Parlemen Australia Tegaskan, Indonesia Adalah Mitra Utama

Parlemen Australia menunjukan perhatian tinggi kepada Indonesia, yang dianggapnya sebagai negara tetangga terdekat dan terbesar.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 07 Des 2017, 07:48 WIB
Diterbitkan 07 Des 2017, 07:48 WIB
Pertemuan KBRI Canberra dengan Joint Standing Committee on Foreign Affairs, Defense and Trade (JSCFADT)
Pertemuan KBRI Canberra dengan Joint Standing Committee on Foreign Affairs, Defense and Trade (JSCFADT) dilakukan untuk membahas hubungan kemitraan antara kedua negara dalam berbagai bidang (KBRI Canberra)

Liputan6.com, Canberra - Sejumlah anggota Parlemen Australia yang tergabung dalam Komite Bersama Bidang Luar Negeri, Pertahanan dan Perdagangan, atau Joint Standing Committee on Foreign Affairs, Defense and Trade (JSCFADT) menegaskan, bahwa Indonesia merupakan mitra utama bagi Australia.

Hubungan kemitraan Indonesia dan Australia itu termasuk dalam bantu menciptakan perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan, seperti melalui kerjasama kedua negara dalam Bali Process dan East Asia Summit (EAS) serta Indian Ocean Rim Association (IORA).

Menurut laporan dari KBRI Canberra yang diterima oleh Liputan6.com pada Rabu (06/12/2017), pernyataan itu disampaikan oleh Senator David Fawcett selaku Ketua JSCFADT, ketika menerima audiensi dari Duta Besar RI untuk Australia, Y. Kristiarto S. Legowo, di Gedung Parlemen Australia pada 6 Desember 2017.

Senator David Fawcett yang berasal dari Negara Bagian Australia Selatan hadir didampingi sejumlah mitranya, seperti dari kalangan senator dan anggota parlemen pendukung pemerintah, baik yang sedang berkuasa maupun pihak oposisi.

Jumlah hadirin yang banyak itu seakan menunjukan tingginya perhatian Parlemen Australia terhadap Indonesia sebagai negara tetangga terdekat dan terbesar bagi mereka.

Dalam pertemuan yang berlangsung hangat selama satu jam itu, Dubes RI secara khusus memberikan informasi terkini seputar hubungan dan kerja sama bilateral Indonesia-Australia di berbagai bidang, mulai dari politik-keamanan dan militer, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, hingga pariwisata.

Kristiarto juga menyampaikan, hubungan kedua negara saat ini sedang sangat baik. Hal itu tercermin dari kedekatan serta tingginya intensitas pertemuan yang dilakukan, mulai dari pertemuan kepala pemerintahan, menteri, parlemen, pengusaha, akademisi, hingga masyarakat biasa.

"Kedua negara juga tengah menaikkan status hubungan bilateralnya dari Kemitraan Strategis menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif (KSP). Selama ini, hanya sedikit negara di dunia yang memiliki status hubungan seperti ini dengan Indonesia", ujarnya.

"Dalam waktu dekat, kedua negara juga akan merampungkan perundingan IACEPA (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement). Melalui IACEPA, diharapkan akses pasar Australia dapat terbuka lebih lebar bagi produk, barang dan jasa Indonesia. Perjanjian tersebut akan mendorong peningkatan kerja sama ekonomi, perdagangan, dan investasi kedua negara", tambah Dubes Kristiarto.

Sementara itu, menurut Senator Ian MacDonald, kedua negara perlu memperkuat kerja sama perdagangan, khususnya peternakan dan ekspor daging sapi.

Di sisi lain, Senator Claire Moore lebih menekankan akan pentingnya peningkatan kerja sama di bidang pendidikan, budaya dan Bahasa Indonesia. Senator Moore bahkan secara khusus mengundang Dubes RI untuk datang dan mempromosikan Indonesia di negara bagian Queensland yang merupakan tempat asalnya.

Pertemuan antara Dubes RI dengan para anggota JSCFADT ini merupakan bagian dari upaya kedua pihak untuk semakin meningkatkan hubungan sekaligus memperkuat kemitraan antara Parlemen Australia dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Canberra.

JSCFADT sendiri dibangun pada 1952, dan kini beranggotakan sebanyak 32 orang. Mereka adalah komite terbesar di Parlemen Australia dengan mandat yang semakin meningkat.

 

Menarik Investor dari Australia, KBRI Canberra Gelar Temu Bisnis

Sebelumnya, pada Jumat 1 Desember 2017, KBRI Canberra menggelar pertemuan bisnis bertajuk Indonesia Australia Business Summit (IABS). Acara itu digelar demi mendongkrak arus investasi dari Australia pada berbagai sektor.

Pertemuan yang berlangsung di Adelaide Convention Centre ini dihadiri oleh berbagai pelaku bisnis dan investor, serta pejabat pemerintah Australia. Sedikitnya 300 orang hadir pada acara yang diadakan tahunan ini.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong, secara khusus juga menghadiri pertemuan ini.

Antusiasme para investor Australia di pertemuan ini sangat tinggi. Acara yang dibuka secara resmi oleh Hieu Van Le selaku Gubernur Australia Selatan ini turut menghadirkan beberapa figur penting pemerintahan setempat, seperti Menteri Investasi-Perdagangan dan UKM Australia Martin Hamilton Smith, dan Walikota Adelaide Martin Haese.

Mereka hadir untuk mendorong para pelaku bisnis di Australia demi mengembangkan sayap bisnisnya di Indonesia.

Dalam sambutan pembukaannya, Hieu Van Le tak lupa menyampaikan apresiasi terhadap Indonesia. Bumi Nusantara sendiri dihormati di berbagai Negara Bagian Australia, setelah secara reguler menyelenggarakan festival dan promosi budaya asli Indonesia.

"Hubungan Indonesia-Australia saat ini sudah kuat, namun perlu terus dikembangkan antar negara bagian. Sektor bisnis diharapkan dapat memainkan peran penting dalam mengisi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IACEPA) yang sebentar lagi akan disepakati," demikian ujar Gubernur keturunan Vietnam itu.

Sementara itu, Kepala Thomas Lembong secara khusus menekankan pentingnya kesepakatan IACEPA bagi penguatan kerjasama ekonomi Indonesia-Australia.

"Penguatan kerjasama pada satu bidang akan diikuti oleh penguatan sektor lainnya. Penguatan kerjasama sektor maritim misalnya, akan diikuti oleh kerjasama digital yang akan memperkuat bisnis sektor maritim," imbuh Kepala BKPM itu.

Yohanes Kristiarto Soeryo Legowo selaku Duta Besar (Dubes) RI turut menggarisbawahi arti penting kemitraan antara Indonesia dan Australia, dalam kerangka IACEPA yang telah memasuki tahap akhir dan siap dirampungkan pada akhir tahun ini.

"Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Dalam jangka waktu kurang dari tiga dekade, Indonesia diprediksi akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-8 di dunia, dengan populasi angkatan kerja yang relatif besar dan kekuatan ekonomi yang akan disokong oleh sektor jasa," ujarnya.

"Dengan berbagai kebijakan pro pertumbuhan ekonomi yang gencar dilakukan oleh Pemerintah, investor Australia seyogianya semakin percaya diri menanamkan modalnya di berbagai sektor prioritas di Indonesia", imbuh Dubes RI yang dikenal sangat agresif mempromosikan potensi investasi Indonesia di Australia tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya