Kepribadian Ambang Adalah Gangguan Mental yang Perlu Dipahami

Kepribadian ambang adalah gangguan mental serius yang memengaruhi emosi dan hubungan. Kenali gejala, penyebab, dan penanganannya di sini.

oleh Liputan6 diperbarui 13 Jan 2025, 18:43 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2025, 18:43 WIB
kepribadian ambang adalah
kepribadian ambang adalah ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Pengertian Kepribadian Ambang

Liputan6.com, Jakarta Kepribadian ambang, atau dalam istilah medis disebut borderline personality disorder (BPD), merupakan gangguan mental serius yang ditandai dengan ketidakstabilan emosi, citra diri, dan hubungan interpersonal. Individu dengan kondisi ini sering mengalami perubahan suasana hati yang drastis, memiliki pandangan ekstrem tentang orang dan situasi, serta kesulitan menjalin dan mempertahankan hubungan yang sehat.

Gangguan ini dinamakan "ambang" atau "borderline" karena dulu dianggap berada di perbatasan antara neurosis dan psikosis. Meskipun pemahaman tentang gangguan ini telah berkembang, istilah tersebut masih digunakan hingga saat ini.

Kepribadian ambang dapat sangat memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Mereka sering merasa kosong, takut ditinggalkan, dan memiliki kecenderungan untuk berperilaku impulsif atau bahkan menyakiti diri sendiri. Kondisi ini biasanya mulai terlihat pada masa remaja atau dewasa muda dan dapat membaik seiring bertambahnya usia dengan penanganan yang tepat.

Penting untuk dipahami bahwa kepribadian ambang adalah gangguan mental yang nyata dan serius, bukan sekadar label untuk perilaku yang sulit. Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, banyak individu dengan kepribadian ambang dapat mengelola gejalanya dan menjalani kehidupan yang lebih stabil dan memuaskan.

Gejala Kepribadian Ambang

Kepribadian ambang memiliki spektrum gejala yang luas dan kompleks. Berikut adalah beberapa gejala utama yang sering dialami oleh individu dengan gangguan ini:

  • Ketakutan intens akan penolakan atau ditinggalkan
  • Pola hubungan yang tidak stabil dan intens
  • Citra diri yang tidak stabil dan berubah-ubah
  • Impulsivitas dalam area yang berpotensi merugikan diri sendiri
  • Perilaku atau ancaman bunuh diri yang berulang
  • Suasana hati yang sangat tidak stabil
  • Perasaan kosong yang kronis
  • Kemarahan yang tidak terkendali
  • Gejala disosiatif atau paranoid yang terkait stres

Perubahan suasana hati pada individu dengan kepribadian ambang dapat terjadi sangat cepat, bahkan dalam hitungan menit atau jam. Mereka mungkin mengalami perubahan drastis dari merasa bahagia dan puas menjadi marah atau tertekan. Intensitas emosi yang dirasakan juga cenderung lebih kuat dibandingkan orang pada umumnya.

Hubungan interpersonal sering menjadi sumber konflik dan tekanan bagi penderita kepribadian ambang. Mereka mungkin mengidealkan seseorang pada satu waktu, namun dengan cepat beralih menjadi sangat kecewa atau marah. Ketakutan akan ditinggalkan dapat mendorong mereka untuk melakukan tindakan ekstrem untuk mencegah hal tersebut terjadi.

Perilaku impulsif juga umum terjadi, seperti pengeluaran uang yang berlebihan, penyalahgunaan zat, mengemudi secara ugal-ugalan, atau perilaku seksual yang berisiko. Tindakan menyakiti diri sendiri, seperti menyayat kulit, juga sering dilakukan sebagai cara untuk mengatasi emosi yang intens.

 

Penyebab Kepribadian Ambang

Penyebab pasti kepribadian ambang belum sepenuhnya dipahami, namun para ahli percaya bahwa kondisi ini muncul dari kombinasi faktor genetik, neurologis, dan lingkungan. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang faktor-faktor yang diduga berperan dalam perkembangan gangguan ini:

Faktor Genetik

Penelitian menunjukkan bahwa kepribadian ambang memiliki komponen genetik yang kuat. Individu yang memiliki kerabat dekat dengan gangguan ini memiliki risiko lima kali lebih tinggi untuk mengembangkannya. Namun, ini tidak berarti bahwa gangguan tersebut pasti akan diturunkan. Faktor genetik lebih cenderung meningkatkan kerentanan seseorang terhadap gangguan ini.

Faktor Neurologis

Studi pencitraan otak telah mengidentifikasi perbedaan struktural dan fungsional pada otak individu dengan kepribadian ambang. Area otak yang terlibat dalam regulasi emosi, kontrol impuls, dan fungsi eksekutif lainnya menunjukkan perbedaan aktivitas dibandingkan dengan otak individu tanpa gangguan ini. Ketidakseimbangan neurotransmitter, terutama serotonin, juga diduga berperan dalam gejala kepribadian ambang.

Faktor Lingkungan

Pengalaman masa kecil yang traumatis sering dikaitkan dengan perkembangan kepribadian ambang. Beberapa faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko termasuk:

  • Pelecehan fisik, emosional, atau seksual
  • Pengabaian atau penelantaran
  • Pemisahan dari orang tua pada usia dini
  • Lingkungan keluarga yang tidak stabil atau penuh konflik
  • Kurangnya validasi emosional dari pengasuh

Penting untuk dicatat bahwa tidak semua orang yang mengalami trauma masa kecil akan mengembangkan kepribadian ambang, dan tidak semua individu dengan kepribadian ambang memiliki riwayat trauma. Interaksi antara kerentanan genetik dan pengalaman lingkungan yang merugikan diyakini menjadi kunci dalam perkembangan gangguan ini.

Model Biosocial

Teori biosocial yang dikembangkan oleh Marsha Linehan menggabungkan faktor biologis dan lingkungan dalam menjelaskan perkembangan kepribadian ambang. Menurut teori ini, individu yang memiliki predisposisi biologis terhadap reaktivitas emosional yang tinggi, ketika dibesarkan dalam lingkungan yang tidak memvalidasi atau meremehkan pengalaman emosional mereka, berisiko tinggi mengembangkan gangguan ini.

Pemahaman tentang penyebab kepribadian ambang terus berkembang seiring dengan penelitian baru. Pendekatan yang lebih holistik, yang mempertimbangkan interaksi kompleks antara genetik, neurobiologi, pengalaman hidup, dan faktor sosial-budaya, semakin diadopsi dalam upaya memahami dan menangani gangguan ini.

Diagnosis Kepribadian Ambang

Diagnosis kepribadian ambang merupakan proses yang kompleks dan membutuhkan penilaian klinis yang cermat oleh profesional kesehatan mental yang terlatih. Tidak ada tes laboratorium atau pencitraan otak yang dapat secara definitif mendiagnosis gangguan ini. Sebaliknya, diagnosis didasarkan pada evaluasi menyeluruh terhadap gejala, riwayat medis, dan pola perilaku individu.

Kriteria Diagnostik

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), yang digunakan oleh profesional kesehatan mental di banyak negara, seseorang harus memenuhi setidaknya lima dari sembilan kriteria berikut untuk didiagnosis dengan kepribadian ambang:

  1. Upaya putus asa untuk menghindari penolakan atau pengabaian yang nyata atau dibayangkan
  2. Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan intens, ditandai dengan pergantian antara idealisasi dan devaluasi ekstrem
  3. Gangguan identitas: citra diri atau perasaan diri yang sangat tidak stabil
  4. Impulsivitas dalam setidaknya dua area yang berpotensi merugikan diri sendiri (misalnya, pengeluaran, seks, penyalahgunaan zat, mengemudi sembrono, makan berlebihan)
  5. Perilaku, isyarat, atau ancaman bunuh diri yang berulang, atau perilaku melukai diri sendiri
  6. Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas suasana hati yang nyata
  7. Perasaan kosong yang kronis
  8. Kemarahan yang tidak tepat dan intens, atau kesulitan mengendalikan kemarahan
  9. Ide paranoid sementara yang terkait stres atau gejala disosiatif yang parah

Proses Diagnosis

Proses diagnosis biasanya melibatkan beberapa langkah:

  • Wawancara klinis mendalam: Psikiater atau psikolog akan melakukan wawancara terstruktur untuk menggali gejala, riwayat medis, dan pengalaman hidup individu.
  • Evaluasi psikologis: Berbagai tes psikologis mungkin digunakan untuk menilai kepribadian, fungsi kognitif, dan kesehatan mental secara keseluruhan.
  • Riwayat medis: Pemeriksaan riwayat medis lengkap diperlukan untuk menyingkirkan kondisi medis lain yang mungkin menyebabkan gejala serupa.
  • Observasi perilaku: Penilaian perilaku individu selama sesi dan informasi dari keluarga atau orang terdekat juga dapat memberikan wawasan berharga.
  • Diferensial diagnosis: Profesional kesehatan mental harus mempertimbangkan dan menyingkirkan gangguan mental lain yang mungkin menjelaskan gejala-gejala tersebut.

Tantangan dalam Diagnosis

Diagnosis kepribadian ambang dapat menjadi tantangan karena beberapa alasan:

  • Tumpang tindih gejala: Banyak gejala kepribadian ambang yang tumpang tindih dengan gangguan mental lain, seperti gangguan bipolar, depresi, atau gangguan kecemasan.
  • Komorbiditas: Kepribadian ambang sering terjadi bersamaan dengan gangguan mental lain, yang dapat mempersulit diagnosis.
  • Variabilitas gejala: Gejala dapat bervariasi dari waktu ke waktu dan dalam situasi yang berbeda.
  • Stigma: Kesalahpahaman tentang gangguan ini dapat memengaruhi bagaimana individu melaporkan gejala mereka.

Karena kompleksitas diagnosis ini, penting bagi individu yang mencurigai dirinya mungkin memiliki kepribadian ambang untuk mencari evaluasi dari profesional kesehatan mental yang berpengalaman. Diagnosis yang akurat adalah langkah pertama yang penting dalam mendapatkan perawatan yang tepat dan efektif.

Penanganan Kepribadian Ambang

Penanganan kepribadian ambang biasanya melibatkan kombinasi psikoterapi, dan dalam beberapa kasus, pengobatan. Tujuan utama penanganan adalah untuk membantu individu mengelola gejala mereka, meningkatkan fungsi sehari-hari, dan mengembangkan keterampilan untuk menjalani kehidupan yang lebih stabil dan memuaskan. Berikut adalah beberapa pendekatan utama dalam penanganan kepribadian ambang:

Psikoterapi

Psikoterapi merupakan inti dari penanganan kepribadian ambang. Beberapa jenis terapi yang telah terbukti efektif meliputi:

  • Dialectical Behavior Therapy (DBT): Dikembangkan khusus untuk kepribadian ambang, DBT mengajarkan keterampilan untuk mengelola emosi, mentoleransi tekanan, meningkatkan kesadaran, dan memperbaiki hubungan interpersonal. DBT biasanya melibatkan sesi terapi individual, kelompok keterampilan, dan dukungan telepon.
  • Mentalization-Based Therapy (MBT): MBT berfokus pada membantu individu memahami keadaan mental mereka sendiri dan orang lain. Ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan "mentalisasi" - kemampuan untuk memikirkan pikiran dan perasaan.
  • Transference-Focused Psychotherapy (TFP): TFP adalah bentuk psikoterapi psikodinamik yang bertujuan untuk membantu pasien memahami dan mengubah representasi internal mereka tentang diri dan orang lain.
  • Schema-Focused Therapy: Terapi ini menggabungkan elemen dari terapi kognitif-perilaku, psikodinamik, dan pendekatan lain untuk membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak adaptif.

Pengobatan

Meskipun tidak ada obat yang secara khusus disetujui untuk kepribadian ambang, beberapa jenis obat mungkin diresepkan untuk menangani gejala spesifik:

  • Antidepresan: Untuk mengatasi depresi, kecemasan, atau perubahan suasana hati.
  • Penstabil suasana hati: Untuk membantu mengelola perubahan suasana hati yang ekstrem.
  • Antipsikotik dosis rendah: Dalam beberapa kasus, untuk membantu dengan gejala seperti kemarahan atau paranoia.

Penting untuk dicatat bahwa pengobatan harus selalu digunakan dalam kombinasi dengan psikoterapi dan di bawah pengawasan ketat profesional kesehatan mental.

Pendekatan Holistik

Penanganan yang efektif sering melibatkan pendekatan holistik yang mencakup:

  • Dukungan keluarga: Melibatkan keluarga dalam proses terapi dapat membantu meningkatkan pemahaman dan dukungan.
  • Manajemen gaya hidup: Menjaga pola makan yang sehat, olahraga teratur, dan tidur yang cukup dapat membantu menstabilkan suasana hati.
  • Teknik relaksasi: Meditasi, yoga, atau teknik pernapasan dapat membantu mengelola stres dan kecemasan.
  • Dukungan sebaya: Bergabung dengan kelompok dukungan dapat memberikan pemahaman dan dukungan tambahan.

Tantangan dalam Penanganan

Penanganan kepribadian ambang dapat menghadapi beberapa tantangan:

  • Ketidakpatuhan terhadap pengobatan: Individu mungkin berhenti mengikuti terapi atau mengambil obat saat mereka merasa lebih baik.
  • Komorbiditas: Adanya gangguan mental lain dapat mempersulit penanganan.
  • Risiko bunuh diri: Tingginya risiko bunuh diri memerlukan pengawasan dan intervensi yang cermat.
  • Stigma: Kesalahpahaman tentang gangguan ini dapat memengaruhi kemauan seseorang untuk mencari bantuan.

Meskipun kepribadian ambang dapat menjadi kondisi yang menantang, banyak individu yang berhasil mengelola gejala mereka dan menjalani kehidupan yang memuaskan dengan penanganan yang tepat. Kunci keberhasilannya adalah diagnosis dini, penanganan yang komprehensif, dan komitmen jangka panjang terhadap proses penyembuhan.

Pencegahan Kepribadian Ambang

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah kepribadian ambang, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko atau setidaknya mengurangi dampak gangguan ini. Pencegahan terutama berfokus pada menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional yang sehat, terutama selama masa kanak-kanak dan remaja. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu:

Intervensi Dini

  • Identifikasi awal: Mengenali tanda-tanda awal masalah emosional atau perilaku pada anak-anak dan remaja dapat memungkinkan intervensi lebih awal.
  • Dukungan psikologis: Menyediakan konseling atau terapi bagi anak-anak yang mengalami trauma atau kesulitan emosional dapat membantu mencegah perkembangan masalah yang lebih serius di kemudian hari.

Lingkungan Keluarga yang Mendukung

  • Pengasuhan yang konsisten: Memberikan pengasuhan yang stabil, penuh kasih, dan konsisten dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan regulasi emosi yang sehat.
  • Validasi emosional: Mengakui dan memvalidasi perasaan anak dapat membantu mereka belajar mengelola emosi dengan cara yang sehat.
  • Komunikasi terbuka: Mendorong komunikasi terbuka dalam keluarga dapat membantu anak-anak merasa aman mengekspresikan perasaan mereka.

Pendidikan Kesehatan Mental

  • Kesadaran diri: Mengajarkan anak-anak dan remaja tentang kesehatan mental dan pentingnya mengelola emosi dapat membantu mereka mengenali dan mengatasi masalah lebih awal.
  • Keterampilan coping: Mengajarkan strategi coping yang sehat untuk mengelola stres dan emosi yang sulit.

Pencegahan dan Penanganan Trauma

  • Perlindungan anak: Melindungi anak-anak dari pelecehan, pengabaian, dan trauma lainnya sangat penting dalam mencegah perkembangan gangguan kepribadian.
  • Intervensi trauma: Bagi anak-anak yang telah mengalami trauma, terapi trauma yang tepat dapat membantu mencegah dampak jangka panjang.

Gaya Hidup Sehat

  • Olahraga teratur: Aktivitas fisik dapat membantu mengelola stres dan meningkatkan suasana hati.
  • Pola tidur yang baik: Tidur yang cukup dan berkualitas penting untuk kesehatan mental.
  • Nutrisi seimbang: Diet yang sehat dapat mendukung fungsi otak dan stabilitas emosi.

Dukungan Sosial

  • Hubungan yang sehat: Mendorong dan membantu memelihara hubungan yang positif dan mendukung.
  • Keterlibatan komunitas: Partisipasi dalam kegiatan komunitas dapat memberikan rasa memiliki dan dukungan.

Manajemen Stres

  • Teknik relaksasi: Mengajarkan dan mempraktikkan teknik relaksasi seperti meditasi atau pernapasan dalam.
  • Mindfulness: Praktik mindfulness dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan regulasi emosi.

Jika ada kekhawatiran tentang perkembangan emosional atau perilaku seseorang, penting untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental. Intervensi dini dapat membuat perbedaan signifikan dalam hasil jangka panjang.

Kesimpulan

Kepribadian ambang adalah gangguan mental kompleks yang dapat sangat memengaruhi kehidupan penderitanya. Meskipun tantangan yang dihadapi signifikan, pemahaman dan penanganan gangguan ini telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. 

Penting untuk diingat bahwa setiap individu dengan kepribadian ambang memiliki pengalaman yang unik. Tidak ada pendekatan "satu ukuran untuk semua" dalam penanganan. Kolaborasi antara pasien, keluarga, dan tim kesehatan mental sangat penting untuk mengembangkan rencana perawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap individu.

Peningkatan kesadaran masyarakat tentang kepribadian ambang dapat membantu mengurangi stigma dan mendorong lebih banyak orang untuk mencari bantuan. Pendidikan tentang kesehatan mental, intervensi dini, dan penciptaan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional yang sehat adalah langkah-langkah penting, dalam upaya pencegahan dan penanganan gangguan ini.

Dengan setiap penemuan baru, harapan untuk penanganan yang lebih baik dan hasil yang lebih positif terus meningkat. Bagi mereka yang hidup dengan kepribadian ambang, penting untuk diingat bahwa perubahan dan perbaikan adalah mungkin, dan dengan dukungan yang tepat, mereka dapat menavigasi tantangan gangguan ini dan menemukan jalan menuju kehidupan yang lebih stabil dan memuaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya