Balon Merah untuk Anak-Anak Korban Tewas Gempa Turki

Balon ini dipasang untuk mengenang atau memberikan penghormatan terakhir bagi setiap anak yang meninggal dalam gempa di awal Februari.

oleh Yasmina Shofa Az Zahra diperbarui 22 Feb 2023, 10:53 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2023, 10:01 WIB
Harapan Memudar Mencari Korban Selamat di Turki dan Suriah
Wanita dari Turki memeriksa bangunan mereka yang hancur, di Kahramanmaras, Turki selatan, Rabu, 8 Februari 2023. Dengan harapan menemukan korban selamat memudar, tim penyelamat yang membentang di Turki dan Suriah pada Rabu masih mencari tanda-tanda kehidupan di antara puing-puing ribuan bangunan yang roboh akibat gempa paling mematikan di dunia dalam lebih dari satu dekade. (AP Photo/Hussein Malla)

Liputan6.com, Hatay - Lautan balon merah terlihat di atas puing-puing bangunan yang hancur di Hatay, Turki, pada Minggu 19 Februari 2023. Balon ini dipasang untuk mengenang atau memberikan penghormatan terakhir bagi setiap anak yang meninggal dalam gempa di awal Februari.

Kabar bencana gempa yang terjadi di Turki pada Senin 6  Februari 2023 cukup menggemparkan dunia. Dengan kekuatan mencapai magnitudo 7,8 juga diikuti gempa susulan, gempa Turki tersebut masuk ke dalam skala gempa bumi besar. 

Mengutip situs CGTN, Rabu (22/2/2023), kelompok sukarelawan di bawah pimpinan Ogun Sever Okur, fotografer yang memprakarsai sebuah proyek yang ditujukan untuk mengenang para korban gempa, rela memanjat puing-puing dan menempelkan balon merah ke kabel logam yang mencuat dari tumpukan puing bangunan.

Proyek tersebut dinamakan “My last present to children", yang ditujukan untuk memberi hadiah perpisahan atau terakhir untuk korban anak-anak gempa Turki dengan menutupi puing bangunan memakai balon berwarna merah. Nantinya, lautan balon merah akan menutupi setiap puing bangunan di seluruh kota.

Tumpukan puing-puing bangunan di seluruh kota menggambarkan betapa besarnya kerusakan yang disebabkan gempa besar tersebut.

Ribuan bangunan diluluhlantakkan oleh guncangan dari pusat gempa Turki 6 Februari 2023 yang berada sejauh 18 kilometer dari permukaan tanah. Gempa susulannya pun tak kalah merusaknya dari gempa pertama yang mengguncang Turki.

Duka Mendalam terhadap Para Korban Gempa

Kondisi Desa Yaylakonak Distrik Adiyaman Turki
Seorang wanita berduka di depan nisan di sebuah pemakaman di distrik Adiyaman, Turki, Minggu (19/2/2023). 108 jiwa meninggal dan 170 rumah ambruk di Desa Yaylakonak distrik Adiyaman, Turki akibat gempa berkekuatan 7,8 magnitudo yang terjadi pada 6 Februari lalu. (BULENT KILIC/AFP)

Korban gempa Turki dan Suriah telah mencapai lebih dari 46 ribu orang. Jumlah korban dan kerusakan diprediksi akan terus bertambah dengan gempa susulan yang terus berdatangan.

Sekitar 345.000 apartemen di Turki sekarang diketahui telah hancur, dan masih banyak lagi kerusakan dan kehilangan lainnya.

Tak pandang usia, baik lanjut usia maupun anak-anak, duka mendalam tentu terpatri dalam perasaan masyarakat Turki. 

"Setiap kali kami mengikat balon, perasaanku sakit," ujar Okur. "Kami telah mengikat 1.000 sampai 1.500 balon sejauh ini, tetapi kami berharap dapat terus melakukannya hingga kami mencapai seluruh bagian kota, hingga kami mencapai setiap rumah anak-anak yang kehilangan nyawanya."

Upaya penyelamatan di Turki yang dilanda gempa berakhir pada hari Minggu 19 Februari 2023, sudah hampir dua minggu setelah bencana paling mematikan di negara itu. Doa dari seluruh penjuru dunia menyertai para korban.

 

Kisah Tukang Cukur Muda yang Layani Para Korban Gempa Turki Cuma-Cuma

Tukang Cukur Muda yang Layani Para Korban Gempa Turki Cuma-Cuma
Mohammed al-Hamo (kiri) memotong rambut saudara laki-lakinya, Sobhi di depan tenda mereka di kamp darurat pengungsi korban gempa Turki dan Suriah di kota Antakya pada 19 Februari 2023. Hamo berhasil mengambil gunting listrik, sisir, gunting, dan sampo dari reruntuhan rumahnya yang hancur. (Sameer Al-DOUMY / AFP)

Bentuk solidaritas antar warga Turki tak hanya dilakukan oleh kelompok sukarelawan Okur, tetapi juga oleh seorang pemuda 18 tahun. Pemuda yang sekedar menyalurkan kemampuan memotong rambutnya itu, turut serta membangun kembali semangat para korban gempa.

Mohammed al-Hamo tak pernah membayangkan dia akan menggunakan keterampilannya mencukur rambut akan digunakan di tenda pengungsi korban gempa Turki dan Suriah. Ia awalnya belajar memotong rambut untuk mendapatkan penghasilan sampingan di waktu luangnya.

Hamo yang kini berusia 18 tahun menawarkan jasa memotong rambut di ruang terbuka untuk keluarganya dan mereka yang kehilangan tempat tinggal akibat gempa dahsyat yang menimpa Turki dan Suriah pada 6 Februari 2023. "Bila siapapun datang, dia tentunya akan memotong rambut mereka," kata Khaled, sang ayah sambil tersenyum bangga menunggu giliran dicukur.

Hamo lebih dulu menangani sang kakak. Ia dengan hati-hati menggunakan silet untuk membuat garis rambut Sobhi yang berusia 19 tahun.

"Aku belum membereskan peralatanku sampai sekarang," ujar Hamo yang berhasil mengambil gunting listrik, sisir, gunting, dan sampo dari reruntuhan rumahnya yang hancur, dikutip dari AFP, Selasa (21/2/2023).

Bekerja Sukarela Demi Keluarga dan Korban

Tukang Cukur Muda yang Layani Para Korban Gempa Turki Cuma-Cuma
Mohammed al-Hamo (kanan) memotong rambut ayahnya Khaled di depan tenda mereka di kamp darurat pengungsi korban gempa Turki dan Suriah di kota Antakya pada 19 Februari 2023. Hamo yang kini berusia 18 tahun awalnya belajar memotong rambut untuk mendapatkan penghasilan sampingan di waktu luangnya. (Sameer Al-DOUMY / AFP)

Setelah Hamo mencukur rambut saudara laki-lakinya, sang ibu menyapu rambut di dekatnya. Hamo pun kembali bersiap memotong dan mencukur rambut ayahnya.

"Rasanya senang melakukan hal-hal baik untuk membantu orang lain. Saya tidak pernah membayangkan saya akan melakukan ini ketika saya belajar memotong rambut karena saya melakukannya demi uang untuk membantu keluarga," katanya.

Ia bersyukur keluarga dekat mereka selamat tanpa cedera. Sementara, banyak keluarga yang kehilangan kerabatnya akibat gempa yang telah menewaskan lebih dari 46 ribu orang.

Khaled mengatakan bahwa selain potong rambut gratis, dua putra sulungnya secara sukarela membantu orang lain di kamp di sebuah taman di Kota Antakya, Turki tenggara.

"Nurani kami memberitahu kami untuk membantu orang. Jadi, anak laki-laki saya melakukan ini … kami tidak ingin menunggu seseorang memberi tahu kami," kata Khaled tentang kedua anaknya yang telah membantu membersihkan kamp dan bekerja dengan sebuah lembaga bantuan.

Infografis Respons dan Bantuan Global untuk Gempa Dahsyat Turki. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Respons dan Bantuan Global untuk Gempa Dahsyat Turki. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya