Berkaca dari Kasus Remaja Bunuh Bocah di Jakarta, Sekolah Diminta Bangun Kepekaan

KPAI mengatakan, adanya kasus pembunuhan yang dilakukan seorang remaja harus jadi momen refleksi untuk sekolah

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 10 Mar 2020, 16:00 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2020, 16:00 WIB
Ilustrasi Sekolah
Ilustrasi sekolah (dok. Pixabay.com/Wokandapix/Putu Elmira)

Liputan6.com, Jakarta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengatakan bahwa kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang remaja di Sawah Besar, Jakarta, harusnya menjadi momen refleksi tidak hanya bagi orangtua tetapi juga sekolah.

Untuk sekolah, Retno Listyarti, Komisioner Bidang Pendidikan KPAI mengatakan bahwa seharusnya mereka bisa menjadi rumah kedua bagi anak-anak.

"Ketika anak-anak punya problem psikologis pada rumah pertama dan punya situasi buruk dari orangtuanya, itu akan sangat berdampak kepada anak," kata Retno dalam konferensi persnya di kantor KPAI pada Senin kemarin, ditulis Selasa (10/3/2020).

Sehingga, Retno meminta agar orang dewasa juga membangun kepekaan terhadap anak dalam lingkungan mereka. Termasuk mereka yang berada di sekolah.

"Misalnya ketika di rumah tidak didapatkan kasih sayang, apakah sekolah bisa menjadi rumah kedua bagi anak ini," kata Retno.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

Membangun Kepekaan dari Guru BK

KPAI melakukan konferensi pers terkait remaja NF (15) yang membunuh seorang anak di Sawah Besar, Jakarta, pada Senin (9/3/2020) (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
KPAI melakukan konferensi pers terkait remaja NF (15) yang membunuh seorang anak di Sawah Besar, Jakarta, pada Senin (9/3/2020) (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Dalam membangun kepekaan pada orang dewasa, Retno mengatakan sekolah bisa memulainya dari wali kelas dan guru bimbingan konseling (guru BK).

"Guru BK ini sebenarnya bisa menjadi benteng bagi anak-anak yang dirundung masalah. Setidaknya, anak-anak ini, yang bermasalah ini, punya tempat cerita, dia merasa disayang, dia merasa diperhatikan," kata Retno.

Berkaca dari remaja pembunuhan anak di Jakarta, Retno menilai sesungguhnya pelaku memiliki bakat dalam dirinya. "Dia juara di ping pong misalnya. Kalau lihat gambarnya sangat bagus, bahasa Inggrisnya sangat bagus, artinya anak ini punya potensi."

"Andaikan orang di sekeliling memahami, ini sebenarnya potensi yang bisa dikuatkan, dioptimalkan, sehingga si anak akan mendapatkan keseimbangan. Setidaknya dia dibangkitkan bahwa dirinya itu berharga," Retno menambahkan.

Disclaimer: Redaksi memahami bahwa sebuah peristiwa pembunuhan bisa disebabkan oleh lebih dari satu faktor. Oleh karenanya, isi artikel ini hanya sebatas memberikan informasi, bukan semata-mata mengarahkan pembaca untuk menjadikannya referensi dan alasan tunggal atas sebuah kasus yang tengah marak beberapa waktu terakhir.

Redaksi juga memahami betapa pentingnya suatu persoalan psikologis yang diderita seseorang, dan oleh karenanya, kami meminta pembaca untuk peka dan bersimpati jika menemukan kerabat yang mengalaminya.

Kami mengingatkan kepada pembaca betapa pentingnya peran orangtua dalam mengawasi keseharian anak, termasuk, dalam penggunaan teknologi internet dan platform digital lain sehari-hari. Kami juga mengingatkan pentingnya agar bersikap bijak dan kritis dalam menerima segala informasi yang Anda dan anak Anda terima.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya