Hari Pertama Masuk Sekolah, Anak di Jepang Wajib Jalan Kaki

Di Indonesia, awal ajaran baru saja dimulai. Para orangtua diwajibkan mengantarkan anak-anaknya ke sekolah.

oleh Meiristica Nurul diperbarui 18 Jul 2016, 12:00 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2016, 12:00 WIB
Anak baru masuk sekolah di Jepang
Anak baru masuk sekolah di Jepang

Liputan6.com, Jakarta Di Indonesia, awal ajaran baru saja dimulai. Para orangtua diwajibkan mengantarkan anak-anaknya ke sekolah. Dan itu diberlakukan pada 2016 ini. Bagaimana di negara lain, seperti Jepang?

Di Negeri Sakura, ajaran baru dimulai pada April bersamaan dengan datangnya musim semi. Menurut Andreas Hermawan, orang Indonesia yang tinggal di Jepang, semua sekolah mulai SD, SMP, SMA, sampai Universitas memulai aktivitasnya di bulan tersebut.

Tak berbeda dari Indonesia, di Jepang untuk awal sekolah anak-anak juga diantar ke sekolah oleh orangtua. "Tapi hanya anak-anak kelas 1 yang diantar sekolah, dan itu pun beda hari dengan kelas-kelas atasnya. Dan itu sudah berlaku sejak lama," terang Andreas.

Ditambahkan Andreas, di ajaran baru selain anak-anak, orangtua dan staf sekolah pun ikut berkumpul di gedung olahraga, yang diberi nama Nyugaku Shiki yaitu seremoni masuk sekolah. "Setelah seremoni orangtua ikut ngumpul bersama anak di kelas. Ada pertemuan dengan wali kelas, nanti dijelaskan program belajar dan lain-lain," lanjutnya.

Untuk hari pertama sekolah, anak-anak pun tak dibebani pelajaran. Mereka bisa kembali ke rumah bersama orangtua.

Serunya, anak yang baru masuk di ajaran baru tidak boleh datang ke sekolah bersama orangtua dengan mobil. Mereka diwajibkan berjalan kaki dengan teman-teman lainnya yang rumahnya berdekatan.

"Mereka berangkat ke sekolah jalan kaki, dengan rute yang sudah ditentukan. Di sepanjang rute akan ada sukarelawan yang mengawasi serta membantu anak-anak, biasanya kakek-kakek yang sudah pensiun, beri salam, dan membantu kayak nyeberang. Hanya anak-anak berkebutuhan khusus saja semacam autis, dan kelas lain di sekolah luar biasa yang boleh datang bersama orangtua," jelas Andreas yang bekerja di perikanan.

Ditambahkan Andreas Hermawan, walau ada anak yang menangis saat pertama sekolah, namun semua diatasi oleh kakak kelas yang membantu. Seperti anak kelas enam membantu kelas 1, anak kelas 5 bantu kelas 2.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya