Ini Cara CIA Melacak Bos ISIS Abu Bakr al-Baghdadi hingga Kematiannya di Suriah

Operasi Badan Intelijen AS atau CIA dalam memburu Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi mendapat kemajuan signifikan pada awal tahun 2019.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 28 Okt 2019, 12:04 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2019, 12:04 WIB
AS Gelontorkan Imbalan Rp 300 Miliar untuk Buru Dalang ISIS
Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin ISIS yang paling dicari Amerika Serikat (AP / AFP PHOTO)

Liputan6.com, Washington DC - Pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi dipastikan tewas dalam serangan pasukan Amerika Serikat di Suriah akhir pekan lalu, pada Sabtu 26 Oktober malam waktu lokal atau Minggu 27 Oktober dini hari.

Kematian al-Baghdadi menandai kemenangan besar bagi pasukan AS setelah ia menghabiskan lima tahun terakhir bersembunyi, sementara Amerika menempatkan hadiah senilai US$ 25 juta untuk kepalanya pada 2016.

Sejak itu, operasi Badan Intelijen AS (CIA) untuk memburu Baghdadi mendapat kemajuan signifikan pada awal tahun 2019, ketika salah satu istri dan kurir untuk pemimpin ISIS itu ditangkap dan diinterogasi, The New York Times melaporkan, seperti dikutip dari Business Insider, Senin (28/10/2019).

The Times melaporkan, CIA meningkatkan rencana untuk penangkapan Abu Bakr al-Baghdadi dengan berkoordinasi bersama pejabat intelijen Irak dan kelompok Kurdi di Irak dan Suriah.

Mereka membantu mempersempit lokasi persis pemimpin itu dan secara strategis menempatkan mata-mata untuk memantau pergerakannya dalam beberapa bulan sebelum pasukan AS bergerak masuk untuk melakukan serangan.

Namun, ketika agen bergerak lebih dekat ke rencana serangan yang pasti, keputusan mengejutkan Trump awal bulan ini untuk menarik pasukan AS keluar dari Suriah utara, memungkinkan pasukan Turki untuk menyerang Kurdi Suriah sekutu AS. Hal itu menyebabkan kekhawatiran bahwa hubungan AS dan keseluruhan misi terancam bahaya.

Pejabat yang berbicara kepada the Times memuji Kurdi karena melanjutkan pekerjaan mereka memberikan intelijen kepada CIA bahkan setelah Trump mengumumkan mundurnya AS, yang pada akhirnya tidak menghalangi Kurdi Suriah dan Irak dalam memberikan lebih banyak intelijen untuk serangan "daripada negara mana pun," kata seorang pejabat kepada the Times.

Menteri Pertahanan AS, Mark Esper mengatakan pada This Week ABC pada Minggu 27 Oktober 2019 bahwa meskipun perencanaan operasi telah berlangsung selama berbulan-bulan, keputusan untuk melaksanakan penyerangan datang pada satu hari sebelum eksekusi.

"Tidak sampai Kamis (keputusan itu dibuat), dan pada hari Jumat, presiden memberikan lampu hijau untuk melanjutkan," kata Esper, yang menambahkan bahwa dia tidak tahu apakah pasukan AS dapat melakukan serangan jika pasukan Amerika telah sepenuhnya ditarik dari Suriah.

Sementara itu, Presiden Trump pada Minggu pagi waktu AS, merinci bagaimana pasukan AS berhasil memojokkan Abu Bakr al-Baghdadi dan beberapa anaknya di sebuah terowongan sebelum ia meledakkan rompi bunuh diri. Presiden juga berterima kasih kepada Rusia, Turki, Suriah, Irak, dan Kurdi Suriah atas bantuan mereka dalam penyerngan, tetapi menekankan bahwa agen AS berada di jantung operasi.

"Serangan ini sangat sempurna dan hanya bisa terjadi dengan pengakuan dan bantuan dari negara dan orang lain," Trump dalam konferensi pers yang disiarkan televisi secara nasional pada Minggu pagi. "Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada bangsa-bangsa Rusia, Turki, Suriah, dan Irak dan saya juga ingin berterima kasih kepada Kurdi Suriah atas dukungan tertentu yang bisa mereka berikan kepada kami."

Simak video pilihan berikut:

Trump Mengumumkan Kematian Baghdadi

Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)
Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)

Presiden Donald Trump pada hari Minggu (27 Oktober) mengatakan bahwa pemimpin kelompok ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, telah terbunuh, sekarat "seperti anjing" dalam serangan oleh pasukan khusus AS di Suriah.

Trump mengatakan kepada seluruh masyarakat melalui pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih bahwa pasukan AS membunuh kelompok militan ISIS dalam jumlah besar selama serangan itu, yang kemudian memuncak saat Baghdadi terpojok di sebuah terowongan, di mana ia meledakkan diri dengan rompi bom.

"Dia meninggal setelah berlari ke jalan buntu, merintih dan menangis dan menjerit sepanjang jalan," kata Trump sambil menambahkan bahwa tiga anak-anak Baghdadi juga tewas dalam ledakan itu.

Trump mengatakan bahwa serangan itu melibatkan delapan helikopter yang berangkat dari pangkalan udara rahasia. Keberhasilan yang dilakukan oleh pasukan AS ternyata melibatkan kerjasama dengan Rusia, Suriah, Turki dan Irak. Dia juga berterima kasih kepada Kurdi, Suriah atas dukungan yang mereka berikan.

"Para pasukan mengeksekusi serangan besar di Suriah dan menyelesaikan misi mereka dengan gaya yang megah," papar Trump menunjukkan kebanggaannya terhadap pasukan yang berada di bawah perintahnya.

Penasihat keamanan nasional Trump, Robert O'Brien, menggambarkan pesan dramatis yang diterima presiden dan penasihatnya saat mereka memantau serangan dari Ruang Situasi Gedung Putih.

"Komandan misi menelepon dan berkata, 'kepercayaan 100 persen, Jackpot'" - yang berarti Baghdadi sudah mati, " ujar O'Brien kepada NBC. "Itu berita bagus."

Baca selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya