Liputan6.com, Sacramento - Seorang pria 27 tahun disebut-sebut sebagai "lelaki paling sial" karena menderita penyakit langka yang mengakibatkan dirinya mengalami gejala flu setiap kali orgasme.
Kasus pria ini dimuat dalam jurnal Urology Case Reports oleh tim dokter yang berhasil memberinya pengobatan dengan antihistamin, dilansir dari laman Odditycentral, Selasa (18/10/2022).
Baca Juga
Para ilmuwan itu mendeskripsikan penyakitnya sebagai alergi atau autoimun atas respons terhadap spermanya sendiri, yang memicu gejala flu seperti demam, batuk, bersin, otot melemah, hingga masalah pada konsentrasi, ingatan, dan komunikasi.
Advertisement
Karena gejala-gejala pelemahan ini terkait dengan orgasmenya sendiri, pria itu pun menghindari tidur bersama kekasihnya dalam kurun waktu yang lama.
Kasus yang terdengar cukup aneh ini bukan kasus unik. Setidaknya, ilmuwan telah menemukan 60 kasus yang sama dengan kondisi yang langka dan serius ini, yang disebut Post-Orgasmic Illness Syndrome -- sindrom penyakit pascaorgasme.
Meski sains tentang gejala pelemahan ini sudah diakui oleh para ilmuwan, tapi karena jarang dan tidak biasa, sering terjadi kesalahan diagnosis.
"Masih banyak layanan kesehatan yang tidak mengetahui tentang hal ini, apalagi publik," ujar Dr. Andrew Shanholtzer dari Oakland University William Beaumont School of Medicine, California, salah satu peneliti kasus ini.
Andrew menjelaskan, ketika penyebab pasti POIS belum diketahui, diyakini gejala itu muncul setelah infeksi atau cedera pada testis sehingga mikroskopis sperma bocor ke dalam aliran darah dan memicu respons imun.
"Ada sel khusus yang disebut sel Sertoli yang memelihara dan mengelilingi sperma sehingga membuatnya terisolasi dari sel imun" jelas peneliti itu. "Ketika sel Sertoli rusak, sperma akan terkena sistem kekebalan tubuh untuk pertama kalinya dan imun menyerang sperma seperti virus atau bakteri asing".
Masih Ada Harapan
Dalam jurnal, tertulis bahwa gejala pria 27 tahun itu dimulai sekitar usia 18 tahun. Sembilan tahun berikutnya, dia sepenuhnya menyerah dengan kehidupan romansanya karena terus-menerus batuk, bersin, beler, dan gatal-gatal di tangannya setiap kali ia orgasme.
Pria dengan nama samaran Mr. A itu telah menemui banyak dokter dari spesalis saluran kandung kemih hingga ilmuwan penyakit infeksi, tetapi tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padanya. Dia telah diberi resep antibiotik, tetapi tetap tidak ada perubahan.
Beruntug, setelah tim Dr. Andrew mendiagnosis pria itu POIS, mereka dapat mengobatinya dengan beberapa antihistamin, salah satunya fexofenadine yang dapat meredakan 90% gejalanya. Jadi masih ada harapan untuk pria paling sial itu dan beberapa rekan senasibnya.
Advertisement
Wanita Ini Alergi Gravitasi Pingsan 10 Kali Sehari, Idap Penyakit Langka
Penyakit langka juga diderita oleh seorang wanita asal Bangor, Maines, AS. Penyakitnya terkait dengan gravitasi.
Gravitasi punya peranan penting bagi kehidupan manusia, agar benda atau bahkan penghuni bumi tidak melayang-layang tak karuan. Namun siapa sangka, ada fenomena langka yang membuat seseorang justru tak nyaman dengan adanya daya tarik bumi ini.
Dialah Lyndsi Johnson, wanita 28 tahun yang belakangan mengeluhkan punya penyakit tak lazim. Ia didiagnosa mengidap sindrom takikardia ortostatik postural yakni suatu kondisi yang menciptakan pengurangan volume darah dan peningkatan detak jantung yang tidak normal ketika seseorang berdiri atau duduk.
Mereka lebih familiar menyebutnya dengan “alergi gravitasi”. Tak heran Johnson merasa tak kuat dan bahkan selalu pingsan saat berada pada posisi berdiri bahkan duduk.
“Saya alergi terhadap gravitasi. Kedengarannya gila tapi itu benar. Saya tidak bisa berdiri lebih dari tiga menit tanpa merasa lemas, sakit atau pingsan,”kata Johnson kepada South West News Service Lebih.
Wanita itu mulai menderita sakit perut dan punggung pada Oktober 2015. Sayangnya, gejalanya terus memburuk dan dalam beberapa tahun dia muntah dan pingsan hingga 10 kali sehari.
Sudah lebih dari 5 tahun mengeluhkan penyakitnya, di tahun 2022 ini Johnson akhirnya dinyatakan menderita sindrom takikardia postural (PoTS), dilansir dari New York Post, Rabu (31/8/2022).
Meskipun belum ada obat khusus, Johnson disarankan menggunakan beta blocker, yang mengurangi pingsannya hingga tiga kali sehari dan membantu mengatasi mualnya. Sayangnya ia tetap tidak dapat menjalani kehidupan normal dan bergantung pada suaminya, James untuk menjadi pengasuhnya.
Hingga kini ia masih terbatas dalam mobilitas. Wanita itu hanya duduk dengan kaki disilangkan untuk menghentikan rasa sakit dan hanya bisa bangun untuk makan atau mandi.
Studi Ungkap Jutaan Penduduk Dunia Idap Penyakit Langka
Meski jarang, fakta mengungkap bahwa jutaan orang dunia mengidap penyakit langka. Apa sebenarnya penyakit langka itu?
Definisi penyakit langka adalah prevalensinya tidak lebih dari lima kasus per 10.000 orang. Statistik menunjukkan, hingga sebuah diagnosis bisa ditegakkan, perlu waktu rata-rata sampai 7 tahun.
"Bagi kebanyakan penderitanya, hasil diagnosis ini berarti hilangnya beban," ujar dr.med. Christine Mundlos dari Aliansi Penyakit Kronis Langka (ACHSE e.V), demikian dikutip dari laman DW Indonesia, Sabtu (5/3/2022).
"Sukses diagnosis, artinya pencarian berakhir dan penderita memperoleh kejelasan karena mereka mengetahui apa penyebab penderitaannya, dan juga bisa mengambil langkah selanjutnya. Relatif lebih mudah menanganinya, jika penyakit punya nama," tegas Mundlos.
Di Jerman yang tergolong negara maju, saat ini tercatat sekitar 4 juta pengidap penyakit langka ini. Banyak orang tua yang anaknya mengidap penyakit langka, harus memeriksakan anaknya dari satu dokter ke dokter lainnya. Sering orang tua putus asa, ketakutan dan tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.
Diketahui, sekitar 80% penyebab penyakit langka adalah kelainan genetika. Salah satu penyakit langka Cystic fibrosis misalnya, sudah diteliti sejak beberapa dekade. Penyebab gangguan metabolisme ini, adalah kesalahan pada kromosom 7, yang disebut gen CFTR. Akibat kerusakan gen ini, di dalam sel terbentuk cairan lendir kental, yang terutama menyerang paru-paru, dan bahkan juga bisa melumpuhkan organ tubuh lainnya.
Penyakit ini tidak bisa disembuhkan, tapi hasil riset dan terapi membuat harapan hidup penderitanya rata-rata meningkat hingga 40 tahun. Akhir tahun 1930-an, harapan hidup pengidap Cystic fibrosis hanya rata-rata 6 bulan.
Hingga kini, penelitian mengungkap ada sekitar 8000 penyakit langka dan daftarnya terus memanjang.
Advertisement