Liputan6.com, Washington Banyak penderita asma yang menghindari berolahraga untuk menghindari serangan saat atau sesudah olahraga. Kondisi yang disebut exercise-induced bronchoconstriction ini memang terjadi pada 90 persen penderita asma usai berolahraga berat namun bisa dihindari.
"Asma adalah penyakit yang bisa dikontrol jika Anda mengikuti panduan dan mengonsumsi obat yang digunakan," terang direktur National Capital Asthma Coalition, Lisa Gilmore seperti dilansir Washington Post, Selasa (13/1/2015).
Baca Juga
Karena bisa dikontrol, para pakar kesehatan menyarankan mereka yang memiliki riwayat asma tetap melakukan olahraga. "Berolahraga dan tetap bugar sangat direkomendasikan bagi mereka," terang Gilmore.
Advertisement
Bahkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Kristin V. Carson hasil akhirnya merekomendasikan pasien asma berolahraga karena dapat mengurangi risiko terkena gejala asma maupun serangan asma.
Hasilnya, partisipan yang diminta berolahraga fisik seperti lari, bersepeda, renang, tidak memiliki masalah terkait asma serius dibandingkan mereka yang tidak berolahraga. Bahkan penelitian ini menunjukan berolahraga mampu meningkatkan kebugaran kardiovaskular yang bisa mengurangi gejala asma dari waktu ke waktu.
"Kami menemukan tidak ada alasan bagi mereka yang memiliki asma untuk menghindari olahraga secara teratur," ungkap Carson. "Dokter harus mendukung pasien untuk secara rutin dalam latihan fisik," tambahnya dalam laman Center for Advancing Health, Rabu (14/1/2015).
Spesialis paru dari Lenox Hill Hospital di New York City, Len Horowitz, MD yang tidak terlibat dalam penelitian yang dilakukan Carson setuju bahwa pasien asma untuk berolahraga. Namun untuk pasien asma exercise-induced untuk memahami tubuhnya sendiri.
"Jika rentan mendapatkan serangan asma saat atau usai berolahraga, cegah dengan inhaler albuterol sebelum berolahraga. Hindari latihan yang mengekpos paru-paru menjaid dingin, dan udara kering serta tingkatkan aktivitas fisik secara bertahap," teran Horowitz.