3 Desa Hangus Terbakar, PBB Tambah Pasukan Pengaman di Kongo

Misi PBB di Republik Demokratik Kongo mendapat berita adanya dugaan pembunuhan massal.

oleh Liputan6 diperbarui 15 Feb 2014, 03:00 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2014, 03:00 WIB
pbb-140214d.jpg
Misi PBB di Republik Demokratik Kongo menambah pasukannya di bagian timur negara tersebut. Langkah ini dilakukan setelah misi yang bernama United Nations Organization Stabilization Mission in the Democratic Republic of Congo (Monusco) itu mendapat berita adanya dugaan pembunuhan massal.

Seperti berita yang dimuat BBC, Jumat (14/2/2014), pasukan Monusco yang memiliki misi menetralisir kelompok bersenjata berbahaya di negara bermasalah itu pun berhasil menerbangkan pesawat pengintai di Kongo bagian timur. Dari hasil pengintaian tersebut, Monusco menemukan 3 desa telah ludes terbakar.

"Kami berhasil melakukan penerbangan pengintaian di sore hari, dan kami dapat mengamati dari udara bahwa 3 desa telah dibakar. Kami belum dapat mengirim staf kami ke lokasi untuk memverifikasi, tapi kami akan melakukan itu besok," kata perwakilan Monusco, Ray Torres.

Diyakini lebih dari 70 warga sipil tewas ditangan kelompok bersenjata. Pembunuhan tersebut telah dilakukan sejak akhir Januari dan awal Februari. Oleh karena itu, PBB telah meningkatkan jumlah pasukan Monusco di daerah tersebut. Terlebih setelah PBB berhasil mengalahkan kelompok pemberontak berbahaya M23 November lalu.

Selama lebih dari 2 dekade terakhir kekerasan marak terjadi di Kongo bagian timur. Tindak kekerasan yang telah menelan korban sebanyak 5 juta orang tersebut, terkait dengan persaingan etnis dan komersil seperti pengendalian SDM lokal.

Monusco menegaskan, pembunuhan dan kekerasan terutama dilakukan di provinsi Kivu Utara untuk menyebarkan teror dan menyerang warga sipil. Sebab, lebih dari 40 kelompok bersenjata diketahui beroperasi di wilayah tersebut dan sedikitnya 4 dari mereka diyakini menimbulkan ancaman yang serius.

Kerusuhan dimulai ketika beberapa militan etnis Hutu dituduh melancarkan pembantaian besar-besaran tahun 1994 di Rwanda yang kemudian melarikan diri ke Kongo. Namun Rwanda terus membantah tuduhan berulang PBB. Tuduhan tersebut menyebutkan Rwanda mendukung pemberontak M23 di Kivu Utara yang mengakibatkan 800 ribu orang mengungsi. (Tnt/Mhs)

Baca juga:

Konvoi PBB Menjadi Target Bom di Bandara Somalia

Paramedis Pria Dilarang Masuk, Mahasiswi Meninggal di Kampus Arab

PBB: Anak-anak Suriah Disiksa & Diperkosa Pasukan Presiden Assad

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya