Liputan6.com, Jakarta Poliomielitis atau polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh poliovirus. Virus ini menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan nyeri atau merusak saraf motorik, sehingga menyebabkan kelumpuhan otot atau ketidakmampuan untuk menggerakan tungkai atau bagian tubuh lain.Â
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Virus polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan.
Namun, sebenarnya penyakit polio sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu yang berjalan dengan tongkat. Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.
Penyakit polio sudah tersebar di seluruh dunia, terutama di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika. Virus penyakit polio sering menyerang bayi dan anak-anak. Gejala yang ditimbulkan adalah demam tinggi, mengantuk, tenggorokan sakit, mual, muntah, sakit kepala, serta tulang belakang dan tulang leher terasa kaku.
Indonesia sendiri, kabarnya sudah terbebas dari kasus penyakit polio sejak tahun 1997. Namun, bagi kamu yang belum tahu tentang penyakit polio tak ada salahnya mencari ulasannya. Berikut Liputan6.com rangkum tentang penyakit polio yang wajib kamu ketahui dan jangan disepelekan, Selasa (12/3/2019).
Penyebab Penyakit Polio
Untuk menghindari infeksi virus ini, terlebih dahulu kamu harus mengenali faktor risiko yang bisa meningkatkan peluang terkena penyakit polio. Di antaranya:
1. Melakukan perjalanan ke daerah yang terserang polio atau yang baru saja terkena wabah polio.
2. Hidup atau merawat seseorang yang terinfeksi virus polio.
3. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, karena infeksi penyakit lain seperti HIV.
4. Kamu telah menjalani prosedur pengangkatan amandel (tonsilektomi).
5. Kamu mengalami depresi atau melakukan aktivitas fisik yang berat setelah terpapar virus polio.
Advertisement
Jenis Penyakit Polio
1. Polio paralitik
Ada sekitar 1% infeksi penyakit polio yang berkembang menjadi polio paralitik. Polio jenis ini bisa menyebabkan kelumpuhan pada sumsum tulang belakang atau kelumpuhan tulang belakang batang otak.
Gejala dari penyakit polio paralitik adalah hilangnya refleks, kejang parah, nyeri otot, kelumpuhan mendadak seperti di pinggul atau pergelangan kaki. Selain itu dari 5%-10% kasus penyakit polio, virus polio bisa menyerang otot yang membantu sistem pernapasan sehingga bisa menyebabkan kematian.
2. Polio non-paralitik
Penyakit polio ini disebut dengan polio abortif atau polio yang tidak menyebabkan kelumpuhan. Namun penyakit polio ini bisa menyebabkan gangguan penyakit ringan seperti flu yang menyerupai penyakit virus lainnya. Gejala dari polio non-paralitik adalah demam, sakit tenggorokan, mudah lelah, sakit kepala, atau nyeri punggung.
3. Sindrom pasca polio
Penyakit polio ini adalah sekelompok tanda atau gejala yang bisa menyebabkan kelumpuhan pada seseorang setelah beberapa tahun mengalami serangan polio. Biasanya kelumpuhan ini akan datang 15-35 tahun kemudian. Beberapa gejala umum dari sindrom pasca polio dapat berupa kelemahan sendi, sulit bernapas atau sulit menelan, depresi, serta mudah lelah.
Penyakit polio sendiri memiliki nama asli yang disebut dengan poliomielitis. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang kemudian menyerang kesehatan sistem saraf. Ada 3 jenis virus polio yaitu virus tipe 1 atau Brunhilde, virus tipe 2 atau Lansing, dan virus tipe 3 atau Leon.
Sumber Virus Penyakit Polio
Virus penyakit polio ini menyerang selaput otak dan merusak sel saraf otak depan, resikonya akan menyebabkan kelumpuhan. Sumber virus berada dalam saluran usus penderita polio. Virus dapat ditularkan melalui feses orang yang telah terserang polio.
Kalau makanan yang sudah terkontaminasi dimakan, kita akan tertular. Selain itu, virus ini juga ditularkan melalui infeksi saluran pernapasan.
Masa inkubasinya antara 3 sampai 35 hari atau 7 sampai 14 hari. Poliovirus adalah virus RNA yang cukup sederhana, dengan 1 untaian RNA yang diselubungi kapsid.
Advertisement
Cara mencegah dan mengatasi penyebaran polio
Polio bisa dicegah dengan pemberian vaksin polio. Vaksin polio ini terdiri atas vaksin salk dan sabin. Vaksin salk bertugas mengaktifkan produksi antibodi dalam serum, sedangkan vaksin sabin mengandung virus polio yang sudah dilemahkan. Secara rinci, yuk ikuti langkah-langkah ini untuk mencegah dan mengatasi penyebaran polio:
1. Melakukan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh pada anak.
2. Memberi anak imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO, yaitu diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Setelah itu imunisasi iulang lagi pada usia 1,5 tahun, 5 tahun dan 15 tahun.
3. Surveillance Acute Faccid Paralysis untuk mengecek anak yang dicurigai lumpuh layu di bawah usia 15 tahun.
4. Melakukan mopping up atau imunisasi massal pada daerah yang ada penderita polio.
5. Perhatikan gejala yang paling sering terjadi pada penyakit polio ringan yaitu gejala mirip flu, atau seperti infeksi virus: sakit kepala, demam, sakit tenggorokan, mual, muntah, dan konstipasi atau diare.
5. Jika kamu memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala tersebut segera konsultasikan dengan dokter. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan.