Liputan6.com, Jakarta Lebaran Ketupat merupakan salah satu tradisi unik yang masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa Timur hingga saat ini. Tradisi yang juga dikenal dengan sebutan Syawalan atau Riyoyo Kupat ini memiliki makna mendalam dan filosofi yang menarik untuk dipelajari. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai tradisi Lebaran Ketupat di Jawa Timur ini.
Definisi Lebaran Ketupat
Lebaran Ketupat adalah tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa, khususnya di wilayah Jawa Timur, pada hari ke-7 atau ke-8 bulan Syawal. Tradisi ini menandai berakhirnya puasa sunah 6 hari di bulan Syawal yang biasa dilakukan setelah Idul Fitri. Perayaan Lebaran Ketupat ditandai dengan menyantap ketupat bersama-sama, baik dengan keluarga maupun tetangga.
Ketupat sendiri adalah makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda (janur) berbentuk kantong segi empat. Makanan ini memiliki filosofi mendalam dalam budaya Jawa dan sering dijadikan simbol dalam berbagai ritual dan perayaan.
Lebaran Ketupat bukan hanya sekedar acara makan-makan, namun juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi, saling memaafkan, dan mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Tradisi ini juga menjadi sarana untuk melestarikan budaya dan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para leluhur.
Advertisement
Sejarah Lebaran Ketupat di Jawa Timur
Sejarah Lebaran Ketupat di Jawa Timur tidak bisa dipisahkan dari penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Tradisi ini diyakini pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga, salah satu anggota Walisongo yang terkenal dengan metode dakwahnya yang mengadaptasi budaya lokal.
Sunan Kalijaga memanfaatkan tradisi slametan yang sudah ada di masyarakat Jawa dan mengintegrasikannya dengan ajaran Islam. Beliau memperkenalkan istilah "Bakda Lebaran" (setelah Lebaran) untuk silaturahmi dan "Bakda Kupat" (setelah Kupat) yang merujuk pada Lebaran Ketupat.
Awalnya, Lebaran Ketupat dikaitkan dengan penyempurnaan ibadah puasa. Puasa sunah enam hari di bulan Syawal dianggap melengkapi puasa Ramadan, dan perayaan ini menjadi simbol kemenangan atas penyelesaian ibadah selama satu tahun.
Di Jawa Timur, tradisi Lebaran Ketupat pertama kali dipraktikkan di daerah Durenan, Trenggalek. Selama sekitar 200 tahun, tradisi ini terus dilestarikan dan kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Jawa Timur, termasuk Surabaya, Lamongan, Gresik, dan daerah lainnya.
Seiring berjalannya waktu, Lebaran Ketupat tidak hanya menjadi tradisi masyarakat Jawa Timur, tetapi juga menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan hingga ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Hal ini tidak lepas dari peran masyarakat Jawa yang merantau ke berbagai daerah, membawa serta tradisi dan budaya mereka.
Makna Filosofis Ketupat dalam Tradisi Lebaran
Ketupat bukan sekadar makanan dalam tradisi Lebaran Ketupat. Ia memiliki makna filosofis yang mendalam dan sarat akan nilai-nilai kehidupan. Berikut adalah beberapa makna filosofis dari ketupat:
- Ngaku Lepat (Mengakui Kesalahan): Kata "kupat" dalam bahasa Jawa merupakan singkatan dari "ngaku lepat" yang berarti mengakui kesalahan. Ini mengajarkan kita untuk selalu rendah hati dan berani mengakui kesalahan.
-
Laku Papat (Empat Tindakan): Bentuk ketupat yang persegi empat melambangkan empat tindakan penting dalam kehidupan:
- Lebaran: Selesainya ibadah puasa Ramadan
- Luberan: Melimpahnya rezeki yang harus dibagikan kepada sesama
- Leburan: Meleburnya dosa-dosa melalui saling memaafkan
- Laburan: Memutihkan hati dan pikiran, kembali suci seperti fitrah
- Jatining Nur (Cahaya Sejati): Daun pembungkus ketupat yang terbuat dari janur (daun kelapa muda) melambangkan "jatining nur" atau cahaya sejati. Ini mengingatkan kita untuk selalu mencari petunjuk dan bimbingan dari Tuhan.
- Kiblat Papat Lima Pancer: Bentuk ketupat yang persegi dengan empat sudut melambangkan empat arah mata angin (kiblat papat) dengan satu titik pusat (lima pancer). Ini mengajarkan bahwa kemanapun kita menghadap, pusat orientasi kita harus tetap pada Tuhan Yang Maha Esa.
- Kesucian dan Keikhlasan: Warna putih dari isi ketupat melambangkan kesucian hati setelah kita saling memaafkan dan membersihkan diri dari dosa.
- Keterikatan Sosial: Anyaman daun kelapa pada ketupat melambangkan keterikatan sosial dan pentingnya gotong royong dalam masyarakat.
Makna-makna filosofis ini menjadikan ketupat bukan hanya sebagai makanan, tetapi juga sebagai media pembelajaran nilai-nilai kehidupan yang luhur. Melalui tradisi Lebaran Ketupat, masyarakat Jawa Timur tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga mewariskan kebijaksanaan hidup kepada generasi penerus.
Advertisement
Pelaksanaan Tradisi Lebaran Ketupat
Pelaksanaan tradisi Lebaran Ketupat di Jawa Timur memiliki beberapa tahapan dan keunikan tersendiri. Berikut adalah gambaran umum bagaimana tradisi ini dilaksanakan:
- Waktu Pelaksanaan: Lebaran Ketupat biasanya dilaksanakan pada tanggal 8 Syawal, atau tujuh hari setelah Hari Raya Idul Fitri. Namun, di beberapa daerah, perayaan ini bisa jatuh pada tanggal 7 Syawal.
- Persiapan: Sehari sebelum perayaan, masyarakat mulai membuat ketupat. Mereka menganyam daun kelapa muda (janur) menjadi wadah berbentuk segi empat, kemudian mengisinya dengan beras. Ketupat ini kemudian direbus hingga matang.
- Berkumpul di Tempat Ibadah: Pada pagi hari tanggal 8 Syawal, masyarakat berkumpul di masjid atau musholla terdekat. Mereka membawa ketupat dan hidangan pelengkap lainnya dari rumah masing-masing.
- Doa Bersama: Acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Doa ini biasanya berisi ungkapan syukur atas nikmat yang telah diberikan dan permohonan keselamatan serta keberkahan.
- Makan Bersama: Setelah berdoa, masyarakat kemudian menyantap ketupat dan hidangan lainnya bersama-sama. Ini menjadi momen untuk bersilaturahmi dan mempererat hubungan antar warga.
- Berbagi Ketupat: Setelah makan bersama, biasanya masyarakat saling bertukar ketupat. Ini menjadi simbol berbagi kebaikan dan rezeki dengan sesama.
- Ziarah Kubur: Di beberapa daerah, tradisi Lebaran Ketupat juga diikuti dengan ziarah ke makam leluhur. Ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan mendoakan arwah para leluhur.
- Acara Budaya: Di beberapa kota besar seperti Surabaya, perayaan Lebaran Ketupat kadang disertai dengan festival atau acara budaya untuk memeriahkan suasana.
Pelaksanaan tradisi ini mungkin sedikit berbeda di setiap daerah di Jawa Timur, tergantung pada adat istiadat setempat. Namun, esensi dari perayaan ini tetap sama, yaitu sebagai momen untuk bersyukur, mempererat silaturahmi, dan melestarikan budaya.
Variasi Tradisi Lebaran Ketupat di Berbagai Daerah Jawa Timur
Meskipun memiliki esensi yang sama, tradisi Lebaran Ketupat di Jawa Timur memiliki beberapa variasi unik di berbagai daerah. Berikut adalah beberapa contoh:
- Surabaya: Di kota terbesar Jawa Timur ini, Lebaran Ketupat atau yang dikenal dengan "riyoyo kupat" dilaksanakan di masjid atau musholla. Warga membawa ketupat dari rumah masing-masing untuk kemudian dinikmati bersama setelah berdoa.
- Lamongan: Di kabupaten ini, tradisi Lebaran Ketupat dirayakan dengan Festival Kupatan Tanjung Kodok. Festival ini biasanya diadakan di area Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan menampilkan gunungan ketupat yang merupakan hasil karya warga dari beberapa desa.
- Trenggalek: Daerah ini dianggap sebagai tempat awal mula tradisi Lebaran Ketupat di Jawa Timur, khususnya di daerah Durenan. Perayaan di sini masih sangat kental dengan nilai-nilai tradisional.
- Gresik: Di Gresik, tradisi ini dikenal dengan nama "riyoyo kupat". Uniknya, di beberapa daerah di Gresik, perayaan dilakukan pada malam hari dan menjadi ajang silaturahmi antar warga.
- Bangkalan, Madura: Masyarakat Bangkalan memiliki tradisi unik yaitu naik perahu ke tengah laut saat Lebaran Ketupat. Mereka melakukan selamatan di atas perahu sebagai wujud rasa syukur, terutama bagi masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan.
- Ponorogo: Di Ponorogo, tradisi ini dikenal dengan nama "Bodo Kupat". Masyarakat Ponorogo mengenal empat jenis ketupat yaitu Kupat Sinto, Kupat Luwar, Kupat Bawang, dan Kupat Kodok.
Variasi-variasi ini menunjukkan bagaimana tradisi Lebaran Ketupat telah berakar kuat dalam budaya masyarakat Jawa Timur, namun tetap fleksibel untuk diadaptasi sesuai dengan kondisi dan keunikan masing-masing daerah. Hal ini menjadikan tradisi Lebaran Ketupat sebagai warisan budaya yang kaya dan beragam.
Advertisement
Kuliner Khas Lebaran Ketupat
Lebaran Ketupat tidak hanya tentang ketupat itu sendiri, tetapi juga tentang berbagai hidangan pelengkap yang menjadi ciri khas perayaan ini. Berikut adalah beberapa kuliner yang umumnya disajikan saat Lebaran Ketupat di Jawa Timur:
- Ketupat: Tentu saja, ketupat menjadi hidangan utama dalam perayaan ini. Ketupat adalah nasi yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda berbentuk segi empat.
- Opor Ayam: Hidangan ayam yang dimasak dengan santan dan rempah-rempah ini menjadi pendamping klasik ketupat.
- Sayur Lodeh: Sayur berkuah santan dengan berbagai macam sayuran seperti terong, kacang panjang, dan labu siam.
- Sambal Goreng Ati: Hidangan yang terbuat dari hati ayam atau sapi yang digoreng dan dicampur dengan sambal.
- Rendang: Meskipun lebih dikenal sebagai masakan Sumatera, rendang juga sering disajikan saat Lebaran Ketupat di Jawa Timur.
- Kare: Hidangan berkuah kental dengan rempah-rempah yang kaya, biasanya berisi ayam atau daging sapi.
- Lepet: Makanan yang terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan kelapa parut dan diisi dengan irisan gula merah, kemudian dibungkus dengan daun pisang.
- Sambal Goreng Kentang: Potongan kentang yang digoreng dan dicampur dengan sambal.
- Serundeng: Kelapa parut yang disangrai dengan bumbu-bumbu hingga kering dan berwarna kecokelatan.
- Kue-kue Tradisional: Berbagai jenis kue tradisional seperti lapis, putri salju, nastar, dan kastengel juga sering disajikan sebagai hidangan penutup.
Setiap daerah di Jawa Timur mungkin memiliki variasi atau tambahan hidangan khas mereka sendiri. Misalnya, di daerah pesisir, hidangan seafood mungkin lebih dominan. Keragaman kuliner ini menambah kekayaan tradisi Lebaran Ketupat dan menjadikannya momen yang dinantikan oleh banyak orang, tidak hanya untuk bersilaturahmi tetapi juga untuk menikmati hidangan-hidangan khas yang mungkin hanya disajikan setahun sekali.
Manfaat Melestarikan Tradisi Lebaran Ketupat
Melestarikan tradisi Lebaran Ketupat membawa berbagai manfaat, baik bagi individu maupun masyarakat secara luas. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari pelestarian tradisi ini:
- Memperkuat Ikatan Sosial: Tradisi ini menjadi momen untuk berkumpul dan bersilaturahmi, memperkuat hubungan antar anggota keluarga, tetangga, dan masyarakat secara umum.
- Melestarikan Warisan Budaya: Dengan terus melaksanakan tradisi ini, kita turut menjaga dan mewariskan kekayaan budaya Indonesia, khususnya Jawa Timur, kepada generasi mendatang.
- Pendidikan Nilai-nilai Luhur: Filosofi di balik ketupat dan pelaksanaan tradisi ini mengajarkan nilai-nilai penting seperti kerendahan hati, pengakuan kesalahan, dan pentingnya memaafkan.
- Promosi Wisata Budaya: Tradisi unik seperti ini dapat menjadi daya tarik wisata budaya, mendorong perkembangan ekonomi lokal melalui sektor pariwisata.
- Memperkuat Identitas Daerah: Tradisi Lebaran Ketupat menjadi salah satu identitas khas Jawa Timur, memperkuat rasa kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap daerahnya.
- Meningkatkan Kesejahteraan Ekonomi: Perayaan ini mendorong perputaran ekonomi lokal, terutama dalam industri makanan dan kerajinan tangan.
- Mempromosikan Kerukunan: Tradisi ini menjadi sarana untuk mempromosikan kerukunan antar umat beragama, karena seringkali perayaan ini juga diikuti oleh masyarakat non-Muslim.
- Menjaga Kelestarian Lingkungan: Penggunaan bahan-bahan alami seperti daun kelapa dalam pembuatan ketupat secara tidak langsung mendorong kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
- Meningkatkan Kesehatan Mental: Momen berkumpul dan bersilaturahmi dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental.
- Mendorong Kreativitas: Variasi dalam pelaksanaan tradisi di berbagai daerah mendorong kreativitas masyarakat dalam mengekspresikan budaya mereka.
Dengan memahami berbagai manfaat ini, diharapkan masyarakat akan semakin terdorong untuk terus melestarikan tradisi Lebaran Ketupat, menjadikannya bukan hanya sebagai warisan masa lalu, tetapi juga sebagai bagian integral dari kehidupan modern yang tetap relevan dan bermanfaat.
Advertisement
Tantangan dalam Melestarikan Tradisi Lebaran Ketupat
Meskipun memiliki banyak manfaat, pelestarian tradisi Lebaran Ketupat juga menghadapi beberapa tantangan di era modern ini. Berikut adalah beberapa tantangan utama:
- Modernisasi dan Perubahan Gaya Hidup: Gaya hidup modern yang serba cepat dan praktis terkadang membuat orang enggan untuk melakukan persiapan yang memakan waktu seperti membuat ketupat.
- Urbanisasi: Perpindahan penduduk dari desa ke kota besar dapat mengikis tradisi ini, terutama jika tidak ada upaya untuk memperkenalkannya di lingkungan baru.
- Globalisasi Budaya: Masuknya budaya asing dapat menggeser minat generasi muda terhadap tradisi lokal seperti Lebaran Ketupat.
- Kurangnya Edukasi: Minimnya pengetahuan tentang makna dan filosofi di balik tradisi ini, terutama di kalangan generasi muda, dapat mengurangi minat untuk melestarikannya.
- Tantangan Ekonomi: Biaya untuk membuat hidangan lengkap Lebaran Ketupat bisa menjadi beban bagi sebagian masyarakat, terutama di masa-masa sulit secara ekonomi.
- Perubahan Pola Makan: Tren pola makan sehat dan diet khusus dapat membuat beberapa orang menghindari makanan berbasis karbohidrat tinggi seperti ketupat.
- Keterbatasan Waktu: Kesibukan dan padatnya jadwal kerja dapat membuat orang sulit meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam perayaan komunal.
- Perbedaan Interpretasi Agama: Beberapa interpretasi agama mungkin memandang tradisi ini sebagai bid'ah atau tidak sesuai dengan ajaran agama.
- Tantangan Lingkungan: Penggunaan daun kelapa dalam jumlah besar untuk membuat ketupat dapat menimbulkan masalah lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
- Standardisasi Budaya: Upaya untuk membakukan pelaksanaan tradisi ini dapat menghilangkan keunikan dan variasi lokal yang justru menjadi daya tariknya.
Menghadapi tantangan-tantangan ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak - pemerintah, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, dan masyarakat umum - untuk terus melestarikan dan mengadaptasi tradisi Lebaran Ketupat agar tetap relevan di era modern. Ini bisa dilakukan melalui berbagai cara seperti edukasi budaya di sekolah, festival budaya, promosi wisata budaya, dan penggunaan media sosial untuk menyebarkan informasi tentang tradisi ini kepada generasi muda.
Tips Merayakan Lebaran Ketupat
Untuk memastikan perayaan Lebaran Ketupat berjalan lancar dan bermakna, berikut beberapa tips yang bisa Anda terapkan:
- Persiapkan Jauh-jauh Hari: Mulailah mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan beberapa hari sebelum perayaan. Ini termasuk membeli beras, daun kelapa, dan bahan-bahan untuk hidangan pelengkap.
- Libatkan Seluruh Anggota Keluarga: Jadikan pembuatan ketupat sebagai kegiatan keluarga. Ini bisa menjadi momen untuk mengajarkan tradisi kepada anak-anak dan mempererat ikatan keluarga.
- Pelajari Teknik Membuat Ketupat: Jika Anda belum mahir membuat ketupat, cobalah untuk belajar dari yang lebih berpengalaman atau melalui tutorial online. Membuat ketupat sendiri akan menambah kesan istimewa pada perayaan.
- Kreasikan Menu: Selain hidangan tradisional, cobalah untuk menambahkan variasi menu yang sehat dan sesuai dengan selera keluarga.
- Undang Tetangga atau Teman: Perayaan akan lebih meriah jika dilakukan bersama-sama. Undanglah tetangga atau teman untuk bergabung dalam perayaan.
- Lakukan Kegiatan Amal: Sesuai dengan semangat berbagi, cobalah untuk melakukan kegiatan amal seperti membagikan makanan kepada yang membutuhkan.
- Edukasi Tentang Makna Tradisi: Gunakan momen ini untuk mengedukasi anggota keluarga, terutama anak-anak, tentang makna dan filosofi di balik tradisi Lebaran Ketupat.
- Dokumentasikan Momen: Abadikan momen-momen istimewa selama perayaan. Ini bisa menjadi kenangan indah dan bahan refleksi di kemudian hari.
- Terapkan Protokol Kesehatan: Jika masih dalam situasi pandemi, pastikan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan yang berlaku.
- Refleksi Diri: Gunakan momen ini untuk melakukan refleksi diri, mengingat makna "ngaku lepat" dan berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Dengan menerapkan tips-tips ini, diharapkan perayaan Lebaran Ketupat tidak hanya menjadi momen bersenang-senang, tetapi juga momen yang bermakna dan memperkuat ikatan sosial serta nilai-nilai budaya.
Advertisement
FAQ Seputar Tradisi Lebaran Ketupat
-
Apa perbedaan antara Lebaran Idul Fitri dan Lebaran Ketupat?
Lebaran Idul Fitri dirayakan pada tanggal 1 Syawal, menandai berakhirnya bulan puasa Ramadan. Sementara Lebaran Ketupat dirayakan seminggu setelahnya, pada tanggal 8 Syawal, menandai berakhirnya puasa sunah 6 hari di bulan Syawal.
-
Mengapa disebut Lebaran Ketupat?
Disebut Lebaran Ketupat karena ketupat menjadi makanan utama dalam perayaan ini. Ketupat memiliki makna filosofis yang dalam dalam budaya Jawa.
-
Apakah Lebaran Ketupat hanya ada di Jawa Timur?
Meskipun sangat populer di Jawa Timur, tradisi serupa juga dapat ditemui di berbagai daerah di Indonesia dengan nama dan variasi yang berbeda-beda.
-
Apa makna filosofis dari ketupat?
Ketupat memiliki berbagai makna filosofis, termasuk "ngaku lepat" (mengakui kesalahan), simbol kesucian hati, dan representasi dari empat tindakan penting dalam kehidupan (lebaran, luberan, leburan, laburan).
-
Bagaimana cara membuat ketupat?
Ketupat dibuat dengan menganyam daun kelapa muda menjadi wadah berbentuk segi empat, mengisinya dengan beras, lalu merebus hingga matang. Proses ini membutuhkan keterampilan dan kesabaran.
-
Apakah ada ritual khusus dalam perayaan Lebaran Ketupat?
Ritual dapat bervariasi tergantung daerah, namun umumnya melibatkan doa bersama, makan bersama, dan berbagi ketupat dengan tetangga atau kerabat.
-
Bagaimana jika saya tidak bisa membuat ketupat sendiri?
Anda bisa membeli ketupat yang sudah jadi di pasar atau toko makanan. Yang terpenting adalah semangat berbagi dan bersilaturahmi.
-
Apakah ada pantangan dalam perayaan Lebaran Ketupat?
Secara umum tidak ada pantangan khusus, namun penting untuk tetap menjaga kesopanan, menghormati tradisi setempat, dan tidak berlebihan dalam perayaan.
-
Bagaimana cara melestarikan tradisi Lebaran Ketupat di era modern?
Melestarikan tradisi dapat dilakukan dengan cara mengedukasi generasi muda tentang makna dan pentingnya tradisi, mengadakan festival budaya, dan mengadaptasi perayaan agar lebih relevan dengan gaya hidup modern tanpa menghilangkan esensinya.
-
Apakah ada variasi hidangan selain ketupat dalam perayaan ini?
Ya, selain ketupat, biasanya disajikan juga hidangan seperti opor ayam, rendang, sayur lodeh, sambal goreng ati, dan berbagai kue tradisional.
Kesimpulan
Tradisi Lebaran Ketupat di Jawa Timur merupakan warisan budaya yang kaya akan makna dan nilai-nilai luhur. Lebih dari sekadar perayaan, tradisi ini menjadi cerminan kearifan lokal yang mengajarkan pentingnya introspeksi diri, kerendahan hati, dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat. Melalui simbol ketupat, masyarakat Jawa Timur mewariskan filosofi hidup yang mendalam dari generasi ke generasi.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan di era modern, semangat untuk melestarikan tradisi ini tetap hidup. Variasi pelaksanaan di berbagai daerah di Jawa Timur menunjukkan bagaimana tradisi ini telah berakar kuat namun tetap fleksibel untuk beradaptasi dengan kondisi lokal. Ini menjadi bukti bahwa tradisi Lebaran Ketupat bukan sekadar ritual tahunan, melainkan bagian integral dari identitas budaya masyarakat Jawa Timur.
Pelestarian tradisi Lebaran Ketupat bukan hanya tanggung jawab generasi tua, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif dari generasi muda. Dengan memahami makna dan nilai di balik tradisi ini, diharapkan generasi muda dapat menghargai dan meneruskan warisan budaya ini. Pada akhirnya, tradisi Lebaran Ketupat bukan hanya tentang makan ketupat bersama, tetapi juga tentang menjaga keharmonisan sosial, menghormati leluhur, dan memperkuat identitas budaya di tengah arus globalisasi.
Sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia, tradisi Lebaran Ketupat di Jawa Timur layak untuk terus dilestarikan dan diperkenalkan ke khalayak yang lebih luas. Melalui berbagai upaya pelestarian dan promosi, diharapkan tradisi ini akan terus hidup dan berkembang, menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi generasi mendatang. Dengan demikian, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi Lebaran Ketupat akan terus menjadi panduan dalam kehidupan bermasyarakat, mengingatkan kita akan pentingnya kerendahan hati, pengampunan, dan kebersamaan dalam menjalani kehidupan.
Advertisement
