Koalisi AS-Jepang Akan Beri 1 Miliar Vaksin COVID-19 ke ASEAN, Salip Vaksin China?

Para pemimpin koalisi empat negara AS, Australia, India, dan Jepang telah setuju untuk memberikan satu miliar dosis vaksin virus corona COVID-19 ke ASEAN pada akhir 2022.

oleh Hariz Barak diperbarui 14 Mar 2021, 07:00 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2021, 07:00 WIB
Distribusi Vaksin Covid-19 Johnson & Johnson
Vaksin Johnson & Johnson terlihat di distributor McKesson Corporation di Shepherdsville, Kentucky, Senin (1/3/2021). Vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan farmasi Janssen tersebut, menjadi vaksin virus corona ketiga yang sah digunakan di Amerika Serikat. (AP Photo/Timothy D. Easley, Pool)

Liputan6.com, Jakarta - Para pemimpin koalisi empat negara Amerika Serikat, Australia, India, dan Jepang telah setuju untuk memberikan satu miliar dosis vaksin COVID-19 ke sebagian besar Asia pada akhir 2022.

Komitmen bersama ini dibuat setelah pertemuan para pemimpin negara dari apa yang disebut koalisi 'Quad Group/country'- sebuah kelompok yang dibentuk pada tahun 2007.

Vaksin COVID-19 yang diberikan diharapkan berupa produk Johnson & Johnson dosis tunggal --yang diatur untuk diproduksi di India.

AS mengatakan "komitmen bersama besar-besaran" awalnya akan fokus pada pengiriman dosis ke Asia Tenggara, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (13/3/2021).

"Dengan manufaktur India, teknologi AS, pembiayaan Jepang dan Amerika dan logistik Australia ... [kami] berkomitmen untuk memberikan hingga satu miliar dosis," kata Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan tak lama setelah KTT virtual pada Jumat 12 Maret 2021.

Dia mengatakan vaksin akan pergi ke ASEAN serta "negara Pasifik dan sekitarnya".

ASEAN adalah badan internasional 10 negara yang mewakili lebih dari 500 juta orang. Thailand, Indonesia, dan Filipina termasuk anggotanya.

Perusahaan India Biological Ltd akan memproduksi dosis ekstra vaksin COVID-19 Johnson & Johnson, yang menerima persetujuan awal Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada hari Jumat.

"Kapasitas produksi vaksin India yang tangguh akan diperluas dengan dukungan dari Jepang, AS, dan Australia," tulis Perdana Menteri India Narendra Modi di Twitter setelah pertemuan tersebut.

Mengelaborasi pernyataan Modi, Menteri Luar Negeri India Harsh Vardhan Shringla menjelaskan, "Keempat negara telah menyetujui rencana untuk mengumpulkan sumber daya keuangan mereka, kemampuan manufaktur dan ... dan kekuatan logistik sehingga dapat meningkatkan manufaktur dan distribusi vaksin COVID-19."

Quad Group sering dianggap sebagai penyeimbang terhadap pengaruh China yang berkembang di Asia, dan komentar dari keempat pemimpin setelah pertemuan itu tampaknya mengambil tujuan tidak langsung ke Beijing. Semua negara berjanji untuk mempertahankan benua Asia yang "bebas dan terbuka" --sebuah slogan yang beberapa waktu terakhir kerap digaungkan dalam politik luar negeri Amerika.

"Kami memperbarui komitmen kami untuk memastikan bahwa wilayah kami diatur oleh hukum internasional, berkomitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai universal dan bebas dari paksaan," kata Presiden AS Joe Biden, yang memimpin pertemuan itu, dalam sebuah pernyataan.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan KTT itu mewakili "fajar baru".

Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga, bagaimanapun, mengambil garis yang lebih langsung terhadap Beijing. Dia mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah mengangkat "oposisi yang kuat terhadap upaya sepihak China untuk mengubah status quo", menambahkan bahwa para pemimpin lainnya telah menyatakan dukungan atas komentarnya.

 

Simak video pilihan berikut:

Dikritik China

Vaksinasi Covid-19 Nakes Lansia Tahap Pertama
Petugas medis menunjukkan jarum suntik dan vaksin Covid-19 di Puskesmas Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (9/2/2021). Kementerian Kesehatan memulai vaksinasi Sinovac untuk tenaga kesehatan di atas 60 tahun setelah BPOM mengeluarkan izin penggunaan vaksin untuk lansia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Media negara China telah mengkritik kelompok itu.

Global Times mengutip para ahli China yang menyarankan bahwa anggota Quad kemungkinan akan mengikuti kepentingan mereka sendiri di atas minat kelompok, menjadikan aliansi itu sebagai "klub pembicaraan kosong".

Tiongkok juga terlibat dalam apa yang digambarkan sebagai diplomasi vaksin, terutama di kawasan Asia Pasifik.

Kementerian luar negeri China telah mengatakan negara itu akan menyumbangkan vaksin untuk 69 negara berkembang yang membutuhkan mendesak, dan mengekspor vaksin ke 43 negara lebih lanjut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya