Hal yang Perlu Diketahui Seputar HIV dan AIDS

Banyak mitos yang masih berkembang liar di masyarakat terkait HIV/AIDS yang menyebut bahwa HIV dapat menyebar lewat salaman dan ciuman.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Des 2019, 20:00 WIB
Diterbitkan 01 Des 2019, 20:00 WIB
Ilustrasi HIV/AIDS (2)
Ilustrasi HIV/AIDS

Liputan6.com, Jakarta Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tanggal 1 Desember. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefienciency Virus) yang menyerang sistem kekebalan tubuh. 

Orang yang terinfeksi AIDS disebut ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). Mereka yang didiagnosis AIDS pasti sudah tertular HIV. 

Ada tingkatan stadium pada invidu yang positif tertular HIV. AIDS merupakan stadium akhir. 

“AIDS adalah stadium terminal dari infeksi HIV. Seseorang yang terinfeksi HIV belum disebut AIDS, tapi dia sudah mengalami HIV positif. Seiring berjalannya waktu bisa menjadi AIDS,” kata dr. Juanli, RFP, AWP saat ditemui di acara Donor Darah Massal, Unika Atma Jaya, Jakarta Selatan.

Gejala HIV/AIDS

 

Juanli mengatakan, individu yang terkena HIV pada awalnya mungkin tak menunjukkan gejala. Atau gejala yang muncul tampak seperti tanda penyakit pada umumnya, seperti berkeringat di malam hari, flu, mengalami ruam merah di kulit, serta diare kronis. 

Cek darah akan menjadi semacam skrining apakah seseorang tertular HIV atau tidak. 

“Saat pertama terkena HIV, mungkin tidak menunjukkan gejala. Nah, itu yang kadang sulit. HIV dapat diidentifikasi dengan melakukan pemeriksaan darah. Kalau dia tidak melakukan pemeriksaan darah, dia tidak akan tahu,” kata dr. Juanli.

Penyebaran virus HIV dapat terjadi melalui pertukaran cairan tubuh terutama darah atau cairan mani, dan ibu yang menyusui.

Orang yang berisiko tinggi terkena HIV adalah orang yang suka gonta-ganti pasangan dan melakukan seks berisiko serta tidak menggunakan pengaman, pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik secara bergantian, dan trnfusi darah. 

 

 

Mitos dan fakta penularan HIV/AIDS

Banyak mitos yang masih berkembang liar di masyarakat terkait HIV/AIDS yang menyebut bahwa HIV dapat menyebar lewat salaman dan ciuman. Hal ini lalu dibantah oleh dr. Juanli yang menyebut bahwa bersalaman dan ciuman dengan orang yang positif HIV adalah hoaks.

“Jadi salaman tidak bisa menularkan HIV dan ciuman pun tidak, menggunakan toilet bersama juga tidak,” tambah dr. Juanli.

Orang yang AIDS masih dapat melakukan hubungan badan dengan menggunakan pengaman. Namun, Juanli menyarankan bahwa orang yang positif AIDS perlu menghindari melakukan hubungan seksual agar tidak terjadi penularan.

“Mereka masih bisa berhubungan seksual, cuma harus pakai pengaman. Kalau boleh diganti, bukan dengan penetrasi antara kelamin laki-laki dan perempuan. Namun dengan cara yang lain. Tapi sebaiknya dihindari,” ucap Juanli. 

Sementara, anak yang mendapatkan asupan ASI dari ibu yang positif AIDS sangat berisiko tertular. Disarankan ibu yang positif HIV memberikan anak susu formula agar tidak tertular HIV dari air susu ibu.

“Seorang ibu yang HIV positif dilarang sangat untuk menyusui. Walaupun di satu sisi itu memang dilematis, namun di satu sisi itu untuk menghentikan penularan HIV,” terang Juanli.

Orang dengan HIV/AIDS harus minum obat antivirus selama sisa hidupnya untuk bertahan dari virus yang sewaktu-waktu dapat menyebabkan infeksi oportunistik. 

“Selain mengonsumsi obat anti HIV, orang dengan HIV/AIDS harus tetap menjaga pola hidup dengan baik. Dan yang terpenting adalah ODHA harus menyetop penyebarannya atau penularannya,” kata dr. Juanli.

Virus HIV yang terpapar udara suhu ruangan akan cepat mati, karena PH di luar sangat berpengaruh pada virus tersebut. Bila dibandingkan, virus Hepatitis B atau Hepatitis C justru lebih menular daripada HIV.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya