Liputan6.com, Jakarta Salah satu gejala orang dengan kondisi kejiwaan bipolar adalah memiliki banyak ide. Hal ini terjadi ketika seseorang sedang dalam posisi manik, atau suasana gembira yang berlebihan. Kondisi demikian membuat orang dengan bipolar dianggap memiliki tingkat inteligensi (IQ) tinggi.
Menanggapi hal tersebut, Konsultan Kejiwaan dari RSCM (Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), Dr. Hervita Diatri, SpKJ(K) mengatakan kondisi seseorang yang mengalami gangguan jiwa bipolar tidak memiliki korelasi dengan tingkat inteligensi yang dimilikinya. Menurut dia, orang dengan tingkat inteligensi tinggi dan rendah sama-sama berpotensi mengalami gangguan jiwa bipolar.
Baca Juga
"Inteligensi yang jadi tolok ukur itu adalah bagaimana seseorang itu menyelesaikan masalah. Orang dengan bipolar memiliki gangguan di situ," ujar dokter yang akrab disapa Vita usai menjadi pembicara pada seminar kesehatan bertajuk "Hug, Help, Solve the Problem" guna memperingati Hari Bipolar Sedunia, Selasa (20/3/2018).
Advertisement
Vita mengatakan orang dengan bipolar di tengah masyarakat urban memiliki tantangan tersendiri dalam memecahkan masalah. Hal ini karena orang-orang tersebut hidup di tengah masyarakat yang memiliki kompleksitas masalah.
"Masalahnya kita sebagai masyarakat urban dipersiapkan untuk menang, tapi tidak untuk kalah. Makanya, sebaiknya harus seimbang," kata Vita.
Oleh sebab itu, menurut Vita, penyelesaian masalah merupakan salah satu inteligensi yang harus dimiliki oleh semua orang agar dapat mencegah terjadinya gangguan jiwa bipolar.
Orang dengan bipolar sering dianggap lebay
Masyarakat sering menganggap mereka yang mengalami gangguan jiwa bipolar sebagai hal yang berlebihan, atau dalam bahasa zaman sekarang lebay. Sesuatu yang dirasakan oleh sebagian orang tersebut seringkali diremehkan di tengah masyarakat.
Menanggapi hal tersebut, Vita mengatakan gangguan terkait emosi internal yang dialami orang dengan bipolar memang wajar jika dianggap lebay atau berlebihan. Hal ini karena gejala seseorang mengalami bipolar adalah gembira dan depresi yang berlebihan.
"Kegembiraan dan depresi itu bermakna dan berlangsung dalam jangka waktu agak lama. Jadi ya memang lebay," ungkap Vita, menegaskan.
Namun demikian, Vita menganjurkan pada masyarakat, jika menemukan seseorang dengan gejala gangguan jiwa bipolar seperti itu, sebaiknya membawanya ke dokter kejiwaan untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
"Jadi jangam cuma bisa ngomong lebay saja," pungkas Vita.
Advertisement