Liputan6.com, Yogyakarta - Seperti kita ketahui bersama, di dunia internasional sudah ada beberapa Analog Mars, seperti, HI-SEAS di Mauna Loa - Hawaii oleh NASA, MDRS di Utah oleh Mars Society, MARS-500 di IBMP Moskow hasil kolaborasi antara Rusia, ESA, dan China. Kemudian ada D-Mars di Ramon Crater oleh Israel, F-MARS di Pulau Devon - Kutub Utara oleh Mars Society, dan juga Concordia Station di Antarctica - Kutub Selatan oleh Prancis – French Polar Institute dan Italia (ESA).
Kini Indonesia menciptakan VMARS, sebuah Analog Mars dengan modul negara tropis dan dibangun di tengah kawasan pedesaan atau Kampung. Ide VMARS ini diinisiasi oleh Indonesia Space Science Society (ISSS) yang berdiri pada 2015 di Yogyakarta. Blueprint pembangunan prototype VMARS ini sudah dimulai sejak 2020 dan sudah dipresentasikan di banyak negara di dunia.
Proses panjang pembangunan Analog Mars atau pelatihan simulasi hidup di Planet Mars yang pertama di Asia Tenggara bernama “v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station” (VMARS) ini, terus digarap dengan berbagai percobaan serta koreksi. Prototype yang pertama ini sedang dikerjakan dan dibangun di Jokapok, Nanggulan, Yogyakarta.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Setelah dipresentasikan pada event Yokohama Triennale di Jepang pada 2020, selanjutnya VMARS dipamerkan di Bangkok Art Biennale (BAB) pada 2021 dengan judul "MARS IS (NOT) A SIMULATION - a terraforming paradox after the mission."
Pada 2022, VMARS dipresentasikan dalam ajang UNESCO Media Arts Creative City Platform di Korea Selatan.
Setelah Korea, VMARS dibawa ke Taiwan, dalam ajang internasional bertajuk "The International Techno Art Exhibition, Mediating Asia" yang diadakan di National Museum of Fine Arts, Taiwan. Lalu kemudian menyusul sebuah rangkaian presentasi di negara Perancis, Jerman, Singapura, dan Amerika.
Terbaru, pameran yang bertajuk ‘Mars: The Red Mirror’, dan menjadi pameran tentang Planet Mars pertama yang diselenggarakan di Asia Tenggara pada tahun 2023-2024. Bertempat di Art Science Museum Singapura, pameran ini menyuguhkan materi meliputi sejarah pengamatan, seni dan artistik, serta pencapaian dan kemajuan inovasi teknologi Planet Mars di masa depan. Salah satunya, proyek VMARS dari Indonesia.
Proses perancangan dan inovasi, mulai dari protoprogram atau purwarupanya sampai kepada realisasi pembangunan VMARS ini, selalu mengedepankan kerja kolaborasi. Kolaborasi ini melibatkan 5 unsur yaitu, komunitas sains antariksa, universitas baik dalam dan luar negeri, pemerintah, para pakar dan praktisi, serta sektor swasta.
Venzha Christ, selaku direktur dari ISSS menilai VMARS merupakan satu-satunya program eksplorasi ruang angkasa yang berfokus pada Planet Mars, yang pembangunan dan pengelolaannya dilakukan secara mandiri serta dijalankan secara bersama-sama oleh berbagai komunitas interdisipliner.
Kampung Alien
Kampung Alien adalah sebuah sebuah laboratorium alam terbuka yang menfokuskan diri pada area pembelajaran publik dalam ranah Astronomi, Space Science, dan Space Exploration. Program unggulan yang bernama “Space Science Club” melibatkan sejumlah praktisi dari berbagai lembaga, komunitas, dan universitas untuk membuka kelas astronomi gratis dan bersifat inklusif.
Adapun program utama dari VMARS tahap pertama meliputi, penelitian terraforming (V-TF), pengenalan space farming (V-SFM), dan kreasi alternatif space food (V-SF). Sedangkan turunannya berupa program lintas disiplin, antara lain riset radio astronomi, mengenal radiasi benda langit, pengenalan tentang space architecture, program kolaborasi space education, kreasi alternatif space food, inovasi teknologi space farming, serta penelitian extra-terrestrial life.
Menurut Venzha Christ, VMARS akan menjadi simbol Indonesia dalam eksplorasi Planet Mars. Sejumlah negara yang menjadikan Misi Planet Mars sebagai salah satu proyek utama mereka antara lain, Amerika (NASA), Uni Emirat Arab (UAESA), Rusia (ROSCOSMOS), India (ISRO), Uni Eropa (ESA), Jepang (JAXA), dan Cina (CNSA). Negara-negara itu sedang berpacu untuk mencapai Mars, mengingat Rusia dan Amerika yang sudah memimpin pada era 60-an dengan berhasil melintasi atau bahkan telah mendaratkan rover/robot di Mars.
Venzha Christ adalah orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang terpilih mengikuti pelatihan simulasi hidup di Mars di Mars Desert Research Station (MDRS) oleh Mars Society di Amerika Serikat pada 2018, dan mengikuti Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering (SHIRASE) oleh Field Assistant di Jepang pada 2019.
Advertisement