Bentrok Meningkat di Barcelona, Presiden Catalonia Tuduh Penyusup Biang Kekerasan

Presiden Catalonia menuduh penyusup dalam protes kekerasan berujung bentrok di Barcelona pada Kamis hingga Jumat pagi (18/10/2019) waktu setempat.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Okt 2019, 15:02 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2019, 15:02 WIB
Mantan Pemimpin Catalonia Ditahan, Demonstran Bentrok dengan Polisi
Demonstran pro kemerdekaan Catalonia merusak tempat sampah dan besi pembatas di Barcelona, Spanyol, Minggu (25/3). Demonstran memprotes penangkapan mantan pemimpin ekstrem Catalonia, Carles Puigdemont. (Foto AP/Emilio Morenatti)

Liputan6.com, Barcelona - Barcelona mengalami malam terburuk dari protes kekerasan berujung bentrok pada Kamis hingga Jumat pagi (18/10/2019) waktu setempat.

Pendukung pro-kemerdekaan Catalonia bentrok dengan aparat kepolisian dan kelompok sayap kanan pada wilayah dari klub sepakbola Barça tersebut. 

Sementara itu, Presiden Catalonia, Quim Torra mengutuk protes berujung kekerasan yang meletus di seluruh wilayah pekan ini. Ia menyalahkan kerusuhan pada "penyusup" yang berusaha merusak citra damai gerakan pro-kemerdekaan. 

Pada dini hari, sejumlah kelompok pengunjuk rasa bertempur dengan polisi. Aksi lempar batu dan bom molotov/bensin turut terjadi dalam upaya mencapai kursi pemerintah Spanyol di kota, seperti dilansir theguardian.

Tak hanya itu, seorang pengunjuk rasa pro-kemerdekaan dibuat babak belur oleh sekelompok pendukung sayap kanan. 

Jalan-jalan pun membara dipenuhi oleh api dari bakar benda-benda di sekitar jalanan yang terjadi bentrok. Banyak korban luka berjatuhan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Peningkatan Kekerasan

Mantan Pemimpin Catalonia Ditahan, Demonstran Bentrok dengan Polisi
Demonstran pro kemerdekaan Catalonia memprotes penangkapan Carles Puigdemont di Barcelona, Spanyol, Minggu (25/3). Mantan pemimpin ekstrem Catalonia itu ditangkap saat akan masuk ke Jerman dari Denmark. (AP Photo/Manu Fernandez)

Kekerasan terjadi usai Mahkamah Agung Spanyol memenjarakan sembilan pemimpin pro-kemerdekaan. Dakwaan dijatuhkan atas peran para pemimpin tersebut dalam upaya memisahkan diri/referendum dua tahun lalu.

Kemudian, protes yang berujung kekerasan meningkat pada Rabu malam waktu setempat.

Mobil-mobil dibakar dengan bom bensin/molotov yang dilemparkan. Tak hanya itu, berdasarkan penuturan polisi Catalanonia, petugas kepolisian diserang dengan batu, asam, hingga kembang api dan ketapel pada Rabu 16 Oktober 2019.

Akibatnya, 46 petugas polisi terluka. Sementara, 33 orang ditangkap pihak berwenang.

Menteri Dalam Negeri Sementara, Fernando Grande-Marlaska turut memberi komentar atas kekerasan yang terjadi dalam protes.  

"Tidak ada kegiatan kriminal yang akan dibiarkan begitu saja," kata Fernando.

Ia juga turut menyatakan Catalonia sudah mengalami “kerusakan material, serta reputasi” yang meluas. Ia menambahkan hal itu diakibatkan oleh “kelompok minoritas yang terorganisir dengan sempurna."


Kecaman Presiden Catalan

Meriahnya Festival Tradisional Las Fallas di Spanyol
Sebuah karakter yang mewakili mantan presiden Catalan, Carles Puigdemont sedang memegang bendera Catalonia dibakar saat festival tradisional Fallas di Valencia, Spanyol (19/3). (AP/Alberto Saiz)

Sementara itu, Presiden Catalan mengecam tegas atas kekerasan yang terjadi. Serta, meminta protes berjalan damai.  

"Ini harus dihentikan sekarang," kata Quim Torra. "Tidak ada alasan atau pembenaran untuk membakar mobil, atau vandalisme lainnya. Protes harus damai," tambahnya.

Dalam klaimnya, ia mengatakan ada individu yang mencoba merusak reputasi gerakan kemerdekaan.

"Kami tidak bisa membiarkan kelompok-kelompok seperti itu yang menyusup dan memprovokasi untuk merusak citra gerakan yang menghitung jutaan Catalan," katanya. 

Terlepas dari itu, Presiden Quim juga dikritik karena menyerukan pembangkangan sipil. Hal itu terjadi saat ia mengirim polisi anti huru-hara Catalan untuk memulihkan ketertiban. 

 

Reporter: Hugo Dimas

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya