Dubes RI Untuk Yaman Pimpin Evakuasi WNI Lewat Jalur Darat

Selain darat, evakuasi laut dan udara tetap masuk dalam opsi. Namun, jika menggunakan kapal, waktu tempuh jadi masalah utama.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 01 Apr 2015, 22:06 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2015, 22:06 WIB
Yaman
REUTERS/Khaled Abdullah

Liputan6.com, Jakarta - Memburuknya kondisi Yaman membuat sejumlah negara mengevakuasi warganya dari negara itu. Langkah ini juga diambil oleh Pemerintah Indonesia.

Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir mengatakan, pemerintah sudah melakukan langkah evakuasi. Dia pun menambahkan semua opsi akan dipertimbangkan agar bisa membawa keluar WNI dari Yaman. "Serangkaian skenario (evakuasi) sudah kami siapkan," jelas Wamenlu Fachir di kantor Kemlu, Rabu (1/4/2015).

Mantan Dubes Arab Saudi tersebut menjelaskan ada alasan tepat kenapa pemerintah menyiapkan banyak rencana terkait evakuasi. Fachir melihat kondisi akhir-akhir ini Yaman berubah-ubah

"Perkembangan di Yaman terus dinamis jam per jam sehingga tidak ada skenario fix dari awal," sambung dia.

Saat ini pun pemulangan WNI tengah berlangsung. Untuk evakuasi darat, kata Fachir, sudah ada enam bus berisi 309 WNI yang meninggalkan Yaman.

Evakuasi ini dipimpin langsung oleh Dubes RI di Yaman Wajid Fauzi. Tim tersebut sudah berangkat Al-Hudaydah ke Jizan Arab Saudi.

Sementara itu, evakuasi laut dan udara tetap masuk dalam opsi. Namun, khusus untuk laut waktu tempuh jadi masalah utama.

Dari keterangan Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu, Lalu Muhamad Iqbal yang memberikan penjelasannya dalam kesempatan yang sama mengatakan jika kapal Indonesia berangkat maka butuh waktu 15 hari.

Namun pemerintah sudah punya solusi terkait masalah waktu tempuh. Iqbal mengatakan, Menlu Retno Marsudi sudah menelepon beberapa negara yang punya pangkalan militer atau tidak jauh dari Yaman seperti India dan China agar mau memberi bantuan evakuasi melalui kapal laut miliknya.

Meski demikian, digarisbawahi Iqbal, jalur evakuasi yang kemungkinan besar diambil Indonesia adalah melalui udara. Pemerintah memilih jalur  udara karena alasan efisiensi dan waktu tempuh.

"Tapi memang paling cepat lewat udara," tegas Iqbal.

Walau begitu, bukan berarti menggunakan udara tidak ada masalah sama sekali. Saat ini izin pesawat melintas tidak bisa dikeluarkan setiap saat karena aturan no flight zone sempat diterapkan.

Tetapi Iqbal tetap yakin masalah tersebut bisa teratasi. Hal ini karena udara Yaman sudah dikuasai pasukan koalisi Arab Saudi dan Pemerintah Indonesia siap mengkoordinasikan hal ini dengan Saudi. (Ein)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya