Liputan6.com, New York- Setiap tahun, seorang pemuda di Michigan-Amerika, Broc Brown (19) bertambah tinggi. Dengan tinggi sekitar 2,2 meter, dia hampir melampaui manusia tertinggi di dunia dengan 2,5 meter.
Brown didiagnosis dengan gangguan genetik langka, Sindrom Sotos yang membuat terus bertambah tinggi sejak berusia 5 tahun. Kondisi ini mempengaruhi satu di setiap 15.000 orang. Ibunya, Darci, diberitahu dokter kalau anak ini tidak akan hidup hingga remaja. Namun nyatanya dokter keliru dan yakin kalau kondisi seperti Brown juga bisa hidup normal.
Baca Juga
"Ya. Itu hal terbaik yang saya bisa dengar. Bahwa saya akan hidup lebih lama," kata Brown.
Advertisement
Namun tinggi badan ternyata berdampak buruk bagi Brown. Menurut laman Foxnews, Kamis (22/9/2016) Brown kerap kesulitan belajar karena kelengkungan tulang belakang dan penyempitan tulang belakang.
Dia juga menderita Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan gangguan eksplosif intermiten, yang membuatnya bersikap agresif. Dan karena dia lahir dengan satu ginjal, ia tidak bisa mengonsumsi obat penghilang rasa sakit walaupun sering menderita sakit punggung.
"Saya hanya berharap para dokter bisa melakukan sesuatu untuk membantu penderitaan saya," katanya.