Minuman Bersoda Bikin Mandul?

Konsumsi minuman bersoda bukan hanya memicu risiko obesitas atau kegemukan, tapi juga kemandulan.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 17 Mei 2017, 09:12 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2017, 09:12 WIB
20160823-Minuman Soda
Ilustrasi Foto Minuman Soda (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Konsumsi minuman bersoda bukan hanya memicu risiko obesitas atau kegemukan, tapi juga kemandulan. Begitu disampaikan ahli IVF, Arvind Vaid.

Seperti dimuat laman Boldsky, Selasa (16/5/2017), minuman bersoda mengandung pemanis buatan, aspartam yang dapat mengganggu sistem endokrin hingga menyebabkan ketidakseimbangan hormon dan masalah ketidaksuburan pada wanita.

"Hampir semua minuman ringan dan soda mengandung aspartam yang menyebabkan banyak masalah kesehatan, termasuk ketidaksuburan yang memicu kemandulan, malformasi (perkembangan abnormal suatu organ atau jaringan) dan risiko keguguran," kata Arvind.

Kelebihan konsumsi soda, kata dia, bahkan dapat memicu gangguan ovulasi dan memperburuk gejala pramenstruasi (PMS).

Asam fenilalanin dan aspartat merupakan dua asam amino yang ada di dalam aspartam yang dianggap alami dan tidak berbahaya saat dikonsumsi bersamaan dengan asam amino lainnya. Namun, bila dikonsumsi tunggal, pemanis ini dapat merangsang radikal bebas yang menyebabkan kematian sel.

"Sperma dan sel telur memiliki 90 persen kemungkinan akan mati saat seseorang mengonsumsi minuman bersoda secara berlebihan. Itu sebabnya, banyak dokter dan ahli menyarankan untuk menghindarinya untuk kepentingan kesehatan reproduksi," kata Arvind.

Ahli kandungan dari Safdarjung Hospital, Rachna Jaiswar juga menyampaikan hal yang sama. Menurutnya, minuman bersoda sangat asam sehingga dapat mengubah tingkat pH tubuh saat dikonsumsi berlebih.

"Pada laki-laki, Bisphenol-A (BPA), bahan kimia yang ditemukan di lapisan botol plastik dan kaleng dapat mengurangi kualitas mani laki-laki. Pria yang mengonsumsi minuman bersoda lebih berisiko empat kali lipat mengalami rendahnya jumlah sperma dan motilitas (kecepatan) sperma yang mempengaruhi risiko kemandulan," kata Jaiswar.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya