Liputan6.com, Jakarta Tidak hanya menderita kekurangan hormon, individu yang kekurangan Iodium pun berdampak pada penyakit akibat gangguan tiroid.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia diwakili Staf Ahli Bidang Medikolegal, drg Tritarayati, SH. MKes mengatakan, hasil survei pemetaan GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium) pada 1998 menemukan prevalensi gondok endemik pada anak yang duduk di sekolah dasar (SD) sebesar 9.8 persen.
"Kondisi ini merupakan masalah kesehatan masyarakat," kata dia dalam diskusi `Pekan Peduli Tiroid Internasional` di Gedung Kementerian Republik Indonesia, Kuningan, Jakarta, Selasa (26//5/2015)
Advertisement
Untuk menanggulangi masalah ini, lanjut Tri, pemerintah secara intensif telah melakukan implementasi kebijakan iodisasi garam sejak 3 dekade lalu.Â
"Hingga saat ini, distribusi garam beriodium telah tersebar secara merata di seluruh tanah air," kata Tri menambahkan.
Dalam kesempatan itu, Direktur Bina Kesehatan Republik Indonesia, Dr Elizabeth Jane Soepardi, MPH. Dsc juga mengatakan, pada 1960 orang-orang yang kekurangan Iodium akan mengalami gondongan.
"Sekarang, sudah hampir tidak ada lagi yang gondongan. Dan memang betul, pada waktu itu, kekurangan hormon tiroid menyebabkan gondongan akibat konsumsi Iodium yang rendah," kata Jane.
Menurut Jane, Iodium terdapat di sejumlah makanan laut (seafood). Maka itu, sebelum menyosialisasikan garam beriodium, masyarakat disuntik lipiodol. "Sekarang sudah tak perlu lagi yang seperti itu," kata dia menerangkan.