Liputan6.com, Maumere - Kultur budaya dan keyakinan menjadi penyebab angka kelahirandi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih tinggi.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kelahiran atau total fertility rate (TFR) di NTT pada 2017 sekitar 3,4 atau satu wanita di NTT memiliki anak sebanyak tiga sampai empat orang.
Baca Juga
"Tapi berdasarkan hasil kemarin, sudah turun sedikit menjadi 3,26," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi NTT, Marianus Mau Kuru di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Advertisement
Menurut Marianus, masih banyak keluarga yang memegang teguh kepercayaan bahwa banyak anak sama dengan banyak rezeki.
Sementara kultur keyakinan masyarakat di wilayah yang terkenal dengan Pulau Komodo dan Labuan Bajo ini kalau belum memiliki anak perempuan rasa-rasanya belum lengkap.
"Mereka akan usaha terus sampai dapat," kata Marianus.
Hal ini yang membuat keluarga di sini meskipun berasal dari kalangan miskin, bisa memiliki anak lebih dari lima, bahkan ada yang enam.
Â
Saksikan juga video menarik berikut
Ubah Sudut Pandang
Melihat hal itu, BKKBN di NTT terus berupaya mengubah sudut pandang masyarakat bahwa sekarang waktunya sudah berubah.
"Saya bekerja sama dengan para dokter supaya bantu kasih penjelasan ke masyarakat, permasalahan soal dapat perempuan itu melibatkan soal science," katanya.
Marianus, menjelaskan, wanita memiliki hormon XX sementara pria memiliki hormon XY. Kalau X pria lebih dominan, keturunan yang diperoleh berjenis kelamin perempuan.
Sementara kalau hormon Y yang lebih dominan, anak yang lahir pun akan laki-laki.
"Ini mindset yang harus disampaikan ke masyarakat," katanya.
Selain itu, BKKBN juga melakukan beberapa upaya lain untuk menekan angka kelahiran. Salah satunya pendistribusian alat kontrasepsi.
Advertisement