Liputan6.com, Kyiv - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, memberikan keterangan bahwa negaranya tidak menyerang warga sipil di Ukraina. Pihak Rusia justru menyalahkan media-media barat.Â
"Biar saya tekankan sekali lagi apa yang media masa Barat dan pemerintahan Barat menolak lihat: operasi ini tidak menarget populasi sipil," ujar Maria Zakharova, dilansir media pemerintah Rusia, TASS, Kamis (17/3/2022).
Baca Juga
Advertisement
Pihak Kemlu Rusia juga berkata operasi militer Rusia tidak memiliki tujuan untuk melengserkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.Â
"(Operasi Rusia) tidak berusaha menduduki wilayah negara tersebut, menghancurkan kenegaraannya atau melengserkan presiden saat ini," ujar jubir Kemlu Rusia.Â
"Media Barat membentuk gambaran yang sangat terdistorsi dari peristiwa-peristiwa terkini. Mereka mendisinformasikan populasinya. Mereka adalah alat propaganda politisinya," lanjutnya.
Sekitar sepekan sebelum Rusia menginvasi Ukraina, pihak pemerintah Rusia juga masih membantah bahwa akan melakukan invasi. Kabar invasi disebut hanya narasi dari media-media barat dan histeria semata.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kepala Intelijen Rusia Ungkap Alasan Serangan ke Ukraina
Kepala intelijen Rusia berkata masa depan negaranya sedang dipertaruhkan. Di tengah invasi Ukraina ini, ia berkata negaranya berada di momen bersejarah.
Ia pun membenarkan invasi yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin ke negara lain. Rusia menyebut invasi ini sebagai "operasi militer khusus".
"Rusia sedang hidup di momen bersejarah. Masa depan dan tempat Rusia di masa depan sedang dipertaruhkan," ujar Direktur Foreign Intelligence Service, Sergey Naryshkin, dikutip TASS.
Sergey Naryshkin berkata Presiden Putin telah melakukan operasi militer dengan visi yang realistis terkait situasi dunia. Apabila operasinya ditunda, maka situasi bertambah negatif.
Intelijen Rusia juga berkata melakukan operasi militer demi melindungi populasi Donbass yang separatis. Meski demikian, Rusia justru menyerang kota-kota yang berjauhan dari Donbass, termasuk Kyiv.
"Keputusan presiden untuk melaksanakan operasi militer khusus dengan tujuan melindungi populasi Donbass dan melindungi keamanan negara kita memerlukan analisis hukum-hukum sejarah dan visi yang sangat tepat dan realistis pada situasi dunia," ujarnya.
Advertisement