Bangun Kepagian Malah Bisa Ganggu Kesehatan?

Suara alarm dari jam Anda di pagi hari otomatis telah membentuk rutinitas sebelum berangkat kerja.

oleh Risa Kosasih diperbarui 20 Nov 2015, 08:30 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2015, 08:30 WIB
Ini Penyebab Sakit Kepala Saat Bangun Pagi
Ada beberapa penyebab mengapa kepala Anda sakit saat bangun tidur di pagi hari.

Liputan6.com, Pittsburgh - Suara alarm dari jam Anda di pagi hari otomatis telah membentuk rutinitas sebelum berangkat kerja. Tapi hati-hati, kalau bangun kepagian gara-gara alarm malah bisa mengganggu kesehatan.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, menemukan bahwa perubahan rutinitas tidur, seperti bangun kepagian di hari biasa (Senin sampai Jumat), bisa meningkatkan risiko pada kondisi metabolisme, misalnya obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

Untuk mendapatkan hasil studi tersebut, Patricia M. Wong dari University of Pittsburgh bersama rekan-rekan menganalisis 447 data orang dewasa yang berusia 30 sampai 54 tahun. Mereka adalah bagian dari Studi Adult Health and Behavior Project fase 2 dan telah bekerja minimal 25 jam tiap hari di kantor.

Hampir 85 persen dari peserta punya titik 'setengah jalan' dalam siklus tidur mereka. Artinya, mereka tetap bangun kepagian meski tidak sedang bekerja. Para peneliti menemukan bahwa pergeseran jadwal tidur subyek yang diteliti, yang dikenal sebagai 'jet lag sosial' membuat mereka lebih mungkin mengalami kolesterol buruk, punya lingkar pinggang lebih besar, indeks massa tubuh yang lebih tinggi (BMI), level puasa insulin yang lebih tinggi dan resistensi insulin yang lebih besar, dibandingkan dengan mereka yang memiliki jet lag sosial lebih rendah.

Dikutip dari laman Medical News Today, pada Jumat (20/11/2015) lalu, untuk mendapatkan hasil ini, para peserta diminta mengenakan gelang untuk mengukur aktivitas tidur dan gerakan mereka dalam 24 jam sehari selama 1 minggu. Mereka juga menyelesaikan kuesioner yang merinci soal diet dan kebiasaan olahraga mereka.

"Perubahan metabolik dapat berperan dalam perkembangan obesitas, diabetes dan penyakit kardiovaskular," tutur Wong tegas.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya