Ribuan Orang Dukung Petisi Agar PM Selandia Baru Raih Nobel Perdamaian

Nama PM Selandia Baru masuk dalam dua situs petisi. Sudah ada ribuan orang yang tanda tangan mendukungnya masuk nominasi Nobel Perdamaian.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 23 Mar 2019, 17:02 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2019, 17:02 WIB
Jacinda Ardern
Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern sambangi Canterbury Refugee Centre di Christchurch, 16 March 2019. (MARTY MELVILLE / AFP)

Liputan6.com, Wellington - Dua petisi yang mendorong terpilihnya Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menjadi nominasi Nobel Perdamaian telah muncul di dunia maya.

Dikutip dari laman nzherald.co.nz, Sabtu (23/3/2019), Petisi Change.org misalnya. Situs itu telah dimulai empat hari lalu dan telah memiliki lebih dari 3.000 tanda tangan baik dari warga Selandia Baru dan seluruh dunia.

Sementara petisi di situs web Prancis AVAAZ.org memiliki lebih dari 1.000 tanda tangan.

Banyak orang mengusulkan PM Jacinda Ardern sebagai nominasi setelah peristiwa penembakan di dua masjid yang ada di Christchurch.

"Menyusul peristiwa tragis Christchurch, Selandia Baru dan respons yang memadai, terbuka dan damai dari Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, kami ingin mengusulkan dia sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian yang akan datang," tulis situs Prancis tersebut.

Ardern dipuji oleh masyarakat dunia berkat cara dia memimpin negara melalui peristiwa yang belum pernah menimpa negara tersebut.

Sebagai pengakuan atas karyanya, Burj Khalifa di Dubai diterangi dengan gambar Ardern yang menggunakan jilbab sambil memeluk seorang wanita muslim.

Sebuah posting Twitter dari Sheikh Mohammed mengucapkan terima kasih atas "empati dan dukungan tulusnya".

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Umat Muslim Dunia Kian Bersatu Pascapenembakan di Selandia Baru

Pemakamanan Korban Penembakan Selandia Baru
Sejumlah pelayat berdoa saat menghadiri pemakaman Daoud Nabi di Memorial Park Cemetery, Christchurch, Selandia Baru, Kamis (21/3). Daoud Nabi menjadi satu dari 50 korban dalam serangan kembar masjid di Christchurch pada pekan lalu. (Marty MELVILLE/AFP)

Tepat sepekan lalu 15 Maret, seorang penembak berkebangsaan Australia mendatangi Masjid Al Noor di Christchurch, Selandia Baru dan melakukan serangan sesaat sebelum salat Jumat dimulai.

Penembakan di Selandia Baru tersebut menewaskan 50 orang, termasuk satu warga Indonesia, yakni Lilik Abdul Hamid yang bekerja sebagai salah satu teknisi perawatan Air New Zealand.

Korban tewas penembakan di Selandia Barubanyak ditemukan di dalam Masjid Al Noor, sementara puluhan jemaah lainnya mengalami luka tembak dan beberapa di antaranya sempat mengalami kondisi kritis.

22 Maret ini, salat Jumat pertama pascatragedi digelar di lapangan Hagley Park, tepat di depan Masjid Al Noor. Momen tersebut berjalan dengan penuh haru, dihadiri ribuah jemaah.

Untuk pertama kalinya azan dan salat Jumat disiarkan secara langsung oleh TV dan radio New Zealand, saluran media publik di Selandia Baru, termasuk di Australia oleh ABC News.

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern ikut hadir dalam salat Jumat bersama dengan warga dari beragam latar belakang dan agama untuk menunjukkan rasa belasungkawa dan solidaritas.

"Hati kita hancur namun kita tidak hancur. Kita hidup. Kita bersatu, kita bertekad tak membiarkan siapapun memecah belah kita," kata Gamal Fouda, khatib sekaligus imam Masjid Al Noor yang selamat dari penembakan seperti dikutip dari ABC Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya