Ingin Bahagia? Kata Sains Coba Dengar Musik Ini

Musik bernada ceria secara efektif mampu meningkatkan mood. Ini terbukti oleh sains.

oleh Indy Keningar diperbarui 06 Nov 2015, 11:43 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2015, 11:43 WIB
Ingin Bahagia? Kata Sains Coba Dengar Musik Ini
Musik bernada ceria secara efektif mampu meningkatkan mood. Ini terbukti oleh sains.

Liputan6.com, Missouri - Lagu 'Get Happy' dari Judy Garland, yang dirilis dasawarsa  lalu telah terbukti meningkatkan mood orang-orang. Hal ini juga berlaku untuk musik-musik bernada ceria dari dekade mendatang, seperti 'Happy' dari Pharrell William.

Riset terbaru dari Missouri University (MU) menemukan bahwa seseorang bisa lebih bahagia dengan mendengarkan musik bernada ceria. Riset itu merujuk pada cara yang bisa dilakukan orang-orang untuk secara aktif meningkatkan mood.

"Hasil kerja kita menjadi penopang untuk kebiasaan orang-orang selama ini --mendengarkan musik untuk meningkatkan suasana hati  mereka," ungkap Yuna Ferguson, pimpinan penyusun, yang melakukan studi saat masih menjadi mahasiswa doktoral MU jurusan sains psikologi.

"Walau mengejar kebahagiaan pribadi dianggap sebagai langkah yang egois, riset menunjukkan bahwa kebahagiaan terkait dengan probabilitas lebih besar dalam sifat yang menguntungkan secara sosial, kesehatan fisik yang lebih baik, pendapatan lebih tinggi, dan kepuasan hubungan sosial yang lebih besar," ujarnya lagi. 

Dikutip dari Science Daily, Jumat (6/11/2015), dalam dua studi oleh Ferguson, partisipan dengan sukses meningkatkan perasaan hati dalam waktu singkat, dan meningkatkan kebahagiaan secara keseluruhan dalam waktu dua minggu.

Dalam studi pertama, mood para partisipan meningkat setelah usaha membuat mereka lebih bahagia dilakukan, namun hanya jika mereka mendengarkan musik ceria dari Copeland, tidak dengan musik yang lebih suram dari Stravinsky.

Mendengarkan musik pada pagi hari bisa membuat lebih semangat dalam beraktivitas seharian

Partisipan lainnya, yang hanya mendengarkan musik tanpa melakukan upaya untuk mengubah mood, juga tidak dilaporkan mengalami perubahan dalam kebahagiaan.

Dalam studi kedua, partisipan melaporkan tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi setelah sesi laboratorium selama dua minggu, di mana mereka mendengarkan musik positif sembari melakukan usaha untuk jadi lebih bahagia. Tingkat kebahagiaan mereka lebih tinggi dibanding partisipan yang hanya mendengarkan musik.

Bagaimanapun, Ferguson mencatat, bagi orang-orang yang ingin mempraktikkan risetnya, mereka perlu waspada akan terlalu banyak introspeksi mood atau kerap bertanya, "apa saya sudah bahagia?"

"Dari pada fokus berapa banyak kebahagiaan yang bisa dicapai, dan menghitung-hitung, orang-orang sebaiknya berfokus dalam menikmati pengalaman dalam perjalanan menuju kebahagiaan, tidak berfokus pada tujuan," ucap Ferguson.

Hasil kerja Ferguson menguatkan penemuan sebelumnya oleh advisor doktoral dan wakil pengarang studi, Kennon Sheldon, dosen sains psikologi di College of Arts and Science MU.

"Model Hedonic Adaptation Prevention, yang dikembangkan di awal riset, menyatakan bahwa kita bisa bertahan di setengah bagian awal 'jangkauan' potensi kebahagiaan selama kita memiliki pengalaman positif, dan menghindari menginginkan lebih dari yang sudah kita miliki," ungkap Sheldon.

"Hasil riset Yuna menunjukkan kita bisa mencari dengan sengaja untuk membuat perubahan mental yang mengarah ke eksperimen baru dalam hidup. Fakta bahwa kita menyadari bahwa sedang melakukannya, tidak memiliki efek merugikan." (Ikr/Rie)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya