanda-tanda vital, kadar trombosit, dan hematokrit secara berkala.
  • Transfusi darah: Jika terjadi penurunan trombosit yang signifikan, transfusi trombosit mungkin diperlukan.
  • Penanganan komplikasi: Jika terjadi komplikasi seperti syok atau perdarahan hebat, penanganan khusus akan diberikan.

3. Perawatan Pasca DBD

Setelah anak pulih dari DBD, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

  • Pemulihan gizi: Berikan makanan bergizi untuk membantu pemulihan tubuh anak.
  • Kontrol rutin: Lakukan pemeriksaan lanjutan sesuai anjuran dokter untuk memastikan pemulihan berjalan dengan baik.
  • Istirahat yang cukup: Pastikan anak tetap mendapatkan istirahat yang cukup selama masa pemulihan.

Penting untuk diingat bahwa penanganan DBD harus dilakukan di bawah pengawasan tenaga medis profesional. Jangan ragu untuk segera membawa anak ke dokter atau rumah sakit jika mencurigai adanya gejala DBD.

Pencegahan DBD pada Anak

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Prinsip ini sangat relevan dalam kasus DBD. Berikut adalah langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk melindungi anak dari DBD:

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Metode 3M Plus merupakan cara efektif untuk memberantas sarang nyamuk:

  • Menguras: Bersihkan tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, ember, dan tempayan secara rutin, minimal seminggu sekali.
  • Menutup: Tutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum, kendi, dan tempayan.
  • Mengubur: Kubur atau buang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, ban bekas, dan plastik-plastik yang berserakan.
  • Plus: Tambahan langkah pencegahan seperti menggunakan kelambu saat tidur, memakai lotion anti nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik, dan menanam tanaman pengusir nyamuk.

2. Perlindungan Diri

Lindungi anak dari gigitan nyamuk dengan cara:

  • Menggunakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, terutama saat beraktivitas di luar rumah.
  • Mengaplikasikan lotion anti nyamuk yang aman untuk anak.
  • Memasang kelambu saat tidur, terutama untuk bayi dan balita.
  • Menghindari beraktivitas di luar rumah pada pagi dan sore hari saat nyamuk Aedes aegypti aktif menggigit.

3. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Lingkungan yang bersih dapat mengurangi risiko perkembangbiakan nyamuk:

  • Membersihkan halaman rumah secara rutin.
  • Memastikan saluran air mengalir dengan lancar.
  • Membuang sampah pada tempatnya dan mengelola sampah dengan baik.
  • Membersihkan talang air secara berkala.

4. Edukasi dan Kesadaran

Meningkatkan pemahaman anak dan keluarga tentang DBD:

  • Mengajarkan anak tentang bahaya DBD dan cara pencegahannya.
  • Melibatkan anak dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di rumah.
  • Berpartisipasi dalam program pencegahan DBD di lingkungan sekitar.

5. Vaksinasi DBD

Meskipun belum tersedia secara luas, vaksin DBD telah dikembangkan dan digunakan di beberapa negara. Konsultasikan dengan dokter mengenai kemungkinan vaksinasi DBD untuk anak Anda.

Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini secara konsisten, risiko anak terkena DBD dapat dikurangi secara signifikan. Ingatlah bahwa pencegahan DBD adalah tanggung jawab bersama, baik di tingkat keluarga maupun masyarakat.

Komplikasi DBD pada Anak

Meskipun sebagian besar kasus DBD dapat pulih dengan baik jika ditangani secara tepat, beberapa kasus dapat berkembang menjadi komplikasi yang serius. Memahami potensi komplikasi ini penting agar orang tua dapat lebih waspada dan segera mencari bantuan medis jika diperlukan. Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada anak penderita DBD:

1. Sindrom Syok Dengue (DSS)

Sindrom Syok Dengue merupakan komplikasi paling serius dari DBD. Kondisi ini terjadi ketika terjadi kebocoran plasma yang parah, menyebabkan penurunan volume darah yang drastis. Gejala DSS meliputi:

  • Nyeri perut yang hebat
  • Muntah terus-menerus
  • Perubahan suhu tubuh yang tiba-tiba (dari demam menjadi dingin)
  • Gelisah atau mengantuk berlebihan
  • Penurunan tekanan darah yang cepat

DSS memerlukan penanganan medis darurat dan dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

2. Perdarahan Hebat

Pada kasus DBD yang parah, dapat terjadi perdarahan yang signifikan. Ini bisa berupa:

  • Perdarahan dari hidung atau gusi yang sulit dihentikan
  • Muntah darah
  • Buang air besar berdarah (melena)
  • Perdarahan di bawah kulit yang luas

Perdarahan hebat dapat menyebabkan anemia berat dan memerlukan transfusi darah segera.

3. Kerusakan Organ

DBD yang parah dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh, termasuk:

  • Hati: Dapat menyebabkan hepatitis atau gagal hati
  • Jantung: Dapat terjadi miokarditis (peradangan otot jantung)
  • Otak: Dapat menyebabkan ensefalitis (peradangan otak) atau kejang
  • Ginjal: Dapat terjadi gagal ginjal akut

4. Dehidrasi Berat

Demam tinggi, muntah, dan berkurangnya asupan cairan dapat menyebabkan dehidrasi berat. Jika tidak diatasi, dehidrasi dapat menyebabkan gangguan elektrolit dan memperparah kondisi anak.

5. Sindrom Pernapasan Akut

Dalam kasus yang jarang, DBD dapat menyebabkan sindrom pernapasan akut, di mana cairan menumpuk di paru-paru dan menyebabkan kesulitan bernapas.

6. Komplikasi Jangka Panjang

Meskipun jarang, beberapa anak mungkin mengalami efek jangka panjang setelah pulih dari DBD, seperti kelelahan berkepanjangan atau gangguan kognitif ringan.

Penting untuk diingat bahwa komplikasi-komplikasi ini umumnya dapat dicegah dengan penanganan yang tepat dan cepat. Oleh karena itu, jika Anda mencurigai anak Anda terkena DBD, jangan ragu untuk segera mencari bantuan medis. Pemantauan yang ketat dan perawatan yang tepat dapat secara signifikan mengurangi risiko komplikasi serius.

Mitos dan Fakta Seputar DBD pada Anak

Seiring dengan meningkatnya kasus DBD, berbagai informasi beredar di masyarakat. Sayangnya, tidak semua informasi tersebut akurat. Berikut adalah beberapa mitos dan fakta seputar DBD pada anak yang perlu diketahui:

Mitos 1: DBD hanya menyerang saat musim hujan

Fakta: Meskipun kasus DBD memang cenderung meningkat saat musim hujan karena banyaknya genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk, DBD dapat menyerang sepanjang tahun. Nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang biak di berbagai tempat penampungan air, baik di dalam maupun di luar rumah, terlepas dari musim.

Mitos 2: Anak yang pernah terkena DBD tidak akan terkena lagi

Fakta: Seseorang yang pernah terkena DBD masih mungkin terinfeksi kembali. Ada empat jenis virus dengue, dan kekebalan yang didapat setelah terinfeksi hanya berlaku untuk jenis virus yang sama. Bahkan, infeksi kedua dengan jenis virus yang berbeda dapat meningkatkan risiko komplikasi yang lebih serius.

Mitos 3: Obat tradisional dapat menyembuhkan DBD

Fakta: Hingga saat ini, belum ada obat spesifik untuk menyembuhkan DBD, baik obat modern maupun tradisional. Penanganan DBD berfokus pada perawatan suportif untuk mengatasi gejala dan mencegah komplikasi. Penggunaan obat tradisional tanpa pengawasan medis dapat berisiko menunda penanganan yang tepat.

Mitos 4: Anak dengan DBD harus dipuasakan

Fakta: Anak dengan DBD justru membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk membantu pemulihan. Yang penting adalah memberikan makanan yang mudah dicerna dan meningkatkan asupan cairan untuk mencegah dehidrasi.

Mitos 5: Fogging (pengasapan) adalah cara terbaik untuk mencegah DBD

Fakta: Meskipun fogging dapat membantu mengurangi populasi nyamuk dewasa, efeknya hanya sementara. Cara yang lebih efektif untuk mencegah DBD adalah dengan memberantas sarang nyamuk melalui metode 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus tindakan pencegahan lainnya).

Mitos 6: Anak dengan DBD selalu mengalami penurunan trombosit

Fakta: Meskipun penurunan trombosit memang sering terjadi pada kasus DBD, tidak semua anak dengan DBD akan mengalami penurunan trombosit yang signifikan. Diagnosis DBD didasarkan pada kombinasi gejala klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium.

Mitos 7: Vaksin DBD memberikan perlindungan 100%

Fakta: Vaksin DBD yang tersedia saat ini tidak memberikan perlindungan 100% terhadap infeksi dengue. Vaksin ini hanya direkomendasikan untuk individu yang pernah terinfeksi dengue sebelumnya dan memiliki efektivitas yang bervariasi terhadap berbagai jenis virus dengue.

Memahami fakta-fakta ini penting untuk menghindari kesalahpahaman dan memastikan penanganan yang tepat terhadap DBD pada anak. Selalu konsultasikan dengan tenaga medis profesional untuk informasi yang akurat dan penanganan yang sesuai.

Kapan Harus ke Dokter?

Mengenali waktu yang tepat untuk membawa anak ke dokter sangat penting dalam penanganan DBD. Berikut adalah situasi-situasi di mana Anda harus segera mencari bantuan medis:

1. Demam Tinggi yang Berlanjut

Jika anak mengalami demam tinggi (di atas 38°C) yang berlangsung lebih dari 2 hari, terutama jika disertai dengan gejala lain seperti sakit kepala, nyeri otot, atau ruam, segera konsultasikan ke dokter.

2. Tanda-tanda Dehidrasi

Perhatikan jika anak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi seperti:

  • Mulut dan bibir kering
  • Kurang buang air kecil
  • Mata cekung
  • Kulit kering dan tidak elastis

3. Muntah Terus-menerus

Jika anak muntah lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan tidak dapat menahan cairan, ini bisa menjadi tanda bahaya yang memerlukan perhatian medis segera.

4. Nyeri Perut yang Hebat

Nyeri perut yang intens dan terus-menerus, terutama jika disertai dengan muntah, bisa menjadi tanda komplikasi serius.

5. Tanda-tanda Perdarahan

Segera bawa anak ke dokter jika muncul tanda-tanda perdarahan seperti:

  • Mimisan yang sulit dihentikan
  • Gusi berdarah
  • Buang air besar berdarah atau hitam
  • Munculnya bintik-bintik merah di kulit yang tidak hilang saat ditekan

6. Perubahan Perilaku

Jika anak menjadi sangat lesu, gelisah, atau mengalami penurunan kesadaran, ini bisa menjadi tanda komplikasi serius yang memerlukan penanganan segera.

7. Kesulitan Bernapas

Jika anak mengalami kesulitan bernapas atau napas cepat dan dangkal, segera bawa ke unit gawat darurat.

8. Demam Turun Tapi Kondisi Memburuk

Pada fase kritis DBD, demam bisa turun tetapi kondisi anak justru memburuk. Jika hal ini terjadi, segera bawa anak ke dokter.

9. Hasil Tes Darah Abnormal

Jika hasil tes darah menunjukkan penurunan trombosit yang signifikan atau peningkatan hematokrit, konsultasikan dengan dokter untuk penanganan lebih lanjut.

10. Kekhawatiran Orang Tua

Jika Anda sebagai orang tua merasa khawatir atau instink Anda mengatakan ada yang tidak beres dengan kondisi anak, jangan ragu untuk segera membawanya ke dokter.

Ingatlah bahwa dalam kasus DBD, penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi serius. Lebih baik berjaga-jaga dengan membawa anak ke dokter daripada menunda dan berisiko menghadapi situasi yang lebih berbahaya. Selalu perhatikan kondisi anak Anda dan jangan ragu untuk mencari bantuan medis jika diperlukan.

Kesimpulan

Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak merupakan kondisi yang perlu diwaspadai oleh setiap orang tua. Mengenali ciri anak kena DBD sejak dini sangatlah penting untuk memastikan penanganan yang cepat dan tepat. Dari gejala awal seperti demam tinggi, nyeri otot, dan ruam, hingga tanda-tanda yang lebih serius seperti perdarahan atau penurunan kesadaran, setiap indikasi harus diperhatikan dengan seksama.

Pemahaman tentang fase-fase DBD, dari fase demam hingga fase pemulihan, dapat membantu orang tua dalam mengantisipasi perkembangan penyakit. Penanganan yang tepat, baik di rumah maupun di rumah sakit, sangat krusial dalam menentukan hasil akhir dari infeksi DBD. Lebih penting lagi, langkah-langkah pencegahan seperti pemberantasan sarang nyamuk dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk harus menjadi prioritas dalam upaya mengurangi risiko DBD.

Meskipun DBD dapat menjadi kondisi yang serius, dengan kewaspadaan, pengetahuan, dan tindakan yang tepat, risiko dan dampak penyakit ini dapat diminimalkan. Orang tua diharapkan untuk selalu siaga dan tidak ragu mencari bantuan medis jika mencurigai anak mereka terkena DBD. Ingatlah bahwa dalam kasus DBD, deteksi dini dan penanganan cepat adalah kunci utama untuk pemulihan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya