Liputan6.com, Jakarta - Hidup sebagai seorang Muslim seringkali dipandang penuh tantangan, tetapi KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha memiliki pandangan berbeda. Menurutnya, menjadi seorang wali, gelar spiritual tinggi dalam Islam, tidak sesulit yang dibayangkan.
Dengan gaya ceramah yang santai namun sarat makna, Gus Baha menguraikan dua syarat sederhana untuk menjadi wali.
Dalam sebuah ceramah yang dinukil dari kanal YouTube @masnawir, Gus Baha menyampaikan bahwa syarat menjadi wali sebenarnya cukup ringan. Ia menjelaskan bahwa seorang wali hanya membutuhkan dua hal, dicintai banyak orang atau dihujat banyak orang.
Advertisement
“Wong Islam itu kepenak. Kalau dicintai banyak orang, ya ibadah. Kalau dihujat banyak orang, ya ngilangi dosa,” ujar Gus Baha. Pernyataan tersebut mengundang senyum dan tawa para jamaah yang hadir, menggarisbawahi perspektif positif Gus Baha dalam menghadapi kehidupan.
Lebih lanjut, Gus Baha menekankan bahwa Islam adalah agama yang penuh kemudahan. Menurutnya, ketika seseorang dicintai, itu adalah sebuah anugerah. Namun, jika sebaliknya, hujatan yang diterima justru menjadi sarana penghapusan dosa.
Pendekatan seperti ini, menurut Gus Baha, dapat membantu umat Islam menjalani hidup dengan tenang. Tidak perlu berlebihan dalam memikirkan apa yang orang lain katakan, selama tujuan hidup tetap diarahkan untuk mencari ridha Allah.
“Kalau mahasiswa senang energi kebaikan, kalau nak senang ngurangi dosa. Kan enak. Monggo jenengan milih mana, milih banyak pecinta apa banyak yang membenci?” lanjut Gus Baha.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Konsep Sederhana Gus Baha
Ia menegaskan bahwa kedamaian hati seseorang terletak pada bagaimana ia menghadapi realitas kehidupan. Orang yang dicintai atau dibenci, keduanya memiliki nilai ibadah jika disikapi dengan benar.
Pernyataan ini seolah menjadi jawaban bagi mereka yang kerap merasa resah karena pandangan orang lain. Dalam Islam, tidak ada perjuangan yang sia-sia jika semuanya dilakukan demi Allah.
Selain itu, Gus Baha juga menekankan pentingnya kesabaran. Menyabari orang yang menyinggung, menurutnya, adalah bentuk ibadah. Bahkan, tersinggung tetapi tidak marah pun bisa menjadi ladang pahala.
Pandangan ini sejalan dengan prinsip Islam yang mengajarkan umatnya untuk selalu bersikap tenang dan berserah diri kepada Allah. Sikap demikian tidak hanya meringankan beban hidup, tetapi juga menjadikan seorang Muslim lebih bijaksana.
Ceramah Gus Baha ini menarik perhatian karena kemampuannya menyederhanakan konsep-konsep agama yang berat menjadi sesuatu yang mudah dipahami. Pendekatan ini membuat ajaran Islam terasa lebih relevan dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
Pesan Gus Baha juga mengingatkan umat Islam untuk tidak berfokus pada penghargaan duniawi. Sebaliknya, ia mengajak jamaah untuk selalu mengutamakan hubungan dengan Allah sebagai tujuan utama.
Advertisement
Setiap Individu Miliki Peluang untuk Menjadi Wali
“Kalau kamu nyari ridha Allah, enteng semua. Kan sudah enteng-enteng betul,” katanya.
Dengan gaya bicara yang khas, Gus Baha berhasil menyampaikan pesan-pesan agama dengan cara yang menyentuh hati. Para pendengar pun tampak antusias menyerap setiap kalimat yang diucapkannya.
Ceramah ini sekaligus menjadi pengingat bagi umat Islam untuk terus memperbaiki diri. Menjadi wali mungkin terasa jauh, tetapi dengan langkah-langkah sederhana seperti yang dijelaskan Gus Baha, itu bukanlah hal yang mustahil.
Sebagai seorang ulama, Gus Baha dikenal memiliki cara penyampaian yang unik. Gaya ceramahnya yang santai dan penuh humor sering kali membuat suasana menjadi cair, sehingga pesan agama dapat tersampaikan dengan baik.
Di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, tempat ia menjadi pengasuh, Gus Baha dikenal sebagai figur yang membumi. Ceramah-ceramahnya tidak hanya ditujukan untuk para santri, tetapi juga masyarakat luas.
Pesantren yang berlokasi di Rembang, Jawa Tengah ini menjadi saksi bagaimana Gus Baha mengabdikan dirinya dalam menyebarkan ilmu agama. Dengan pendekatan yang khas, ia berhasil menarik perhatian banyak kalangan, mulai dari anak muda hingga orang tua.
Pesan Gus Baha tentang menjadi wali ini adalah salah satu contoh bagaimana agama Islam mengajarkan jalan hidup yang penuh kemudahan. Apa pun pilihan hidup yang diambil, asalkan dilakukan dengan niat yang tulus, akan menjadi berkah.
Pada akhirnya, setiap individu memiliki peluang untuk menjadi wali. Dengan hanya mengingat dua syarat yang disebutkan Gus Baha, hidup menjadi lebih ringan dan bermakna. Inilah salah satu keindahan Islam yang terus Gus Baha sampaikan kepada umat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul