Sean Penn Kritik Amerika Serikat Lamban Mempersenjatai Ukraina

Hal tersebut diungkapkan Penn pada pemutaran perdana film dokumenternya, "Superpower", yang turut mengisahkan Ukraina dan Presiden Volodymyr Zelensky.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 19 Feb 2023, 15:34 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2023, 15:34 WIB
Sean Penn dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Sean Penn dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pertemuan pada November 2022. (Dok. AFP)

Liputan6.com, Berlin - Sean Penn, aktor sekaligus sutradara Amerika Serikat (AS), mengatakan bahwa AS harusnya malu karena tidak mengirimkan bantuan persenjataan dengan cepat ke Ukraina. Hal tersebut diungkapkan Penn pada pemutaran perdana film dokumenternya, "Superpower" pada Jumat (17/2/2023) malam, di Berlin International Film Festival.

Film dokumenter "Superpower" turut mengisahkan Ukraina dan Presiden Volodymyr Zelensky.

"Jika Anda membayangkan bagaimana jika Rusia menang, kita semua kacau. Benar-benar kacau," kata aktor usia 62 tahun itu seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (19/2). "AS harus menanggung malu karena tidak mentransfer persenjataan lebih cepat."

Film Penn mewakili upaya serius untuk menceritakan kisah Ukraina dan pemimpinnya, termasuk memuat wawancara dengan Zelensky yang kelelahan pada hari pertama invasi Rusia.

"Dia ingin kami mati," kata Zelensky dalam pertemuan dengan Penn itu, merujuk pada Presiden Rusia Vladimir Putin dan tidak jelas apakah pemimpin Ukraina itu juga merujuk pada dirinya dan timnya atau seluruh negara. "Sanksi saja tidak cukup."

Sehari kemudian Penn dan krunya melarikan diri dari ibu kota yang tiba-tiba sepi, mengemudi melintasi negara itu dalam upaya putus asa untuk melarikan diri, yang akhirnya membuat mereka meninggalkan mobil di dekat perbatasan Polandia dan kemudian bertanya-tanya apakah mereka akan melihat Zelensky lagi dalam kondisi hidup.

Mendadak Cerita Film Berubah

Penghormatan Warga Ukraina untuk Pejuang yang Gugur di Medan Tempur
Tentara Ukraina berlutut menunggu peti mati Oleksandr Maksymenko (38) lewat saat pemakamannya di kampung halamannya di Kniazhychi, sebelah timur Kyiv, Ukraina, 13 Februari 2023. Oleksandr Maksymenko, seorang warga sipil yang menjadi sukarelawan di angkatan bersenjata Ukraina, tewas dalam pertempuran di daerah Bakhmut. (AP Photo/Emilio Morenatti)

Pada saat itu, Penn telah syuting di Ukraina selama beberapa minggu. Awalnya, proyek filmnya menceritakan kisah komedian yang menjadi presiden. Namun, setelah invasi terjadi, cerita film itu berubah menjadi tentang Ukraina secara luas, menggambarkan rakyatnya sebagai pembela kebebasan.

"Kami jatuh cinta dengan negaranya, kami jatuh cinta dengan rakyatnya. Kami juga jatuh cinta dengan idealisme ini," kata co-produser Aaron Kaufman. "Setelah empat atau lima tahun terakhir politik AS, kami telah kehilangan kontak dengan sesuatu yang berhubungan dengan itu."

Dalam film "Superpower", Penn sebagian besar berperan sebagai jurnalis yang ingin tahu. Dia mewawancarai tokoh-tokoh pemerintah Ukraina dan masyarakat sipil, serta para ahli, tentara, warga negara biasa, dan korban perang, membangun gambaran mobilisasi nasional dalam menghadapi invasi berdarah oleh Rusia.

Aktor itu mengunjungi blok apartemen yang dibom di Kyiv, di mana pemiliknya berkata kepadanya, "Selamat datang di apartemen saya, saya tidak akan menawari Anda teh".

Di lain sisi, melalui film itu, Penn juga bertindak sebagai advokat bagi Ukraina dan tidak ragu menyanjung Zelensky, yang diwawancarainya dalam tiga kesempatan. Penn menggambarkannya sebagai seorang pria dengan perasaan nyata akan kebutuhan kebebasan.

Meskipun film tersebut dibuat atas kerja sama Zelensky, Penn mengatakan presiden Ukraina itu tidak terlibat dalam proses produksinya.

Wawancara terakhir Penn dengan Zelensky berlangsung di taman terpencil, di mana presiden mengatakan bahkan putranya yang berusia sembilan tahun dipaksa untuk tumbuh secara dramatis.

"Anak-anak kami tidak berbicara seperti anak-anak," kata Zelensky.

Film itu juga memuat peringatan Zelensky bahwa jika Ukraina tidak memenangkan perang melawan Rusia maka AS dan Barat dapat terlibat pertarungan yang panjang dan mahal.

Menghadiahkan Piala Oscar

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat pidato di Parlemen Eropa, Kamis (9/2/2023).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky saat pidato di Parlemen Eropa, Kamis (9/2/2023). (Dok. AFP/Kenzo Tribouillard) 

Penn memberikan Zelensky piala Oscar selama pertemuan keduanya di Kyiv pada November lalu.

Dalam sebuah video yang diunggah di akun Instagram Zelensky, Penn, mengeluarkan piala Oscar dari tas dan meletakkannya di atas meja di depan Zelensky. Dia mengatakan, "Ini untuk Anda... Saat Anda menang (perang), bawa kembali ini ke Malibu. Saya akan merasa jauh lebih baik mengetahui sebagian dari diri saya ada di sini."

Zelensky kemudian memberikan Penn Ukraine's Order of Merit dan pasangan itu berjalan kaki di Kyiv dan berhenti di sebuah plakat di tanah yang didedikasikan untuk Penn. Setelah Penn mengungkapkan rasa terima kasihnya, Zelensky mengungkapkan, "Kami sangat berterima kasih."

Dalam keterangan video Instagram-nya, Zelensky menulis, "Sean membawa piala Oscar miliknya sebagai simbol keyakinan akan kemenangan negara kita. (Piala) itu akan berada di Ukraina hingga akhir perang. Terima kasih atas dukungan yang tulus dan kontribusi yang signifikan untuk mempopulerkan Ukraina di dunia!"

Penn memenangkan dua Oscar untuk kategori aktor terbaik. Pertama untuk perannya dalam "Mystic River" pada tahun 2003 dan kedua untuk "Milk" pada tahun 2008.

Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rusia Vs Ukraina, Ini Perbandingan Kekuatan Militer. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya