6 Efek yang Nampak Saat Pria Dilanda Stres

Tingkat ketegangan menyerang psikologis pria juga menyebabkan fisiknya terganggu.

oleh Bella Jufita Putri diperbarui 28 Feb 2016, 16:00 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2016, 16:00 WIB
Penis
Pria kerap merasa stres ketika membicarakan tentang ukuran dan ketebalan dari penis yang dimilikinya.

Liputan6.com, Jakarta Saat alami kesulitan dalam hubungan cinta, karier, dan keluarga kerap kali menjadikan seorang pria alami kondisi stres seketika.

Tingkat ketegangan yang menyerang psikologis pria bisa juga menyebabkan fisiknya menjadi terganggu.

Melansir dari laman Only My Health, Minggu (28/2/2016) terdapat efek yang nampak secara cepat terhadap fisik juga psikologis saat mengalami stres:

1. Masalah fisik

Saat pria dilanda kondisi stres mereka sering kali merasakan rasa sakit pada tubuhnya. Penyakit yang rentan menyerang tubuh pria yaitu nyeri dada, sesak napas, sakit kepala, gangguan pencernaan, pusing, sembelit dan kram perut.

2. Masalah tidur

Kesulitan tidur selalu melanda para pria ketika stres. Namun sebaliknya ada juga pria yang tidur berlebihan saat stres. Namun efek dari tidur berkepanjangan tidak memberikan kesehatan tubuh saat terbangun dari tidurnya.

3. Cepat marah

Orang yang sedang alami stres rentan dengan emosi yang meninggi. Bahkan beberapa orang sering tidak dapat mengungkapkan perasaannya sehingga amarah terpendam dan meledak seketika saat mereka benar-benar berada di puncak lelah.

4. Masalah dengan pasangan

Beban yang dirasakan para individu yang tengah stres sering kali merusak komunikasi dengan pasangan. Saat kondisi stres melanda pria, konflik sehari-hari mungkin saja terjadi dan menghasilkan perdebatan dalam hubungan. Adapun emosi yang tak terkendali berujung pada kekerasan dalam rumah tangga.

5. Disfungsi ereksi

Kinerja seksual yang buruk kerap kali melanda pria yang alami stres. Mereka merasa malu dan putus asa ketika hendak bercinta sehingga tak mampu berikan seks yang baik untuk pasangannya.

6. Krisis eksistensial

Umumnya pria yang berada dalam tahap krisis eksistensial ini berusia di antara 30 hingga 40 tahun.
Merasa cemas, tertekan, putus asa akibat hubungan rumah tangga atau pekerjaan menjadi hal kronis yang dapat merubah kehidupan mereka menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya