Siasat untuk Orangtua agar Lancar Bekerja Saat WFH

Work from home (WFH) bisa menjadi sangat melelahkan karena pekerjaan yang berlipat ganda.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 24 Apr 2020, 06:00 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2020, 06:00 WIB
Fokus Selama WFH
Ilustrasi WFH Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Liputan6.com, Jakarta Work From Home (WFH) bisa menjadi sangat melelahkan karena pekerjaan yang berlipat ganda. Hal ini dinyatakan Joanna Elizabeth Samuel, Marketing Manager Fabric Care Wings Corp dalam keterangan pers.

Menurutnya, tantangan selama WFH dirasakan para ibu rumah tangga salah staunya Nucha Bachri, pendiri Parentalk.id. Untuk urusan sekolah Nucha mengatakan bahwa hal tersebut tidak terlalu membebaninya.

“Kebetulan anakku masih usia 2 dan 4 tahun, sehingga tugas sekolah masih relatif mudah. Sampai saat ini, urusan school from home (SFH) dan WFH masih managable,” ujar Nucha, yang juga membuat podcast #CurhatBabu.

Namun, Nucha dan suami tetap harus mengasuh anak-anak. Terlebih di usia balita, mereka masih membutuhkan perhatian besar dari orang tua. Maka bagi Nucha, “Tantangannya justru pada WFH, di mana focus span-ku hanya 2-3 jam ketika anak-anak tidur siang, baru aku bisa kerja.”

Dalam situasi pandemi, ia merasa sangat perlu menjaga kebersihan keluarga terutama pakaiannya. Hal serupa diungkapkan oleh psikolog Irma Gustiana.

“Di situasi sekarang ini memang sangat penting mengedukasi keluarga, bagaimana kita merawat diri termasuk dengan pakaian yang digunakan. Dari segi kebersihan, kelembutan, dan wanginya,” ujar Irma.

Ia melanjutkan, menurut penelitian di Journal of Personality and Social Psychology, aroma tertentu dapat membantu menurunkan tingkat stres, bahkan tanpa kehadirannya secara fisik.

“Dengan memakai pakaian yang beraroma wangi maka bisa membantu anggota keluarga untuk bisa lebih rileks,” ucap psikolog yang akrab disapa Ayank Irma ini.

Simak Video Berikut Ini:

Bekerja Sama dengan Pasangan

Menurut Irma, sebenarnya banyak nilai positif yang dapat dipetik dari WFH. “Utamanya, WFH memungkinkan kita tetap terhubung secara fisik dan psikologis dengan anak dan pasangan,” ujarnya.

Waktu untuk menyelesaikan pekerjaan pun lebih fleksibel, bisa diatur dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan kita saat itu. Selain itu, pengeluaran pun menjadi lebih hemat karena tidak ada biaya akomodasi dan transportasi untuk ke kantor dan sekolah.

Yang tak kalah penting, kita sebagai orangtua bisa menjadi role model bagi anak-anak. “Sehingga anak-anak bisa paham apa saja yang dilakukan orang tuanya, terkait pekerjaan atau profesinya,” tutur Irma.

Irma maupun Nucha sama-sama menekankan, pentingnya bekerja sama dengan pasangan untuk menyiasati kerepotan selama WFH.

“Aku dan suami sama-sama mengasuh anak. Aku jadi “bumper” ketika anak-anak mau mengganggu jam kerja bapak mereka, dan sebaliknya,” ujarnya.

Ketika Nucha butuh waktu untuk fokus kerja, maka suaminya akan menemani anak-anak. Bagaimanapun, kadang perselisihan waktu kerja antara Nucha dan suami tak terelakkan.

“Konsekuensinya, salah satu dari kami harus kerja sambil digelendoti anak-anak,” ucap Nucha.

Libatkan Anak dalam Urusan Domestik

Menurut Irma, yang paling utama ketika WFH adalah membuat jadwal keluarga yang teratur. ini akan sangat membantu orang tua, khususnya ibu, untuk menyusun prioritas dan pembagian waktu yang tepat. Ibu pun jadi punya waktu untuk me time di sela-sela waktu bekerja dan menyelesaikan segala urusan rumah tangga.

Irma membuat tiga tips sederhana yang bisa diikuti:

(a) buat jadwal kegiatan sehari-hari, tinjau ulang setiap satu minggu sekali;

(b) komunikasikan dengan pasangan terkait dengan jadwal dan pembagian tugas serta tanggung jawab bersama;

(c) ajak anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan domestik di rumah.

Ia menekankan, hindari menuntut dan berharap terlalu berlebihan pada anak dan pasangan. “Karena ketika di realitasnya tidak terpenuhi, bisa menjadi masalah baru bagi ibu. Misalnya, muncul rasa cemas, panik serta rasa tidak berdaya. Akibatnya ibu bisa marah-marah, dan muncul masalah fisik,” papar Irma.

Irma menambahkan, sangat penting melibatkan anak dalam kegiatan domestik. Misalnya memasak, membersihkan rumah, atau mencuci pakaian.

“Anak-anak biasanya sangat senang jika dilibatkan, sekaligus akan membuat mereka menjadi lebih terampil,” ungkap Irma.

“Anak jadi lebih mandiri dengan belajar mencuci baju, tanpa menjadi stres. Selain itu, keharuman (produk pencuci baju) dapat menciptakan perasaan rileks,” pungkas Joanna.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya