Ham Pan, Camilan Pedas Khas Singkawang yang Terbuat dari Beras dan Ebi

Lebih dari sekadar makanan ringan, Ham Pan adalah wujud dari perpaduan harmonis antara warisan leluhur dan adaptasi terhadap cita rasa lokal

oleh Panji Prayitno Diperbarui 21 Apr 2025, 10:00 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2025, 10:00 WIB
Ham Pan, Camilan Pedas Khas Singkawang Terbuat dari Beras dan Ebi
Talam Ebi, kuliner berbahan sagu dari Pontianak, Kalimantan Barat. (dok. Sapapua)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Singkawang Kalimantan Barat menjadi salah satu daerah yang memiliki sejarah panjang pada kuliner tradisional Tionghoa. Salah satunya Ham Pan, camilan tradisional yang memadukan kekayaan budaya dan selera lokal dalam bentuk sederhana namun menggungah selera.

Ham Pan, atau yang kadang juga disebut Hampan, adalah camilan pedas yang berbahan dasar tepung beras dan ebi (udang kering) yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner masyarakat Tionghoa peranakan di Singkawang.

Nama Ham Pan sendiri berasal dari dialek Hakka, dengan ham berarti asin atau pedas, dan pan yang merujuk pada kue atau camilan pipih. Maka tak heran, Ham Pan dikenal sebagai camilan tradisional berbentuk lempeng tipis dengan rasa asin, gurih, dan pedas yang khas.

Lebih dari sekadar makanan ringan, Ham Pan adalah wujud dari perpaduan harmonis antara warisan leluhur dan adaptasi terhadap cita rasa lokal Kalimantan Barat yang kaya akan bumbu dan rempah-rempah.

Dikenal di kalangan masyarakat sejak puluhan tahun lalu, camilan ini lazim ditemukan dalam berbagai perayaan, pasar tradisional, hingga sajian harian di rumah tangga masyarakat Tionghoa Singkawang.

Ham Pan memiliki keunikan yang membedakannya dari camilan-camilan pedas lainnya. Camilan ini dibuat dari adonan tepung beras yang dicampur dengan udang kering halus (ebi), bawang putih, cabai, garam, dan kadang sedikit penyedap alami seperti kaldu udang atau minyak wijen.

Setelah adonan tercampur rata, ia dibentuk menjadi lempeng-lempeng bulat pipih dan dijemur terlebih dahulu hingga kering. Proses penjemuran ini memakan waktu yang tidak sebentar, bisa hingga dua hari tergantung cuaca, dan menjadi tahapan penting dalam menghasilkan tekstur Ham Pan yang renyah.

Setelah kering, Ham Pan digoreng dalam minyak panas hingga berubah warna menjadi kuning kecokelatan dengan pinggiran yang sedikit bergelombang. Saat digigit, sensasi renyah langsung berpadu dengan rasa gurih dan pedas dari ebi serta cabai, memberikan pengalaman rasa yang intens dan khas.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Kuliner Tradisional

Ada aroma laut yang samar namun menggoda dari ebi, dipadukan dengan keharuman bawang dan cabai yang meresap ke setiap pori-pori camilan ini. Meski sederhana, rasa Ham Pan sangat menggugah selera, dan membuatnya menjadi camilan yang sulit untuk berhenti dinikmati hanya satu atau dua keping saja.

Dalam budaya masyarakat Singkawang, khususnya keturunan Tionghoa, Ham Pan memiliki tempat tersendiri sebagai sajian yang selalu hadir dalam berbagai kesempatan.

Mulai dari perayaan Imlek, Cap Go Meh, hingga pertemuan keluarga besar, Ham Pan sering kali disuguhkan sebagai camilan pelengkap teh atau kopi. Bahkan, beberapa keluarga besar masih mempertahankan tradisi membuat Ham Pan secara turun-temurun, di mana resep dan teknik pembuatannya diwariskan dari generasi ke generasi.

Proses membuat Ham Pan ini bukan hanya soal memasak, tapi juga menjadi ajang berkumpulnya anggota keluarga, mempererat ikatan dan mengenang kembali kisah-kisah masa lalu yang selalu mengiringi makanan ini.

Tidak jarang, aktivitas membuat Ham Pan menjadi bagian dari ritual tahunan menjelang Tahun Baru Imlek, di mana para ibu dan nenek berkumpul di dapur untuk mempersiapkan adonan, sementara anak-anak membantu menjemur dan menyusun camilan itu di bawah sinar matahari.

Tradisi ini, yang tampak sederhana, justru menjadi fondasi dari kekayaan budaya yang terus dijaga oleh masyarakat Singkawang. Saat ini, Ham Pan tidak hanya dikenal oleh masyarakat Tionghoa Singkawang, tetapi juga mulai diminati oleh wisatawan dan pecinta kuliner Nusantara dari berbagai daerah.

Banyak toko oleh-oleh khas Singkawang yang menyediakan Ham Pan dalam berbagai variasi rasa, mulai dari yang orisinal pedas, hingga yang ditambahkan rasa-rasa modern seperti keju pedas atau seaweed untuk menyesuaikan dengan lidah generasi muda.

Meskipun mengalami modernisasi dalam hal varian rasa dan kemasan, cita rasa khas Ham Pan yang berbasis pada tepung beras dan ebi tetap dipertahankan. Beberapa produsen lokal bahkan mulai memasarkan Ham Pan secara daring, memperluas jangkauan pasar hingga ke luar Kalimantan Barat.

Fenomena ini menunjukkan bahwa makanan tradisional seperti Ham Pan tidak lantas tergerus zaman, tetapi justru menemukan bentuk baru untuk bertahan di tengah arus perubahan. Lebih dari sekadar camilan, Ham Pan telah menjadi simbol kreativitas kuliner, kekuatan identitas budaya, dan semangat adaptasi masyarakat Singkawang yang multikultural.

Penulis: Belvana Fasya Saad

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya