Liputan6.com, Moskow- Maria Ivleva (15) dalam perjalanan pulang berlibur dari kota tepi pantai Sharm-al-Sheikh, saat kejutan tak menyenangkan terjadi di atas pesawat Metrojet dengan nomor penerbangan 9268 yang ditumpanginya.
Pesawat terbang itu meledak dan jatuh di Semenanjung Sinai, Mesir, Sabtu, 31 Oktober 2015.
Awalnya, apa yang menyebabkan burung besi itu terhempas ke tanah masih misterius. Namun, suara ledakan yang terdengar dari instrumen perekam dalam kotak hitam atau flight data recording (FDR) memberi petunjuk bahwa ada bom yang diletakkan dalam pesawat.
Penyelidikan pun dilakukan. Hasilnya diketahui bahwa Maria Ivleva diduga kuat duduk di atas bom dengan kekuatan setara 1 kilo TNT yang diletakkan di bawah kursinya, nomor 31A.
Dugaan lainnya, bom yang membunuh 224 orang berada di bawah kursi 30A, di mana Nadezhda Bashakova (77) duduk.
Advertisement
Para penyelidik menduga, mereka yang duduk di sekitar bom tewas seketika saat ledakan terjadi, termasuk Maria Ivleva. Ia mungkin jadi yang pertama kehilangan nyawa.
Baca Juga
Bagaimana dengan penumpang lain?
Para penyelidik menduga, sempat terjadi kepanikan luar biasa di dalam pesawat, saat kapal terbang itu menukik dari ketinggian 31.000 kaki dengan kecepatan 6.000 kaki per menit, sebelum menghantam tanah.
Ada Bomber Bunuh Diri?
Titik ledakan ditemukan berkat uji kimia dan forensi pada Airbus A321 nahas itu. Demikian menurut media Rusia LifeNews, seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (24/11/2015).
Salah satu teori menyebut, bom bisa jadi ditempatkan di bawah kursi, di mana jaket penyelamat berada.
Zona ledakan diduga sekitar 6 deret kursi dan meninggalkan jejak lubang pada ekor pesawat.
"Penyelidik dan ahli badan intelijen berhasil menguak titik di mana teroris menempatkan bom yang menghancurkan Airbus A321," demikian laporan yang dikutip dari Daily Mail, Selasa (24/11/2015).
"Ahli yang meneliti bagian pesawat dan jasad korban menyimpulkan bahwa mereka yang duduk di kursi dekat bom berada diduga kuat tewas seketika."
Sejauh ini tak ada bukti yang mengarah bahwa ada bomber bunuh diri di dalam pesawat. Baik Maria Ivleva dan Nadezhda Bashakova masih dianggap korban yang tak bersalah, di antara 224 orang yang meninggal dalam salah satu kecelakaan terparah yang menimpa Rusia.
Data penerbangan mengungkapkan, Nadezhda Bashakova dari Volkhov di St Petersburg bepergian bersama putrinya Margarita Simanova (43) yang duduk di kursi 30B.
Sementara, Maria Ivleva yang juga dari St Petersburg terbang bersama ibunya, Marina Ivleva (44) yang duduk di kuris 31B.
Pihak Rusia bekerja sama dengan aparat Mesir dan Inggris -- yang menyediakan data intelijen bahwa ada bom dalam pesawat -- untuk menemukan siapa gerangan pelaku yang menaruh berbahaya itu.
Airbus A321 hilang kontak 23 menit setelah meninggalkan Sharm el-Sheikh menuju St Petersburg. Awalnya pihak Rusia dan Mesir membantah bom sebagai penyebabnya.
Belakangan, setelah mendapat bukti meyakinkan tentang keberadaan bahan peledak, Presiden Rusia Vladimir Putin bersumpah untuk membalas dendam pada para pelaku. (Ein/Tnt)
Advertisement