Mengenal Pneumonia, Pembunuh Manusia yang Terlupakan

Pneumonia atau penyakit radang paru akut mestinya perlu mendapat perhatian lebih di masyarakat

oleh Fitri Syarifah diperbarui 22 Okt 2016, 09:00 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2016, 09:00 WIB
Banyak Balita Meninggal Karena Pneumonia
Enam belas persen dari jumlah balita yang meninggal dunia (5,9 juta) pada 2015 akibat pneumonia.

Liputan6.com, Jakarta Pneumonia atau penyakit radang paru akut mestinya perlu mendapat perhatian lebih di masyarakat. Sebab penyakit yang dijuluki The Fogotten Killer (Pembunuh yang Terlupakan) ini tak hanya "menghantui" orang dewasa tapi juga anak-anak.

Hasil riset Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015 menunjukkan, pneumonia menjadi penyebab atas angka kematian bayi dan anak-anak di seluruh dunia, sebanyak 15 persen atau 930.126 kematian anak-anak. Angka ini jauh melampaui angka kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit berbahaya lainnya, seperti HIV/AIDS, malaria dan campak.

Sedangkan menurut statistik Dinas Kesehatan RI, angka kematian anak berusia di bawah lima tahun menunjukkan bahwa pneumonia menempati posisi kedua sebagai penyebab kematian anak-anak Indonesia yang berusia d ibawah 4 tahun setelah penyakit diare.

“Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor kedua dunia setelah diare, bagi balita. Kami melakukan kampanye mengenai pneumonia setiap tahun, melakukan advokasi dan edukasi kepada tenaga kesehatan dan kader-kader kesehatan. Hal ini kami lakukan supaya masyarakat lebih aware terhadap penyakit ini. Semakin cepat gejala-gejalanya diketahui dan ditangani. Penyembuhannya pun akan semakin cepat. Butuh kerjasama yang solid dengan pemerintah untuk dapat mengurangi tingkat penderita pneumonia, di antaranya penguatan larangan merokok di tempat umum dan kampanye ASI eksklusif yang lebih luas,” demikian penjelasan dr.H.M. Subuh, MPPM, seperti dimuat dalam keterangan pers, Sabtu (22/10/2016).

Karena efeknya yang mematikan, WHO mencanangkan Hari Pneumonia Sedunia (World Pneumonia Day/WPD) setiap 12 November agar kita selalu waspada terhadap potensi terjangkit penyakit berbahaya ini.

"Saat ini, kami sedang mengembangkan vaksin untuk pneumonia, dan kami harap tahun depan vaksin ini sudah dapat diberikan ke bayi dan balita," ujar Subuh.

Di sisi lain, dr. Darmawan Budi Setyanto, SpA(K), yang juga dikenal sebagai seorang Konsultan Respilogi Anak, mengatakan, penyakit pneumonia sering membuat orang terkecoh dan dianggap sebagai flu biasa sehingga kerap diabaikan.

"Pneumonia biasanya menyerang bayi, balita dan orangtua. Mereka adalah kelompok yang belum atau tidak memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Pneumonia diawali dari batuk, pilek dan demam. Lalu timbul radang saluran pernafasan bagian atas (salesma). Dari salesma inilah radang kemudian berkembang ke paru-paru, sehingga disebut pneumonia," ujarnya.

Penderita pneumonia akan mengalami batuk diikuti nafas yang cepat serta sesak. "Waspadalah saat anak Anda batuk disertai tarikan nafas yang cepat di setiap menitnya. Segera pergi ke dokter, puskesmas atau rumah sakit."

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR. Dr.Aman Bakti Pulungan, SpA(K) juga menambahkan, masyarakat harus "takut" terhadap pneumonia.

"Setiap muncul gejala salesma yang nantinya akan mengarah ke pneumonia, segeralah diobati di fasilitas kesehatan masyarakat. Deteksi dini, pengobatan secara cepat dan tepat akan sangat memengaruhi penyembuhan penyakit pneumonia ini. Untuk bayi, berilah imunisasi yang lengkap," pungkasnya.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya