Liputan6.com, London - Pada 1 September 1985 -- 73 tahun dan 138 hari sejak karam -- bangkai Kapal Titanic akhirnya ditemukan di 600 kilometer tenggara Newfoundland pada kedalaman 12.000 kaki atau hampir 4 kilometer di dasar laut.
Bangkai tersebut relatif awet karena kedalamannya itu. Ia juga relatif tak terusik para pemburu harta karun yang mengincar barang-barang berharga yang tersimpan di lemari besi kapal 'yang konon tak bisa tenggelam itu'.
Sejak saat itu, bangkai tersebut menguak satu demi satu rahasia Titanic. Termasuk saat-saat terakhir bahtera tersebut setelah menabrak gunung es pada 15 April 1912.
Advertisement
Dari 2.224 penumpang dan awak di dalamnya, 1.514 di antaranya meninggal dunia. Sejumlah jasad korban tak pernah ditemukan. Bangkai Titanic menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi mereka.
Namun, eksistensi bangkai Titanic terancam. Bahtera paling mahsyur pada zamannya itu bisa lenyap sama sekali. Gara-gara 'bakteri lapar' yang berkeliaran di lautan.
Bakteri tersebut menggerogoti Titanic, memakan karat-karat yang melapisinya. Keberadaan makhluk-makhluk kecil itu diketahui dari bagian kapal yang berkarat, yang berhasil diangkat.
Seperti dikutip dari News.com.au, Selasa (6/12/2016), para ilmuwan menamai bakteri baru itu, Halomonas titanica. Perkiraan baru-baru ini memprediksi bahwa pada tahun 2030 Titanic mungkin lenyap sama sekali.
Lokasi di mana Titanic berada, yang kadar airnya mencapai 3,5 persen, itu berarti sangat baik bagi bakteri tersebut untuk bertahan.
Titanic Berubah Jadi Bubuk
Para ilmuwan sejak lama memperkirakan bangkai Titanic akan binasa pada akhirnya, namun tak pernah mengira bakal secepat itu.
Sebelumnya, para peneliti di Dalhousie University, Halifax, Nova Scotia, Canada telah meneliti bakteri yang menggerogoti Titanic. Itu adalah bakteri pemakan karat.
Menggunakan teknologi DNA, ilmuwan Dahousie, Henrietta Mann dan Bhavleen Kaur, serta peneliti dari University of Sevilla, Spanyol mampu mengidentifikasi spesies bakteri baru yang dikumpulkan dari rusticles -- formasi karat yang mirip stalaktit dari bangkai Kapal Titanic.
Bakteri pemakan besi teroksidasi itu lantas diberi nama, Halomonas titanicae.
Penemuan bakteri ini punya arti penting dalam upaya mengawetkan bangkai kapal ini. "Pada 1995, saya memprediksi Titanic bakal bertahan 30 tahun lagi," kata Henrietta Mann pada 2010 lalu seperti dimuat situs LiveScience.
Â
"Tapi, ini jauh lebih buruk. Umurnya mungkin lebih pendek, 15 atau 20 tahun."
Bangkai Titanic saat ini ditutupi rusticle yang dibentuk setidaknya oleh 27 bakteri, termasuk Halomonas titanicae.
Rusticles memiliki pori-pori yang memungkinkan air melewatinya. Melalui proses yang agak rumit, ia akhirnya akan hancur menjadi bubuk. "Ini adalah proses alam, daur ulang besi kembali ke alam," kata Mann.
Meskipun nantinya gagal menyelamatkan Titanic, penemuan bakteri ini punya arti yang sangat penting. Salah satunya, mempercepat pelapukan kapal tua dan rig minyak lawas.
Di sisi lain, penemuan bakteri ini juga akan membantu para ilmuwan mengembangkan cat atau lapisan pelindung untuk menjaga kapal dari bakteri pemakan karat itu.
Dan, kalaupun Titanic tinggal nama, kapal itu tak akan terlupakan: kisahnya akan melegenda.
Sementara kondisi bangkai kapal memburuk, sejumlah barang yang berasal dari kapal nahas tersebut dihargai tinggi di lelang.
Pada Oktober 2016, kunci langka pembuka lemari jaket pelampung di kapal Titanic dijual di lelang seharga 85.000 pound sterling.
Itu adalah salah satu dari lebih dari 250 item dari kapal nahas itu yang dijual di Devizes di Wiltshire.
Kuncinya digunakan Sidney Sedunary, yang kala itu berusia 23 tahun, dari Southampton. Ia bekerja di atas kapal sebagai pramugara.
Dengan benda itu, ia membantu menyelamatkan banyak nyawa saat kapal tenggelam pada pelayaran perdananya pada tahun 1912.
Sebuah surat yang ditulis oleh asisten ahli bedah di Kapal Titanic, John Simpson, yang mengucapkan selamat tinggal juga terjual seharga 37.000 pound sterling.
Advertisement