Sejarah dan Tujuan Organisasi PETA: Cikal Bakal TNI di Era Pendudukan Jepang

Pelajari sejarah lengkap dan tujuan organisasi PETA, cikal bakal TNI yang dibentuk pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Simak penjelasan detailnya di sini!

oleh Shani Ramadhan Rasyid Diperbarui 14 Mar 2025, 06:54 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2025, 06:52 WIB
tujuan organisasi peta
tujuan organisasi peta ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pembela Tanah Air (PETA) merupakan organisasi militer yang dibentuk pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Keberadaan PETA memiliki arti penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, terutama sebagai cikal bakal terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai sejarah, tujuan, struktur, peran, hingga dampak pembentukan PETA bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Latar Belakang Pembentukan PETA

Tentara Jepang pada Perang Dunia II (Wikimedia Commons)
Tentara Jepang pada Perang Dunia II (Wikimedia Commons)... Selengkapnya

Pembentukan PETA tidak terlepas dari situasi Perang Dunia II yang sedang berkecamuk. Setelah berhasil menduduki Indonesia pada Maret 1942, Jepang terus terlibat dalam pertempuran melawan Sekutu di kawasan Asia Pasifik. Kondisi ini menyebabkan pasukan Jepang semakin berkurang dan membutuhkan tambahan kekuatan untuk mengantisipasi serangan balik Sekutu.

Beberapa faktor yang melatarbelakangi pembentukan PETA antara lain:

  • Kebutuhan Jepang akan tambahan pasukan untuk mempertahankan wilayah jajahannya dari ancaman Sekutu
  • Keinginan untuk menarik simpati dan dukungan rakyat Indonesia dalam Perang Asia Timur Raya
  • Aspirasi tokoh-tokoh pergerakan nasional Indonesia yang menginginkan adanya pelatihan militer bagi pemuda Indonesia
  • Strategi Jepang untuk membangkitkan semangat patriotisme rakyat Indonesia

Atas dasar pertimbangan tersebut, pada tanggal 3 Oktober 1943, Panglima Tentara Ke-16 Jepang, Letnan Jenderal Kumakichi Harada, mengeluarkan Osamu Seirei No. 44 tentang pembentukan Tentara PETA.

Tujuan Pembentukan Organisasi PETA

Tujuan pembentukan PETA dapat dilihat dari dua perspektif yang berbeda, yaitu dari sudut pandang pemerintah pendudukan Jepang dan dari sisi bangsa Indonesia:

Tujuan pembentukan PETA menurut pemerintah Jepang:

  • Mendapatkan tambahan pasukan untuk menghadapi kemungkinan serangan Sekutu di wilayah Indonesia
  • Menjadikan PETA sebagai tentara teritorial untuk mempertahankan Jawa, Bali, dan Sumatera
  • Membentuk pasukan gerilya terdesentralisasi yang akan digunakan jika Sekutu menyerang Jawa
  • Menarik simpati dan dukungan rakyat Indonesia dalam Perang Asia Timur Raya

Sementara itu, bagi bangsa Indonesia, tujuan pembentukan PETA adalah:

  • Membangkitkan semangat juang para pemuda Indonesia melalui pelatihan militer
  • Mempersiapkan kekuatan militer apabila Indonesia sewaktu-waktu memproklamasikan kemerdekaan
  • Mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk membela tanah air dan mempercepat kemerdekaan
  • Memberikan kesempatan bagi pemuda Indonesia untuk mendapatkan pendidikan dan pengalaman di bidang militer

Dengan demikian, meskipun tujuan awal pembentukan PETA adalah untuk kepentingan Jepang, namun bagi bangsa Indonesia, PETA justru menjadi sarana untuk mempersiapkan diri menuju kemerdekaan.

Proses Pembentukan dan Struktur Organisasi PETA

Proses pembentukan PETA diawali dengan surat permohonan yang dikirimkan oleh tokoh pergerakan nasional, Gatot Mangkupraja, kepada Gunseikan (pemimpin tertinggi pemerintahan militer Jepang) pada tanggal 7 September 1943. Surat tersebut berisi permintaan agar bangsa Indonesia diizinkan untuk membantu usaha militer Jepang.

Setelah mendapat persetujuan, PETA resmi dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 melalui Osamu Seirei No. 44. Struktur organisasi PETA disusun sebagai berikut:

  • Daidan (Batalyon): Dipimpin oleh Daidanco (Komandan Batalyon)
  • Chudan (Kompi): Dipimpin oleh Chudanco (Komandan Kompi)
  • Shodan (Peleton): Dipimpin oleh Shodanco (Komandan Peleton)
  • Bundan (Regu): Dipimpin oleh Bundanco (Komandan Regu)

Selain itu, terdapat juga tingkatan Giyuhei yang merupakan prajurit biasa. Struktur kepangkatan PETA didasarkan pada jabatan mereka, bukan pada pangkat militer konvensional.

Perekrutan anggota PETA dilakukan oleh Bappen (Dinas Intel Tentara Ke-16 Jepang). Para pemuda berusia 18-25 tahun direkrut dan diberi pelatihan militer yang menekankan solidaritas, disiplin, kekuatan fisik, dan retorika patriotisme heroik. Sebagian besar anggota PETA berasal dari kelompok terpelajar.

Pelatihan dan Pendidikan Anggota PETA

Pelatihan PETA pertama kali dilakukan pada tanggal 15 Oktober 1943 di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bogor yang diberi nama Bo-ei Giyugun Kanbu Renseitai. Program pelatihan PETA meliputi berbagai aspek kemiliteran, antara lain:

  • Latihan fisik dan baris-berbaris
  • Pengenalan dan penggunaan senjata
  • Taktik dan strategi perang
  • Indoktrinasi ideologi dan semangat bushido Jepang
  • Pelatihan kepemimpinan dan manajemen pasukan

Selain pelatihan fisik dan teknis, anggota PETA juga diberikan pendidikan ideologi yang bertujuan untuk menanamkan semangat patriotisme dan loyalitas terhadap Jepang. Namun, banyak anggota PETA yang justru menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh untuk kepentingan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Peran PETA dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Meskipun dibentuk oleh Jepang, PETA memiliki peran yang signifikan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beberapa peran penting PETA antara lain:

  • Memberikan pelatihan militer kepada pemuda Indonesia, yang kemudian menjadi modal penting dalam mempertahankan kemerdekaan
  • Menjadi wadah bagi tumbuhnya semangat nasionalisme dan patriotisme di kalangan pemuda Indonesia
  • Membentuk kader-kader militer yang nantinya menjadi tokoh-tokoh penting dalam TNI
  • Menjadi cikal bakal terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) setelah Indonesia merdeka

Banyak tokoh-tokoh PETA yang kemudian menjadi pemimpin militer dan tokoh nasional Indonesia, seperti Jenderal Sudirman, Jenderal Ahmad Yani, dan Jenderal Soeharto.

Pemberontakan PETA di Blitar

Salah satu peristiwa penting dalam sejarah PETA adalah pemberontakan yang terjadi di Blitar pada tanggal 14 Februari 1945. Pemberontakan ini dipimpin oleh Shodancho Supriyadi dan dilatarbelakangi oleh beberapa faktor:

  • Kekecewaan terhadap perlakuan Jepang yang semakin brutal terhadap rakyat Indonesia
  • Penderitaan yang dialami oleh para romusha (pekerja paksa) yang banyak meninggal karena kelaparan dan penyakit
  • Diskriminasi yang dialami oleh prajurit PETA pribumi
  • Keinginan untuk mempercepat kemerdekaan Indonesia

Pemberontakan ini berlangsung selama beberapa hari namun akhirnya dapat dipadamkan oleh Jepang. Meskipun gagal, pemberontakan PETA di Blitar menjadi simbol perlawanan terhadap kekuasaan Jepang dan menginspirasi gerakan-gerakan perlawanan lainnya.

Dampak Pembentukan PETA bagi Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

Pembentukan PETA memberikan dampak yang signifikan bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia, antara lain:

  • Terbentuknya kader-kader militer yang terlatih, yang kemudian menjadi tulang punggung dalam mempertahankan kemerdekaan
  • Meningkatnya kesadaran nasional dan semangat patriotisme di kalangan pemuda Indonesia
  • Terciptanya jaringan dan solidaritas di antara para pejuang kemerdekaan
  • Menjadi cikal bakal terbentuknya Tentara Nasional Indonesia (TNI)
  • Memberikan pengalaman organisasi dan kepemimpinan bagi para tokoh pergerakan nasional

Setelah Indonesia merdeka, banyak mantan anggota PETA yang bergabung dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan kemudian menjadi bagian dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal TNI.

Perbandingan PETA dengan Organisasi Militer Lainnya pada Masa Pendudukan Jepang

Selain PETA, Jepang juga membentuk beberapa organisasi militer lainnya di Indonesia, seperti Heiho dan Keibodan. Berikut perbandingan antara PETA dengan organisasi-organisasi tersebut:

  • PETA:
    • Dibentuk khusus untuk pertahanan wilayah Indonesia
    • Anggotanya terdiri dari pemuda Indonesia
    • Memiliki struktur organisasi yang lebih kompleks
    • Mendapatkan pelatihan militer yang lebih intensif
  • Heiho:
    • Merupakan pasukan pembantu tentara Jepang
    • Anggotanya ikut bertempur bersama tentara Jepang di berbagai front perang
    • Pelatihan lebih ditekankan pada keterampilan tempur
  • Keibodan:
    • Berfungsi sebagai organisasi keamanan sipil
    • Tugasnya lebih fokus pada pengamanan dan pengawasan masyarakat
    • Pelatihan lebih sederhana dibandingkan PETA

Perbedaan utama antara PETA dengan organisasi militer lainnya adalah pada tujuan pembentukannya yang lebih diarahkan untuk pertahanan wilayah Indonesia, serta pelatihan yang lebih komprehensif.

Tokoh-tokoh Penting dalam Sejarah PETA

Beberapa tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah PETA antara lain:

  • Gatot Mangkupraja: Penggagas pembentukan PETA
  • Supriyadi: Pemimpin pemberontakan PETA di Blitar
  • Jenderal Sudirman: Mantan anggota PETA yang kemudian menjadi Panglima Besar TNI
  • Jenderal Ahmad Yani: Mantan anggota PETA yang menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat
  • Jenderal Soeharto: Mantan anggota PETA yang kemudian menjadi Presiden RI kedua

Tokoh-tokoh ini memiliki peran yang signifikan tidak hanya dalam sejarah PETA, tetapi juga dalam perkembangan militer dan politik Indonesia pasca kemerdekaan.

Peran PETA dalam Pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI)

PETA memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Beberapa aspek peran PETA dalam pembentukan TNI antara lain:

  • Menjadi sumber daya manusia utama dalam pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
  • Memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan militer yang digunakan dalam pengorganisasian TNI
  • Menyumbangkan pemimpin-pemimpin militer yang berpengalaman untuk memimpin TNI di masa awal kemerdekaan
  • Membentuk etos dan semangat perjuangan yang menjadi landasan ideologis TNI

Banyak mantan anggota PETA yang kemudian menjadi tokoh-tokoh penting dalam struktur TNI, mulai dari tingkat komando tertinggi hingga unit-unit tempur di lapangan.

Perbedaan Pandangan tentang PETA: Antara Kolaborasi dan Perjuangan

Meskipun PETA memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, terdapat perbedaan pandangan mengenai posisi PETA:

  • Pandangan Kolaborasi:
    • PETA dianggap sebagai bentuk kolaborasi dengan penjajah Jepang
    • Pembentukan PETA dilihat sebagai strategi Jepang untuk memanfaatkan sumber daya manusia Indonesia
    • Pelatihan yang diberikan Jepang dianggap sebagai upaya indoktrinasi
  • Pandangan Perjuangan:
    • PETA dilihat sebagai kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk mendapatkan pelatihan militer
    • Pembentukan PETA dianggap sebagai langkah strategis dalam mempersiapkan kemerdekaan
    • Pemberontakan PETA di Blitar menjadi bukti bahwa PETA tidak sepenuhnya tunduk pada Jepang

Perbedaan pandangan ini menunjukkan kompleksitas sejarah PETA dan perannya dalam konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Warisan PETA dalam Militer Indonesia Modern

Meskipun PETA telah lama dibubarkan, warisannya masih dapat dilihat dalam militer Indonesia modern, antara lain:

  • Struktur organisasi TNI yang mengadopsi beberapa elemen dari struktur PETA
  • Doktrin pertahanan wilayah yang menekankan pada peran tentara teritorial
  • Semangat patriotisme dan nasionalisme yang ditanamkan dalam pendidikan militer
  • Tradisi kepemimpinan militer yang berakar pada pengalaman PETA
  • Peringatan hari-hari bersejarah yang terkait dengan PETA, seperti peringatan Pemberontakan PETA di Blitar

Warisan PETA ini menjadi bagian integral dari identitas dan karakter TNI sebagai tentara nasional Indonesia.

Kesimpulan

Pembentukan PETA pada masa pendudukan Jepang merupakan momen penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Meskipun awalnya dibentuk untuk kepentingan Jepang, PETA justru menjadi wadah bagi bangsa Indonesia untuk mempersiapkan diri menuju kemerdekaan. Pelatihan militer yang diberikan kepada anggota PETA menjadi modal berharga dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

PETA tidak hanya memberikan keterampilan militer, tetapi juga menanamkan semangat patriotisme dan nasionalisme yang kuat di kalangan pemuda Indonesia. Pemberontakan PETA di Blitar menjadi bukti bahwa semangat kemerdekaan telah tertanam kuat dalam diri anggota PETA.

Warisan PETA masih dapat dirasakan hingga saat ini, terutama dalam pembentukan dan pengembangan Tentara Nasional Indonesia. Banyak tokoh-tokoh PETA yang kemudian menjadi pemimpin militer dan tokoh nasional yang berperan penting dalam sejarah Indonesia modern.

Mempelajari sejarah PETA memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas perjuangan kemerdekaan Indonesia dan peran penting organisasi militer dalam proses tersebut. PETA menjadi bukti bahwa dalam situasi yang sulit, bangsa Indonesia mampu memanfaatkan kesempatan yang ada untuk mempersiapkan diri menuju cita-cita kemerdekaan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya