Liputan6.com, Jakarta Istri presiden keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono, Ani Yudhoyono dikabarkan menerima donor sumsum tulang belakang untuk perawatan kanker darahnya. Dia mendapatkan transplantasi dari sang adik, Pramono Edie Wibowo.
Transplantasi sumsum tulang seperti yang dijalani Ani Yudhoyono sendiri bukanlah sebuah prosedur baru dalam dunia medis. Proses ini memindahkan sumsum tulang yang rusak dan diganti dengan yang baru. Ini berguna untuk mengganti "pabrik" yang sudah rusak dan mengganti sel darah merah, putih, dan trombosit sehingga berfungsi seperti semula.
Baca Juga
"Kerusakan sumsum tulang bisa terjadi karena virus, atau karena sel-sel kanker apakah itu leukemia atau kanker plasma atau pada pasien dengan anemia aplastik di mana terjadi gangguan genetik atau pengaruh obat-obatan dan paparan sinar radiasi menyebabkan gangguan pertumbuhan, nah itu digantikan dengan sumsum tulang yang baru," kata ahli kanker dr. Andhika Rachman dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada Health Liputan6.com pada Kamis (7/3/2019).
Advertisement
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Pembersihan sel kanker terlebih dulu
Andhika menambahkan, untuk pendonor sendiri ada dua cara yang bisa dilakukan. Dengan sumsum tulang pasien yang sebelumnya telah diambil sebelum melakukan tindakan atau "harvesting" pada sumsum tulang yang normal atau berasal dari saudara atau anak dengan kekerabatan yang sangat dekat.
"Kenapa harus sangat dekat? Karena itu mempengaruhi keberhasilan dari transplantasi sumsum tulang," kata Andhika.
Untuk prosedur transplantasi sendiri bukanlah hal yang mudah. Pada pasien leukemia misalnya, dia harus menerima dulu perawatan kemoterapi. Gunanya adalah untuk membersihkan tubuhnya terlebih dulu dari sel-sel kanker.
"Seperti rumput, dibersihkan dulu semua hingga bakal rumput yang baru ditumbuhkan. Seperti itu kira-kira kerjanya," tambah Andhika.
Dalam kondisi ini, baik kemoterapi atau radiasi, pasien menjadi tidak memiliki imunitas. Maka dari itu, pasien harus dimasukkan dalam kamar steril. Fase ini menjadikan pasien sangat rentan terhadap infeksi. Sehingga, di tahap ini, pasien kanker juga mendapatkan perawatan, obat-obatan, serta lebih sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain secara langsung.
Advertisement