Resiko Kematian Pasien Lebih Tinggi Jika Dioperasi Malam Hari

Tindakan medis berskala besar berupa operasi ternyata tidak baik jika dilakukan pada malam hari.

oleh Tassa Marita Fitradayanti diperbarui 13 Sep 2016, 08:30 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2016, 08:30 WIB
Studi: Musik Bisa Tingkatkan Kinerja Ahli Bedah di Ruang Operasi
Musik favorit, entah The Beatles, Beethoven atau musik pop seperti Backstreet Boys ternyata dapat meningkatkan mood dokter di ruang operasi.

Liputan6.com, Jakarta Operasi merupakan suatu tindakan medis berskala besar yang dilancarkan apabila seseorang menderita masalah kesehatan yang serius. Sebuah fakta mengungkap, operasi yang dilakukan pada malam hari ternyata lebih berbahaya dibandingkan dilaksanakan pada waktu siang hari, seperti dilansir dari Indian Express, Selasa (13/9/2016).

Menurut para peneliti dari McGill University di Kanada, pasien yang menjalani operasi pada malam hari, dua kali lebih mungkin untuk meninggal dibandingkan dengan mereka yang dioperasi pada saat jam kerja reguler.

Selain itu menurut para peneliti, pasien yang juga dioperasi melewati jam kerja atau di sore hari, juga memiliki risiko kematian lebih dini.

Studi ini mengevaluasi semua prosedur bedah selama lima tahun terakhir di Jewish General Hospital, Kanada, mulai dari tanggal 1 April 2010 sampai dengan 31 Maret 2015. Kemudian mereka mengumpulkan database variabel mengenai intervensi bedah.

Semua operasi pembedahan elektif dan operasi darurat memiliki resiko buruk terhadap pasiennya apabila dilakukan pada malam hari. Namun ada beberapa yang tidak terlalu membahayakan yaitu ophthalmic (operasi yang berkaitan dengan dengan mata) dan atau tindakan yang melibatkan hanya anestesi lokal.

Umumnya, hari kerja operasi dibagi menjadi tiga, yaitu siang hari (07:00 – 15:29), sore hari (15:30 – 23:29), dan malam hari (23:30 – 07:29 pagi). Lalu waktu dimulainya pemberian anestesi dicatat oleh perawat yang terus menerus mengecek, untuk menentukan dimana waktu blok operasi dimulai.

Ada sekitar 41.716 operasi elektif dan operasi darurat yang dilakukan pada 33.942 pasien di 40.044 rawat inap. Dari jumlah tersebut, ada 10.480 prosedur darurat, dimana sebanyak 3.445, 4.951, dan 2.084 masing-masing prosedur tersebut, memulai proses anestesi antara siang, sore, dan malam hari.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa pasien yang dioperasi di malam hari, memiliki risiko 2,17 kali lebih mungkin meninggal, dibandingkan dengan pasien yang dioperasi di saat jam kerja seperti biasa. Studi juga menemukan bahwa pasien yang dioperasi saat menjelang malam, berisiko 1,43 lebih mungkin meninggal.

“Angka kematian pasca operasi 30 hari di rumah sakit, mencakupi faktor waktu dimulainya anestesi bersamaan dengan variabel lainnya,” kata peneliti.

Menurut mereka, secara teori kemungkinan penyebab terbesar tingginya resiko kematian tindakan operasi yang dilakukan pada malam hari adalah menurunnya kapasitas kemampuan para pelaku medis lantaran kelelahan setelah seharian melakukan anestesi dan operasi pada sejumlah pasien lainnya, masalah staf rumah sakit yang terjaga semalaman, keterlambatan dalam pengobatan (misalnya kamar operasi yang terbatas), atau akibat pasien terlalu sakit jika operasi ditunda.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya