Tujuan AKM: Memahami Asesmen Kompetensi Minimum dalam Pendidikan Indonesia

Pelajari tujuan AKM dan bagaimana Asesmen Kompetensi Minimum mengukur literasi serta numerasi siswa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi Diperbarui 27 Feb 2025, 10:00 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2025, 10:00 WIB
tujuan akm
tujuan akm ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan salah satu inovasi penting dalam sistem pendidikan Indonesia. Sebagai pengganti Ujian Nasional (UN), AKM memiliki pendekatan yang berbeda dalam mengukur kemampuan siswa. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang tujuan AKM, komponennya, serta dampaknya terhadap proses pembelajaran di Indonesia.

Pengertian Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah suatu bentuk penilaian yang dirancang untuk mengukur kemampuan mendasar yang diperlukan oleh semua peserta didik untuk mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif dalam masyarakat. Berbeda dengan Ujian Nasional yang berfokus pada penguasaan materi pelajaran tertentu, AKM lebih menekankan pada pengukuran kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi) dan matematika (numerasi).

AKM merupakan bagian dari program Asesmen Nasional yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Penilaian ini tidak hanya mengukur pengetahuan siswa, tetapi juga kemampuan mereka dalam menerapkan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

Tujuan Utama Asesmen Kompetensi Minimum

Tujuan utama dari pelaksanaan AKM adalah sebagai berikut:

  1. Mengukur kemampuan siswa yang benar-benar esensial dan dibutuhkan untuk semua jenis pekerjaan dan pendidikan lanjutan.
  2. Memberikan umpan balik yang berguna bagi sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran.
  3. Memetakan kualitas pendidikan pada tingkat satuan pendidikan dan wilayah.
  4. Membantu mengidentifikasi kelemahan siswa sejak dini sehingga dapat dilakukan intervensi yang tepat.
  5. Mendorong pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kemampuan bernalar, bukan sekedar menghafal.

Dengan adanya AKM, diharapkan fokus pendidikan akan bergeser dari sekadar mengejar nilai tinggi dalam ujian menjadi pengembangan kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang lebih aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.

Komponen Asesmen Kompetensi Minimum

AKM terdiri dari tiga komponen utama yang saling terkait:

1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

Komponen ini mengukur dua literasi dasar:

  • Literasi Membaca: Kemampuan memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merefleksikan berbagai jenis teks tertulis.
  • Literasi Numerasi: Kemampuan bernalar menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

2. Survei Karakter

Survei ini bertujuan untuk mengukur aspek non-kognitif siswa, termasuk:

  • Sikap
  • Nilai-nilai
  • Keyakinan
  • Kebiasaan yang mencerminkan karakter siswa

3. Survei Lingkungan Belajar

Komponen ini mengevaluasi kualitas proses pembelajaran dan iklim sekolah, meliputi:

  • Kualitas pembelajaran di kelas
  • Iklim sekolah yang mendukung pembelajaran
  • Peran serta orang tua dan masyarakat dalam mendukung pendidikan

Ketiga komponen ini dirancang untuk memberikan gambaran komprehensif tentang kualitas pendidikan, tidak hanya dari sisi kognitif siswa, tetapi juga aspek karakter dan lingkungan belajar yang mendukung.

Perbedaan AKM dengan Ujian Nasional

Untuk memahami lebih jauh tentang AKM, penting untuk membandingkannya dengan Ujian Nasional yang telah lama menjadi standar evaluasi pendidikan di Indonesia. Berikut beberapa perbedaan utama antara AKM dan UN:

  1. Fokus Penilaian: UN berfokus pada penguasaan materi pelajaran spesifik, sementara AKM mengukur kemampuan literasi dan numerasi yang lebih fundamental.
  2. Metode Asesmen: UN menggunakan tes yang sama untuk semua siswa (fixed test), sedangkan AKM menggunakan adaptive testing yang menyesuaikan tingkat kesulitan soal dengan kemampuan siswa.
  3. Peserta: UN diikuti oleh seluruh siswa kelas akhir (kelas 6, 9, dan 12), sementara AKM hanya diikuti oleh sampel siswa dari kelas 5, 8, dan 11.
  4. Tujuan: UN bertujuan untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan secara nasional, sedangkan AKM bertujuan untuk memetakan dan meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan.
  5. Dampak: Hasil UN sering digunakan sebagai syarat kelulusan atau seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, sementara hasil AKM tidak mempengaruhi kelulusan individual siswa.

Perbedaan-perbedaan ini mencerminkan pergeseran paradigma dalam evaluasi pendidikan di Indonesia, dari yang berfokus pada hasil akhir menjadi lebih menekankan pada proses dan peningkatan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan.

Bentuk Soal dan Pelaksanaan AKM

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) menggunakan berbagai bentuk soal untuk mengukur kemampuan siswa secara komprehensif. Berikut adalah jenis-jenis soal yang digunakan dalam AKM:

  • Pilihan Ganda: Siswa memilih satu jawaban yang benar dari beberapa opsi yang disediakan.
  • Pilihan Ganda Kompleks: Siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban yang benar dalam satu soal.
  • Menjodohkan: Siswa menghubungkan dua kelompok informasi yang saling berkaitan.
  • Isian Singkat: Siswa memberikan jawaban singkat berupa kata, frasa, angka, atau simbol.
  • Uraian: Siswa menjawab pertanyaan dengan menuliskan penjelasan atau argumentasi.

Pelaksanaan AKM dilakukan secara bertahap dan melibatkan sampel siswa dari berbagai jenjang pendidikan:

  • Untuk tingkat SD/MI, AKM diikuti oleh siswa kelas 5
  • Untuk tingkat SMP/MTs, peserta AKM adalah siswa kelas 8
  • Untuk tingkat SMA/MA/SMK, AKM diikuti oleh siswa kelas 11

Jumlah soal yang diberikan bervariasi tergantung pada jenjang pendidikan. Siswa SD mengerjakan 30 soal untuk masing-masing literasi membaca dan numerasi, sementara siswa SMP dan SMA mengerjakan 36 soal.

Manfaat AKM bagi Sistem Pendidikan

Penerapan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) membawa sejumlah manfaat signifikan bagi sistem pendidikan di Indonesia:

  • Pemetaan Kualitas Pendidikan: AKM membantu pemerintah dan pemangku kepentingan pendidikan untuk memetakan kualitas pendidikan di berbagai daerah secara lebih akurat.
  • Peningkatan Kualitas Pembelajaran: Hasil AKM dapat digunakan sebagai dasar untuk merancang program peningkatan mutu pembelajaran yang lebih tepat sasaran.
  • Pengembangan Kurikulum: Informasi dari AKM dapat menjadi masukan berharga dalam pengembangan dan penyempurnaan kurikulum pendidikan nasional.
  • Evaluasi Kebijakan Pendidikan: AKM menyediakan data yang dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas berbagai kebijakan pendidikan yang telah diterapkan.
  • Peningkatan Kompetensi Guru: Hasil AKM dapat menjadi acuan dalam merancang program pengembangan profesional guru yang lebih terarah.

Dengan manfaat-manfaat tersebut, AKM diharapkan dapat menjadi katalis perubahan positif dalam sistem pendidikan Indonesia, mendorong peningkatan kualitas pembelajaran secara menyeluruh.

Tantangan dalam Implementasi AKM

Meskipun AKM membawa banyak potensi manfaat, implementasinya juga menghadapi beberapa tantangan:

  • Kesiapan Teknologi: Pelaksanaan AKM yang berbasis komputer memerlukan infrastruktur teknologi yang memadai di seluruh wilayah Indonesia.
  • Pemahaman Stakeholder: Perlu waktu dan upaya untuk memastikan semua pihak, termasuk guru, siswa, dan orang tua, memahami konsep dan tujuan AKM.
  • Adaptasi Metode Pembelajaran: Guru perlu mengadaptasi metode pengajaran mereka untuk lebih menekankan pada pengembangan kemampuan bernalar dan pemecahan masalah.
  • Kesetaraan Akses: Memastikan semua siswa, termasuk yang berada di daerah terpencil, memiliki akses yang setara terhadap persiapan dan pelaksanaan AKM.
  • Integrasi dengan Sistem yang Ada: Mengintegrasikan AKM dengan sistem penilaian dan kurikulum yang sudah ada tanpa menimbulkan kebingungan atau tumpang tindih.

Mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah, sekolah, guru, dan masyarakat. Dengan pendekatan yang tepat, tantangan-tantangan ini dapat diubah menjadi peluang untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Persiapan Menghadapi AKM

Untuk mempersiapkan diri menghadapi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), siswa dan guru dapat melakukan beberapa langkah berikut:

Bagi Siswa:

  • Meningkatkan kebiasaan membaca berbagai jenis teks, baik fiksi maupun non-fiksi.
  • Berlatih menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari.
  • Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis melalui diskusi dan debat.
  • Memanfaatkan sumber belajar online dan aplikasi pembelajaran yang menyediakan latihan soal AKM.
  • Berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan mengajukan pertanyaan untuk memperdalam pemahaman.

Bagi Guru:

  • Mempelajari framework AKM dan mengintegrasikannya dalam rencana pembelajaran.
  • Mengembangkan metode pengajaran yang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.
  • Memberikan soal-soal latihan yang mirip dengan format AKM secara berkala.
  • Memanfaatkan teknologi dan media pembelajaran interaktif untuk meningkatkan engagement siswa.
  • Melakukan evaluasi berkala untuk memantau perkembangan kemampuan literasi dan numerasi siswa.

Dengan persiapan yang tepat, baik siswa maupun guru dapat menghadapi AKM dengan lebih percaya diri dan efektif.

Dampak AKM terhadap Kurikulum dan Metode Pembelajaran

Penerapan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) membawa dampak signifikan terhadap kurikulum dan metode pembelajaran di Indonesia:

  • Pergeseran Fokus Pembelajaran: Dari penekanan pada penguasaan konten menuju pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
  • Integrasi Literasi dan Numerasi: Peningkatan upaya untuk mengintegrasikan literasi dan numerasi ke dalam semua mata pelajaran.
  • Pembelajaran Berbasis Masalah: Peningkatan penggunaan metode pembelajaran berbasis masalah dan proyek untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
  • Pengembangan Asesmen Formatif: Peningkatan penggunaan asesmen formatif untuk memantau perkembangan siswa secara berkelanjutan.
  • Pemanfaatan Teknologi: Peningkatan penggunaan teknologi dalam pembelajaran untuk mendukung pengembangan literasi digital.

Dampak-dampak ini diharapkan dapat mendorong transformasi positif dalam sistem pendidikan Indonesia, menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan relevan dengan kebutuhan abad 21.

Peran Orang Tua dalam Mendukung AKM

Orang tua memiliki peran penting dalam mendukung kesuksesan anak-anak mereka dalam menghadapi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Berikut beberapa cara orang tua dapat berkontribusi:

  • Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif: Menyediakan ruang dan waktu yang nyaman untuk anak belajar di rumah.
  • Mendorong Kebiasaan Membaca: Memfasilitasi akses anak ke berbagai bahan bacaan dan mendiskusikan isi bacaan bersama.
  • Melatih Kemampuan Numerasi: Melibatkan anak dalam aktivitas sehari-hari yang memerlukan perhitungan dan penalaran matematis.
  • Mendukung Pembelajaran Berbasis Proyek: Membantu anak mengerjakan proyek-proyek yang membutuhkan penerapan pengetahuan dalam konteks nyata.
  • Berkomunikasi dengan Guru: Menjalin komunikasi aktif dengan guru untuk memahami perkembangan anak dan area yang perlu ditingkatkan.
  • Memberikan Motivasi: Mendorong anak untuk selalu berusaha dan belajar dari kesalahan, bukan hanya fokus pada hasil akhir.

Dengan dukungan aktif dari orang tua, siswa dapat lebih siap menghadapi AKM dan mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk sukses di masa depan.

Kesimpulan

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan langkah penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan fokus pada pengembangan literasi dan numerasi, AKM bertujuan untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan abad 21. Meskipun implementasinya menghadapi berbagai tantangan, AKM membawa potensi besar untuk mentransformasi sistem pendidikan Indonesia menjadi lebih relevan dan efektif.

Keberhasilan AKM membutuhkan kolaborasi dan komitmen dari semua pihak - pemerintah, sekolah, guru, siswa, dan orang tua. Dengan pemahaman yang baik tentang tujuan dan manfaat AKM, serta persiapan yang tepat, kita dapat memanfaatkan momentum ini untuk menciptakan perubahan positif dalam pendidikan nasional. Pada akhirnya, AKM bukan hanya tentang mengukur kompetensi, tetapi juga tentang membangun fondasi yang kuat bagi generasi masa depan Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya