Warga Ethiopia Kini Hidup di Tahun 2016 dan Bukan 2024, Begini Sejarahnya

Hal tersebut berdasarkan sejarah yang sudah ada sejak berabad-abad dan rasa nasionalisme yang kuat.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 28 Jun 2024, 16:01 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2024, 16:01 WIB
Warga melintas di depan replika raksasa bendera Ethiopia (AFP/Jose Cendon)
Warga melintas di depan replika raksasa bendera Ethiopia (AFP/Jose Cendon)

Liputan6.com, Addis Ababa - Pada 11 September mendatang, masyarakat Ethiopia akan menutup tahun dan siap untuk menyambut tahun baru.

Ya, Anda tidak salah baca. Ethiopia merayakan tahun baru di bulan September.

Uniknya lagi, negara Afrika Timur itu akan menyambut tahun 2017 berdasarkan kalender Ethiopia.

Bagaimana bisa?

Semuanya berasal dari tradisi nasional yang sudah ada sejak berabad-abad lalu, serta rasa nasionalisme yang kuat.

Dilansir CNN, Jumat (27/6/2026), Ethiopia mengakui tahun kelahiran Yesus Kristus atau Isa Almasih tujuh atau delapan tahun lebih lambat dari kalender Gregorian, atau kalender "Barat", yang diperkenalkan oleh Paus Gregorius XIII pada tahun 1582.

Menurut para ahli, Gereja Roma menyesuaikan perhitungannya pada tahun 500 M, sedangkan Gereja Ortodoks Ethiopia memilih untuk tetap menggunakan tanggal kuno.

Meskipun sebagian besar negara-negara lain mengadopsi kalender Gregorian, Ethiopia tetap mempertahankan kalendernya sendiri.

"Kami unik," kata Eshetu Getachew, CEO Rotate Ethiopia Tours And Travel.

"Kami [tidak] tidak pernah dijajah. Kami punya kalender sendiri. Kami memiliki alfabet kami sendiri. Kami memiliki tradisi budaya kami sendiri."

Sejarah Kalender Ethiopia

Ilustrasi kalender 2024 (Sumber: Pixabay)
Ilustrasi kalender 2024 (Sumber: Pixabay)

Diperkirakan berasal dari setidaknya 1.500 tahun yang lalu, Kalender Ethiopia memiliki banyak kesamaan dengan kalender Koptik dari Gereja Ortodoks Koptik Alexandria, sebuah gereja Kristen Ortodoks Oriental yang berbasis di Mesir.

Mengikuti tata surya-bulan, durasinya adalah 13 bulan, dengan 12 bulan di antaranya berlangsung selama 30 hari. Bulan terakhir hanya terdiri dari lima hari, atau enam hari pada tahun kabisat.

Wisatawan yang mengunjungi Ethiopia sering kali terkejut saat mengetahui bahwa mereka telah "kembali ke masa lalu", dan beberapa di antaranya mengungkapkan kebingungan mereka di media sosial.

Karena bisnis dan sekolah internasional yang berbasis di negara tersebut cenderung mengikuti kalender Gregorian, banyak warga Ethiopia yang tidak punya pilihan selain menggunakan kalender tradisional Ethiopia dan kalender Barat secara bersamaan.

"Ini sangat sulit," kata arkeolog Ethiopia Goitom W. Tekle, yang saat ini berbasis di Jerman.

"Saya masih belum bisa beralih ke salah satunya… Ini tantangan yang cukup besar. Saya perlu memikirkan jamnya, hari-harinya. Terkadang berbulan-bulan, dan terkadang bahkan setahun," tambahnya.

 

Penggunaan Kalender Ethiopia dan Gregorian

Ilustrasi kalender
Ilustrasi kalender. (Photo by Debby Hudson on Unsplash)

Tekle menjelaskan bahwa beberapa institusi harus terus beralih antara dua kalender tersebut, dengan memasukkan tanggal dan waktu yang berbeda, ketika berhubungan dengan warga Ethiopia, terutama yang berbasis di daerah pedesaan, dan yang berada di luar negeri.

Bahkan sesuatu yang sederhana seperti mengajukan akta kelahiran dapat menimbulkan masalah ketika mencoba menggabungkan sistem Ethiopia dan sistem Barat.

"Misalnya, seorang bayi berusia tiga tahun, dan Anda mengajukan akta kelahirannya ke pemerintah kota atau pemerintah daerah," kata sejarawan Jerman Verena Krebs, yang berspesialisasi dalam sejarah Eropa dan Afrika abad pertengahan.

"Dan kemudian Anda menyatakan berdasarkan sistem waktu Ethiopia, dan kemudian Anda harus percaya bahwa petugas melakukan konversi dengan baik. Jadi ada variabel-variabel tertentu yang kemudian bisa menghasilkan ulang tahun dua kali lipat atau tiga kali lipat," tambah dia.

Negara Lain yang Punya Kalender Sendiri

Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Arab Saudi (AFP Photo)

Krebs juga mengakui bahwa kalender tradisional Ethiopia bukanlah satu-satunya kalender yang terpisah, ia menunjuk pada kalender Mesir kuno, di mana tahun 2024 bertepatan dengan tahun 6266.

"Ini jelas merupakan cara yang sangat berbeda dalam menghitung waktu," katanya.

Selain itu, Arab Saudi secara tradisional juga memprioritaskan kalender Hijriah, yang terdiri dari 12 bulan dan 354 hari, namun baru-baru ini menyetujui penggunaan kalender Masehi untuk urusan resmi. Sedangkan kalender Ibrani merupakan kalender resmi Israel.

Krebs merasa bahwa minat terhadap kalender Ethiopia telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa hal ini mungkin terkait dengan fakta bahwa kalender tersebut "sangat dekat" dengan kalender Gregorian, namun berbeda.

Infografis Perbedaan Rukun dan Wajib Haji dengan Rukun Umrah. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Perbedaan Rukun dan Wajib Haji dengan Rukun Umrah. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya