Obat Malaria Bisa Turunkan Risiko Meninggal pada Pasien Ebola

Pasien Ebola yang diberikan obat malaria mampu menurunkan risiko kematian akibat virus Ebola.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 09 Jan 2016, 14:00 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2016, 14:00 WIB
Ilustrasi Virus Ebola
Ilustrasi Virus Ebola (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York- Sejak kasus Ebola merebak di Afrika Barat pada Maret 2014, para peneliti terus berusaha melakukan penelitian guna menemukan obat yang efektif melawan virus mematikan ini. Kini, ada sebuah temuan baru, obat malaria mampu menurunkan risiko kematian pasien akibat virus Ebola.

Sekitar 1 banding 3 orang yang terinfeksi virus Ebola bisa tetap melanjutkan hidupnya.

Sementara itu, penelitian lain tidak menemukan manfaat ketika pasien Ebola diberikan plasma darah dari penyintas Ebola. Hal tersebut tidak menurunkan risiko kematian pasien Ebola.

Paling tidak, dari dua kesimpulan studi yang sama-sama dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine menunjukkan masih belum ditemukan cara efektif untuk melawan virus Ebola.

"Meski obat malaria efektif turunkan risiko kematian, namun ini bukanlah 'peluru ajaib' untuk melawan Ebola," terang salah satu peneliti riset ini, dokter Iza Ciglenecki seperti dikutip laman Live Science, Sabtu (9/1/2015).

Dalam penelitian antara keterkaitan obat malaria dengan Ebola, peneliti menemukan sekitar 51 persen pasien yang diberikan obat malaria bernama artesunate–amodiaquine meninggal. Sementara obat malaria artemether–lumefantrine menyebabkan tingkat kematian lebih tinggi pada pasien Ebola, yakni hingga 64 persen.

Meski hasilnya memperlihatkan manfaat positif penggunaan obat malaria, masih dibutuhkan penelitian tambahan untuk mengonfirmasi kebenaran manfaat kedua obat malaria ini bagi pasien Ebola.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya