Liputan6.com, Jakarta - Lidah buaya bukan hanya bahan pembuat sampo, tanaman hias, atau manisan -- seperti umumnya anggapan orang Indonesia. Aloe vera sejatinya dikenal sejak ribuan tahun lalu dan dianggap sebagai tanaman berkhasiat.
Bangsa Mesir Kuno menganggapnya sebagai 'tanaman keabadian'. Pun dengan sejumlah budaya dunia pada masa lalu. Hingga kini, khasiatnya juga diakui.
Baca Juga
Selama beberapa milenium, lidah buaya digunakan untuk merawat 50 kondisi medis -- dari obesitas, luka bakar, dermatitis, bisul, asma, diabetes, jerawat, dan bahkan kusta.
Advertisement
Sebanyak 95 persen kandungan aloe vera adalah air, lima persen lainnya terdiri atas zat-zat berkhasiat.
Tanaman yang sangat istimewa itu memiliki lebih dari 200 senyawa bioaktif seperti mineral, enzim, vitamin, asam amino, dan polisakarida -- yang semua meningkatkan penyerapan nutrisi dalam tubuh.
Lidah buaya juga kaya akan kalsium, zat besi, zinc, magnesium, tembaga, kalium, dan mangan -- yang bersifat anti-inflamasi dan antibakteri yang membantu detoksifikasi tubuh dan mendukung sistem kekebalan tubuh.
Tak hanya itu, aloe vera juga kaya vitamin B12, yang biasanya hanya ditemukan dalam makanan hewani, yang penting dalam penciptaan sel darah merah baru -- sehingga baik dikonsumsi mereka yang vegetarian.
Lidah buaya asli dari Afrika dan bagian dari Timur Tengah, namun tanaman itu dapat tumbuh di mana saja dan mudah didapat. Berikut khasiat dan keajaiban lidah buaya yang dibuktikan peradaban masa lalu:
1. Rahasia Kecantikan Cleopatra
Penggunaan lidah buaya bisa dilacak sejak 6.000 tahun lalu pada masa Mesir Kuno.
Tanaman tersebut dianggap menjadi rahasia kecantikan, kesehatan, bahkan keabadian. Itu mengapa, lidah buaya disebut 'tanaman keabadian'.
Baik Cleopatra dan Nefertiti dilaporkan menggunakan cairan lidah buaya untuk merawat kecantikan sehari-hari.
Bahkan jenazah dibalsem atau diawetkan menggunakan ramuan yang dicampur lidah buaya -- yang diyakini menghalau bakteri dan jamur.
Aloe vera punya arti penting, sebab, orang Mesir Kuno percaya, menghentikan proses dekomposisi fisik akan mengantar mendiang pada kehidupan yang kekal.
Seiring dengan pembalseman firaun, lidah buaya diberikan sebagai upeti untuk mendiang sang penguasa dalam upacara pemakaman.
Kekayaan seseorang dan kesetiaan mereka pada firaun ditunjukkan dengan jumlah lidah buaya yang mereka persembahkan.
Advertisement
2. Mengusir Roh Jahat
Papirus dari Eber atau 'papyrus of Eber' ditemukan di Thebes pada 1858. Naskah itu berasal dari 1.550 tahun sebelum Masehi, dari masa kekuasaan Amen-Hotep, yang menjelaskan khasiat lidah buaya yang anti-inflamasi dan nyeri.
Pada masa sesudahnya, penduduk Mesir menganggap lidah buaya sebagai simbol suci. Jika digantungkan di pintu, benda itu diyakini akan melindungi penghuninya dari fitnah dan pengaruh-pengaruh jahat.
Aloe vera juga digunakan dalam produksi papirus dan obat untuk TBC.
Dokumen serupa tentang lidah buaya ditemukan di lempeng tanah liat dari Nippur, yang berasal dari era 2.200 tahun Sebelum Masehi.
Pada masa itu, penduduk Mesopotamia Kuno menggunakan lidah buaya untuk detoksifikasi, mengobati penyakit yang dianggap akibat kerasukan setan. Tanaman itu juga dianggap 'tanaman ilahiah' -- yang memiliki kekuatan alam untuk mengusir roh-roh jahat.
3. Bekal Wajib di Medan Perang
Pada masa kekuasaan Alexander Agung, lidah buaya digunakan sebagai obat. Sang penakluk dilaporkan menggunakan cairan aloe vera untuk menyembuhkan luka prajurit di medan perang.
Konon, ia bahkan menyiagakan armada gerobak, khusus untuk mengangkut lidah buaya segar untuk digunakan selama pertempuran.Â
Konon, Aristoteles yakin, Alexander Agung merebut Pulau Socotra, hanya demi menguasai kebun lidah buaya yang ada di sana.Â
Advertisement
4. Obat Segala Penyakit
Selama masa pemerintahan Nero, pada Abad ke-1 Masehi, seorang dokter dan naturalis, Dioscorides berpetualang bersama pasukan Romawi demi mencari metode baru penyembuhan.
Dia menulis beberapa buku, yang pertama adalah De Materia Medica pada tahun 41-68 Masehi.
Buku itu mengajarkan tentang farmasi -- termasuk resep dan pengobatan untuk berbagai penyakit.
Dalam bab tentang terapi tanaman, ia menggambarkan lidah buaya sebagai salah satu tumbuhan obat favoritnya.
Dioscorides merekomendasikan jus lidah buaya untuk digunakan untuk menangani gangguan fisik seperti perawatan luka, gangguan pencernaan, radang gusi, arthralgia, iritasi kulit, kulit terbakar, jerawat, rambut rontok, dan banyak lagi.
Pliny the Elder, seorang dokter kontemporer, dalam bukunya Natural History, mengonfirmasi temuan Dioscorides.
Ia kemudian menambahkan penyembuhan luka kusta dan anti-perspirant ke daftar khasiat lidah buaya.
5. Harmoni
Dalam budaya Tiongkok, lidah buaya menjadi bahan medis yang penting sejak zaman ekspedisi Marco Polo.
Di China, jus lidah buaya yang dikeringkan dikenal sebagai Lu-hui, yang berarti 'deposit hitam' -- yang kali pertama disebut pada Abad ke-11.
Buku pengobatan Shi-Shen menggambarkan aloe vera sebagai 'metode keseimbangan' (method of harmony) yang penting dalam kehidupan sehari-hari di Tiongkok.
Di Jepang, lidah buaya dikenal sebagai 'tanaman kerajaan', jusnya diminum atau dioleskan pada luka yang diderita para samurai untuk menyembuhkannya -- dengan cara yang sama seperti yang dilakukan para serdadu Alexander Agung.
Advertisement
6. Tanaman Suci Columbus
Pada Abad ke-16, biarawan Yahudi di Spanyol menanam lidah buaya dan menyebarkannya. Kala itu mereka dikenal sebagai penyembuh.
Pada saat bersamaan, Christopher Columbus dilaporkan memiliki pot tanaman lidah buaya di kapalnya.
Lendir aloe vera digunakan untuk menyembuhkan luka para tentara bayarannya.
Konon, Christopher Columbus pernah berkata, "Empat tumbuhan sangat diperlukan untuk kesejahteraan manusia: gandum, buah anggur, zaitun, dan lidah buaya."
Yang pertama, kata dia, memberi nutrisi, kedua membangkitkan semangat, ketiga menimbulkan harmoni, dan yang keempat menyembuhkan.
Sementara itu, di dunia baru, suku-suku asli juga menjadi akrab dengan tanaman lidah buaya.
Aloe vera bahkan dianggap salah satu dari 16 tanaman suci yang dipuja oleh suku-suku tertentu.
Lendir lidah buaya yang dioleskan pada kulit manusia terbukti bisa mencegah nyamuk yang kala itu punya potensi mematikan.
7. Ramuan Keabadian dari Yerusalem
Selama Perang Salib, para Ksatria Templar menciptakan minuman yang merupakan campuran dari minuman beralkohol dari palem (tuak), lidah buaya, dan rami. Mereka menamakannya 'Elixir of Jerusalem'.
Diyakini, ramuan tersebut bisa bikin panjang umur.
Catatan dari Abad ke-17 menyebutkan, East India Trading Company membeli lidah buaya dari Socotra dan Zanzibar.
Kala itu, wilayah di Hindia Barat itu menjadi sumber pasokan penting lidah buaya yang dijual di pasar Eropa.
Secara serentak, Belanda kemudian mendirikan perkebunan lidah buaya di Barbados, Curacao, Aruba, dan Bonaire. Pada Abad ke-18, lidah buaya dalam jumlah besar diimpor untuk dibuat menjadi obat.
Hingga kini, lidah buaya menjadi bahan obat dan kosmetik penting.
Advertisement