Anak Muda Serukan Bahaya Nikah Dini

Sejumlah anak muda yang menyuarakan tentang risiko pernikahan dini melalui video dalam ajang "Eagle Junior Documentary Camp"

oleh Liputan6 diperbarui 24 Nov 2014, 15:54 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2014, 15:54 WIB
Apa Tanggapan Pria Jika Dilamar Wanita?
Apa pendapat pria jika dilamar oleh kekasihnya? Simak ulasan berikut ini

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah anak muda yang menyuarakan tentang risiko pernikahan dini melalui video dalam ajang "Eagle Junior Documentary Camp" (EJDC) yang dilangsungkan di enam kota yakni Padang, Medan, Yogyakarta, Makassar, Pontianak, dan Sorong.

"Mereka menyuarakan tentang risiko pernikahan dini. Ini merupakan tahun kedua pelaksanaan EJDC," ujar Sekjen Eagle Institue Indonesia, Bambang Hamid, dalam konferensi pers di Jakarta, ditulis Senin (24/11/2014).

EJDC merupakan kompetisi ide film dokumenter yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Eagle Institute dan Metro TV untuk remaja usia 15-19 tahun, yang bertujuan untuk mengasah kemampuan kreatif remaja di bidang film dokumenter.

"Film dokumenter itu dijadikan media untuk mengedukasi masyarakat tentang konsep Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)," tambah dia.

Usia nikah untuk perempuan yang tepat adalah 20 tahun, sementara laki-laki 25 tahun. Dengan demikian, akan terbentuk generasi berencana yang memiliki sikap dan perilaku remaja yang matang.

Peserta "roadshow" di enam kota diberikan berbagai materi meliputi film dokumenter, pengenalan dasar sinematografi, pelatihan penulisan proposal film, teknis visualisasi dan PUP.

"Rata-rata diikuti lebih dari 395 siswa. Tahun ini, panitia menerima 188 proposal dan 36 proposal lolos administrasi."

Dewan juri kemudian menyeleksi dan keluar lima finalis yakni Doom yang Tersisa dari Sorong (sutradara Miko, Sukma dan Siti Marfuah), Kembang Desa dari Rembang (sutradara Novita, Putri dan Evi), Seribu Langkah Menggapai Asa dari Medan (sutradara Siti Winda Alfiani, Masyita Dalimunthe dan Mikrayani Ujung, Di Bibir Nagari dari Payakumbuh (sutradara Andi Atissa Putri Chaniago, Zhafirah Zhafarina dan Resfan Alfikri Joneva, dan Gadis Penembus Dunia dari Yogyakarta (sutradara Kurnia, Agung dan Shafira).

"Film dokumenter ini menceritakan tentang Nurul, yang menjadi mensosialisasikan resiko pernikahan dini. Usaha Nurul berhasil mengantarnya menjadi duta anak dan berbicara di markas besar PBB di New York," kata Kurnia.

Siswa kelas XI MAN II Yogyakarta itu berharap videonya bisa mencegah remaja untuk menikah pada usia dini.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya