Kenali Gejala Konstipasi pada Anak di Bawah 4 Tahun

Kemungkinan terjadi konstipasi pada anak, minimal ada dua dari lima gejala yang ditimbulkan.

oleh stella maris pada 04 Mar 2020, 17:02 WIB
Diperbarui 04 Mar 2020, 19:04 WIB
Danone Indonesia
Corporate Communication Director Danone Indonesia Arif Mujahidin/Stella Maris.

Liputan6.com, Jakarta Konstipasi merupakan salah satu masalah kesehatan anak yang jamak terjadi hingga saat ini. Di laman Ikatan Dokter Anak Indonesia dijelaskan bahwa kejadian konstipasi pada anak bisa mencapai 30 persen.

Diketahui lebih dari 90 persen konstipasi pada anak adalah disebabkan karena kelainan fungsional (konstipasi fungsional). Salah satu penyebab konstipasi fungsional karena kurangnya asupan serat dan umumnya terjadi pada bayi di usia tiga tahun atau di bawah empat tahun.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi yang juga peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Badriul Hegar menjelaskan, seorang anak dapat dikatakan memiliki konstipasi apabila terjadi gangguan pada pola BAB.

"Kemungkinan terjadi konstipasi pada anak, minimal ada dua dari lima gejala yang ditimbulkan," jelas dr. Hegar dalam acara Bicara Gizi: Peranan Serat untuk Dukung Kesehatan Pencernaan Anak, di kawasan Jakarta Pusat, Rabu (4/3).

Gejala Konstipasi

Dokter Spesialis Anak Badriul Hegar
Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi yang juga peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Badriul Hegar/Stella Maris.

Adapun lima gejala konstipasi pada anak, yaitu:

  1. Defekasi (frekuensi buang air besar) kurang dari dua kali per minggu
  2. Feses dengan diameter besar, kering, dan keras
  3. Retensi tinja berlebihan. Artinya kebiasaan si kecil yang menahan rasa ingin buang air besar. Biasanya ditandai dengan munculnya sisa feses kering di celana dalam si kecil
  4. Mengejan yang sangat sakit
  5. Massa feses yang besar pada rektum. Di kondisi ini, si kecil merespon dorongan BAB, namun feses tidak bisa keluar dan tertahan di rektum

Jika kondisi tersebut terjadi, jangan diremehkan. "Terganggunya kesehatan saluran pencernaan anak, dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas kesehatan anak di masa depan," jelas dr Hegar.

Oleh karena itu, si kecil perlu asupan serat yang cukup. Ya, asupan serat yang cukup telah teruji klinis dapat mengurangi gejala gangguan BAB.

Itu karena serat dapat membantu menyerap air di usus besar, memperbesar volume, dan melunakkan konsistensi feses. Juga mempercepat pembuangan sisa makanan dari usus besar, hingga menstimulasi saraf pada rektum, agar anak memiliki keinginan untuk BAB.

Tips Atasi Konstipasi Anak

dr Hegar melakukan penelitian di salah satu wilayah di Jakarta yang memperlihatkan bahwa 9 dari 10 anak usia 2-3 tahun hanya mengonsumsi rata-rata 4,7 gram serat per hari. Jumlah tersebut jauh dari angka kecukupan gizi, sebaganyak 16 gram serat per hari.

Hasil penelitian dr Hegar diketahui bahwa intervensi penambahan serat meski hanya tujuh gram selama dua bulan, dapat memperbaiki pola defekasi signifikan sebanyak 74 persen anak dalam waktu dua minggu pertama. Hasilnya meningkat hingga 90 persen setelah dua bulan pemberian serat.

Dalam acara Bicara Gizi, juga hadir pasangan selebriti, Tarra Budiman dan Gya Sadiqah yang ikut berbagai pengalaman, ketika sang anak mengalami masalah pencernaan.

"Kami sering khawatir apabila Kalea mengalami gangguan pola BAB. Kami baru sadar kalau ternyata menu makanan, seperti asupan serat dapat mempengaruhi saluran cernanya," kata Gya.

Di kesempatan itu, Tarra dan Gya pun mengetahui bahwa sebagai orangtua ada cara mengatasi masalah konstipasi, yaitu tentunya dengan mencukupi serat harian si kecil. Salah satunya dari susu.

Susu merupakan salah satu sumber gizi yang diperlukan bagi si kecil. Ya, sumber gizi karena susu mengandung banyak nutrisi yang diperlukan untuk tubuh. Namun sebenarnya, dalam sehari, berapa banyak konsumsi susu yang dianjurkan untuk si kecil?

Meski demikian, dr Badriul Hegar menegaskan bahwa susu merupakan makanan pendamping, bukan makanan utama. "Jadi susu itu additional. Minum susu dua gelas cukup, tiga gelas paling banyak.

Cek Asupan Serat dengan Fibre O Meter

Bebelac
Tarra Budiman, Gya Sadiqa, dr Hegar, dan External Communication Manager for Specialized Nutrition Danone Indonesia, Desytha Utami/Stella Maris.

Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin setuju bahwa kekurangan serat masih menjadi masalah di Indonesia. Oleh karena itu, mengonsumsi susu sebagai kebutuhan asupan serat, perlu dilakukan. Hanya saja, takaran serat tidak berlebihan. Harus cukup!

"Salah satu faktor penting yang perlu jadi perhatian orang tua adalah cara menjaga kesehatan saluran cerna si kecil yang berpengaruh pada penyerapan nutrisinya," jelas Arif Mujahidin.

Untuk melengkapi kebutuhan serat harian, si kecil dapat mengonsumsi susu tinggi serat seperti yang dukung perutnya, seperti Bebelac. Ya, Bebelac dilengkapi dengan 13 vitamin dan tujuh mineral, termasuk asupan penting lainnya, seperti FOS:GOS.

"Jadi memang produk Bebelac beragam dan tentu saja ada fungsi utama untuk mendukung kecukupan gizi," jelas Arif Mujahidin.

Selain itu, orang tua juga dapat memastikan (menghitung dan memastikan) kecukupan serat anak, melalui cara modern dan lebih mudah. Danone Specialized Nutrition Indonesia meluncurkan inovasi terbaru, yaitu Fibre O Meter.

"Orang tua dapat aktif memantau kecukupan serat, dengan cara memasukkan riwayat menu makanan dan minuman yang dikonsumsi si kecil dalam satu hari. Fibre O Meter akan membantu memberi gambaran pemenuhan seart si kecil, dan mendeksi apakah anak kekurangan serat," jelas External Communication Manager for Specialized Nutrition Danone Indonesia, Desytha Utami. 

Cek Fibre O Meter di sini. 

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya