India Kewalahan dalam Menerapkan Lockdown Corona COVID-19

Kebijakan India untuk menerapkan karantina kewilayahan sebagai penanganan pandemi Virus Corona telah menyebabkan jutaan orang telantar dan tanpa makanan, BBC melaporkan.

oleh Hariz Barak diperbarui 29 Mar 2020, 12:02 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2020, 12:02 WIB
Orang India yang menunggu di stasiun kereta api memakai masker pelindung sebagai tindakan pencegahan terhadap pandemi Virus Corona.
Orang India yang menunggu di stasiun kereta api memakai masker pelindung sebagai tindakan pencegahan terhadap pandemi Virus Corona. (Rajanish Kakade / AP Photo]

Liputan6.com, Jakarta Kebijakan India untuk menerapkan karantina kewilayahan sebagai penanganan pandemi Virus Corona telah menyebabkan jutaan orang telantar dan tanpa makanan, BBC melaporkan.

India menerapkan kebijakan 'lockdown' sebagai bentuk pencegahan atas Virus Corona secara pro-aktif dan dievaluasi secara bertahap, menambahkan bahwa masalah yang dihadapi oleh jutaan penduduknya akan menjadi bahan peninjauan ulang pemerintah.

Populasi India sebesar 1,3 miliar diberikan pemberitahuan lockdown tiga pekan secara mendadak. Mereka mengetahuinya hanya kurang dari empat jam sebelum kebijakan itu diumumkan pada Selasa 24 Maret 2020.

Negeri Bollywood secara resmi melaporkan sekitar 900 kasus positif.

Namun, para ahli khawatir bahwa jumlah infeksi sebenarnya bisa jauh lebih tinggi.

India memiliki salah satu tingkat pengujian terendah di dunia, meskipun upaya sedang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas.

Ada kekhawatiran bahwa pandemi di negara itu --salah satu yang paling padat penduduknya di dunia-- dapat mengakibatkan bencana. Sejauh ini 20 orang dilaporkan meninggal akibat Virus Corona.

 

Simak video pilihan berikut:

Lockdown yang Tak Terencana?

India Evakuasi Warganya dari Kota Wuhan
Seorang wanita India berada di dalam bus saat keluar dari Bandara Internasional Indira Gandhi setelah dievakuasi dari kota Wuhan di China, di New Delhi (1/2/2020). Jumlah total kematian akibat wabah virus corona di China tercatat mencapai 259 hingga Jumat (31/1/2020). (AFP/Money Sharma)

Orang-orang dilarang meninggalkan rumah mereka di bawah tindakan "penguncian total". Semua bisnis yang tidak penting telah ditutup dan hampir semua pertemuan publik dilarang.

Tetapi ada laporan antrean panjang dan pembelian barang secara panik karena orang berjuang untuk mendapatkan persediaan.

Setelah kebijakan lockdown diumumkan, orang-orang di Delhi dan ibukota keuangan, Mumbai, dengan cepat memadati toko-toko dan apotek di tengah kekhawatiran akan kekurangan persediaan.

Itu mendorong Perdana Menteri Narendra Modi untuk memperingatkan bahwa pembelian panik hanya akan menyebarkan penyakit. Dia mengatakan pemerintah akan memastikan ada pasokan persediaan kebutuhan mendasar yang cukup.

Sementara itu, jutaan orang kehilangan pekerjaan dan tanpa upah sebagai akibat dari penutupan tersebut.

Ini telah memicu eksodus dari kota-kota besar seperti Delhi, di mana ribuan pekerja migran berangkat dalam perjalanan panjang kembali ke desa asal mereka setelah transportasi dihentikan.

Seorang pekerja meninggal pada hari Sabtu setelah dia berusaha berjalan sejauh 270 mil (270 km) kembali ke rumah, seorang pejabat polisi mengatakan kepada kantor berita Reuters.

Pada Sabtu 29 Maret 2020, Kementerian Informasi dan Penyiaran India membalas kritik bahwa tindakan itu diumumkan tanpa perencanaan.

Pemerintah telah menerapkan "sistem respons komprehensif" di perbatasannya sebelum Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pandemi Virus Corona sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada 30 Januari, tambahnya.

Beberapa pemerintah negara bagian telah menjanjikan pemberian uang tunai kepada pekerja migran, tetapi ada kekhawatiran tentang logistik pengiriman bantuan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya